Kisah Nabi Adam (Bagian Ke-14) : Nabi Adam dan Ibunda Hawa Bertaubat
Albert Sukmono“Rabb menyeru mereka, ‘Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?’ Keduanya berkata, ‘Ya Rabb kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Al-A’raf: 22-23).
Kata-kata ini diucapkan Adam sebagai pengakuan, tobat, merendahkan diri, tunduk dan permohonan kepada Allah di saat yang amat diperlukan. Siapapun di antara keturunan Adam yang menempuh jalan yang sama ketika melakukan kesalahan dan dosa, pasti akan berakibat buruk, baik di dunia maupun akhirat.
“(Allah) berfirman, “Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan’.” (Al-A’raf: 24). Pesan ini disampaikan kepada Adam, Hawa dan Iblis. Menurut salah satu pendapat, termasuk untuk ular yang membujuk Hawa memakan buah pohon terlarang. Mereka semua diperintahkan untuk turun dari surga dalam kondisi mereka saling memusuhi satu sama lain. Adanya ular dalam kisah Adam ini diperkuat oleh riwayat dari Rasulullah SAW, beliau memerintahkan untuk membunuh ular dan bersabda, “Kita tidak berdamai dengan mereka sejak kita memerangi mereka.”
Firman Allah SWT dalam surah Thaha, “Dia (Allah) berfirman, ‘Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain’.” (Thaha: 123). Perintah ini ditujukan untuk Adam dan Iblis. Adam kemudian mengajak Hawa, sementara Iblis mengajak ular. Menurut pendapat lain, perintah ini di tujukan untuk mereka semua dalam bentuk tatsniyah (kata ganti untuk dua orang), sama seperti yang disebutkan dalam firman Allah SWT,“Dan (ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang, karena (ladang itu) dirusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu.” (Al-Anbiya: 78). Yang benar, kata ganti jamak diberlakukan untuk kata ganti dua orang dalam ayat ini, karena putusan hukum memerlukan dua orang; pihak pelapor dan pihak terlapor. Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT, “Dan Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu” (Al-Anbiya: 78).
Terkait pengulangan kata ‘turun’ dalam surah Al-Baqarah berikut, “Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikamatan) ketika keduanya disana (surga). Dan Kami berfirman, ‘Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.’ Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. Kami berfirman, ‘Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.’ Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya’.” (Al-Baqarah: 36-39).
Sebagian mufassir menyatakan, maksud ‘turun’ yang pertama adalah turun dari surga ke langit paling bawah, dan ‘turun’ yang kedua adalah dari langit paling bawah ke dunia. Pendapat ini lemah, karena terkait ‘turun’ yang pertama , Allah SWT berfirman, “Sebagian kami menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” Ini menunjukkan, mereka diturunkan ke bumi. Wallahu a’lam.
Yang benar, Allah mengulang kata tersebut meski pada dasarnya sama, dan mengaitkan permusuhan di antara mereka, sementara untuk kata ‘turun’ yang kedua, Allah mensyaratkan siapapun diantara mereka mengikuti petunjuk yang Allah turunkan setelah semua kejadian itu, dialah orang yang sengsara. Gaya bahasa seperti ini banyak digunakan dalam Al-Qur’an.
Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan dari Mujahid, ia menyatakan, “Allah memerintahkan dua malaikat untuk mengeluarkan Adam dan Hawa dari dekat-Nya. Jibril kemudian melepas tiara dari kepala Adam dan Mikail melepas mahkota dari keningnya, dahan sebuah pohon kemudian mengait (rambutnya saat melarikan diri) hingga Adam mengira hukuman disegerakan untuknya. Adam menundukkan kepala dengan mengatakan, ‘Ampun, ampun,’ Allah berfirman, ‘Apa kau melarikan diri dari-Ku?’ Adam menjawab, ‘(Bukan), tapi karena aku malu pada-Mu, wahai Penolongku!”
Al-Auza’i meriwayatkan dari Hassan bin Athiyah, ia mengatakan, “Adam berada di surga selama seratus tahun riwayat lain menyebut 60 tahun, menangisi surga selama 70 tahun, menangisi kesalahannya selama 70 tahun, dan menangisi anaknya kala dibunuh selama 40 tahun.” (HR. Ibnu Asakir).
Bagian: