TAFSIR AL-JALALAIN Banyak Mengandung Penyelewengan Makna Sifat Allah, Kenapa Dipelajari?

TAFSIR AL-JALALAIN Banyak Mengandung Penyelewengan Makna Sifat Allah, Kenapa Dipelajari?

Admin Channel Rihlah Thalabul Ilmi


Pelajaran Baru di Markiz Aisyah: Tafsirul Jalalain dan Manzhumah ar-Rahabiyyah


Sebelum menjawab pertanyaan di atas, mari kita berkenalan dengan sosok mengagumkan di balik terkenalnya kitab tafsir yang satu ini.

Nama Tafsirul Jalalain merujuk kepada gelar untuk dua penulis kitab tafsir ini: Jalaluddin al-Mahalli, serta muridnya: Jalaluddin as-Suyuthi rahimahumallah.


Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah

Namanya Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli, lahir pada 791 H. Julukan al-Mahalli merujuk kepada nama sebuah daerah di Mesir yang bernama al-Mahallah.

Beliau terkenal dengan kecerdasan yang sangat luar biasa, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa kecerdasannya menembus intan.

Namun di balik kemampuan berpikir dan pemahamannya yang sangat menakjubkan, terdapat kelemahan yang tidak disangka-sangka: Beliau sulit menghafal apapun, walaupun hanya sedikit.

Pernah suatu ketika beliau berusaha menghafal satu buku kecil, tiba-tiba tubuhnya panas dingin karena saking sulitnya.


Demikianlah anugrah yang Allah berikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Sebagian orang memiliki kekuatan hafalan namun tidak diberi pemahaman, ada pula yang mudah paham namun susah menghafal. Ada yang menonjol pada keduanya, tapi ada pula yang harus menerima takdir karena sulit menghafal, pun sulit memahami.

ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ

"Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki." (QS. Al-Maidah: 54)

Karena kelebihan yang beliau andalkan adalah pemahaman, beliau banyak menekuni ilmu yang menggunakan pendekatan logis, hingga akhirnya menonjol di bidangnya. Sebut saja ilmu ushul fikih dan tafsir.


Karya Pamungkas

Saat menulis Tafsirul Jalalain, Al-Mahalli telah berada di penghujung hidupnya. Beliau menulis tafsir dimulai dari surat al-Kahfi, yang rencananya setelah selesai akhir al-Quran, beliau akan kembali dari awal al-Quran hingga al-Isra'.

Namun takdir Allah lebih dahulu menjemputnya pada tahun 864 H, saat usia beliau 72 tahun. Beliau hanya sempat menyelesaikan surat al-Kahfi sampai an-Nas, ditambah surat al-Fatihah dari awal Quran.

Karenanya, di akhir tafsir surat al-Fatihah beliau seolah memberi penutupan singkat saat menyadari bahwa hidupnya tak akan bertahan lama lagi. Kata beliau:

وَاَللَّه أَعْلَم بِالصَّوَابِ وَإِلَيْهِ الْمَرْجِع وَالْمَآب وَصَلَّى اللَّه عَلَى سَيِّدنَا مُحَمَّد وَعَلَى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا دائما أبدا وحسبنا الله ونعم الوكيل ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

Ada pula yang mengatakan bahwa beliau sempat menulis tafsir hingga ayat ke 26 dari surat al-Baqarah.


Jalaluddin As-Suyuthi rahimahullah

Murid dari Jalaluddin Al-Mahalli yang satu ini, nama beliau adalah Abdurrahman bin Abu Bakar bin Muhammad as-Suyuthi. Julukan as-Suyuthi merujuk kepada tanah air beliau di Asyuth, Mesir.

Lahir pada tahun 849 H menjadikan beliau termasuk dalam jajaran murid junior Jalaluddin al-Mahalli. Saat sang guru wafat, beliau baru berusia 15 tahun.

Enam tahun selang wafatnya sang guru, beliau meneruskan penulisan kitab Tafsir yang telah dirintis gurunya. Tepatnya pada tahun 870 H di awal Ramadan. Hingga akhirnya beliau menuntaskan penulisannya hanya dalam 40 hari.


Si Anak Buku

Sejak belia, Jalaluddin as-Suyuthi sudah gemar menulis, usianya baru genap 8 tahun saat beliau menelurkan karya tulis pertamanya. Jika dihitung, jumlah karya tulis yang beliau hasilkan semasa hidup mencapai lebih dari 1400 judul.

Berbeda dengan gurunya yang sulit menghafal, Jalaluddin as-Suyuthi justru termasuk dalam deretan nama besar para huffazh. Hafalannya mencapai 200 ribu hadis, itu pun beliau mengatakan, "Kalau aku mendapati tambahan lagi, niscaya akan kuhafal." Masya Allah.


Jaluluddin as-Suyuthi memiliki julukan Ibnul Kutub "Si Anak Buku". Pantas saja beliau mendapatkan julukan tersebut karena banyaknya buku-buku yang beliau tulis. Sampai-sampai tidak ada satu cabang ilmu pun yang terlintas di benak kita, kecuali beliau memiliki karya tulis di sana.

Ada pula yang mengatakan bahwa julukan tersebut memiliki latar belakang sebagai berikut.

Suatu ketika, ayah Jalaluddin as-Suyuthi menyuruh istrinya yang sedang mengandung as-Suyuthi untuk mengambilkan buku dari maktabah (perpustakaan). Sesampainya di maktabah, sang istri mengalami kontraksi dan akhirnya melahirkan as-Suyuthi di sana, di antara buku-buku yang ada. Jadilah beliau dijuluki "Si Anak Buku."


Setelah beranjak tua, di usia 40 tahun akhirnya Jalaluddin as-Suyuthi berhenti mengajar dan berfatwa. Beliau memilih untuk banyak menulis dan fokus beribadah. Sampai akhirnya beliau wafat di tahun 911 H pada usia 60 tahun-an.


Metode Penulisan Tafsirul Jalalain

Dalam menulis kitab tafsir ini, Jalaluddin As-Suyuthi mengikuti metode gurunya, Jalaluddin al-Mahalli. Yaitu dengan metode as-Sabk, menyebutkan penggalan ayat lalu menyebutkan tafsirnya di baris yang sama.

Keduanya menafsirkan kata-kata dalam al-Quran dengan mengacu pada riwayat Abu Amr, Ibnu Katsir, dan Syu'bah. Karena mereka baru mendapati qiraah Hafsh 'an Ashim di akhir-akhir.

Di dalam tafsir ini, kedua penulisnya jarang menyebutkan kisah-kisah israiliyyat.

Baik Jalaluddin al-Mahalli maupun as-Suyuthi, keduanya sama-sama bermazhab Syafii di bidang fikih, dan asy'ari di bidang akidah. Karenanya saat melewati ayat-ayat yang berisi sebagian sifat-sifat Allah, keduanya mentakwil ayatnya sesuai pemahaman asy'ariyyah.

Ada pula kesalahan-kesalahan lainnya seputar permasalahan takdir, iman, dan lain sebagainya. Namun sebagaimana kata para ulama, tiada yang sempurna kecuali kitab-Nya.

Para ulama pun telah banyak yang menjelaskan kesalahan-kesalahan di dalam Tafsirul Jalalain. Sebut saja beberapa karya berikut:

- at-Tanbihat al-Muhimmah ala Qurratil Ainain wa Tafsiril Jalalain, karya asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu.

- Anwarul Hilalain fit Ta'aqqubati alal Jalalain, karya Dr. Muhammad bin Abdurrahman al-Khamis.

- Ta'liq terhadap Tafsirul Jalalain karya asy-Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Tafsirul Jalalain dengan ta'liq asy-Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri


Tafsirul Jalalain di Mata Para Ulama

Jika bicara referensi yang digunakan keduanya, tentu ada banyak nama kitab-kitab tafsir yang muncul. Di antaranya:

- Tafsir al-Kawasyi

- Tafsir al-Jauhar karya al-Baidhawi

- Tafsir al-Wajiz karya al-Wahidi

- Tafsir Ibnu Katsir

- Tafsirul Bahr al-Wasith karya Abul Hayyan

Yang pertama kali menamakan tafsir mereka dengan Tafsirul Jalalain adalah murid as-Suyuthi yang memiliki julukan 'Al-Alqami. Beliau memiliki catatan pinggir untuk tafsir ini yang dinamai Qabsun Nayyiraini ala Tafsiril Jalalaini.

Sebagai tafsir yang ringkas dan penuh dengan faedah, banyak para ulama yang merekomendasikan untuk memperlajari tafsir ini. Terkhusus bagi para penuntut ilmu yang hendak masuk ke ilmu tafsir dan telah berbekal dengan dasar-dasar ilmu lainnya.

Terlebih lagi, di balik ukurannya yang terbilang ringkas, terkandung berbagai macam cabang ilmu yang melimpah. Mulai dari ilmu nahwu, shorof, gharibul quran, asbabun nuzul, ushul fikih, balaghah, hadis, dsb.

Kata asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah:

تفسير الجلالين لطالب العلم جيد، لأنه في الحقيقة زبدة، وكما تعلم أنه يتمشى في مسألة الصفات على مذهب الأشاعرة، فلا يوثق به بل يرد قوله، لكن في غير ذلك جيد جدًا، سبكه للقرآن وتنبيهه في كلمات وجيزة على أمور تخفى على من يطالعه من أهل العلم

"Tafsirul Jalalain bagus untuk penuntut ilmu, karena hakikatnya itu adalah intisari tafsir.
Namun sebagaimana yang telah kau tahu, bahwa dalam permasalahan sifat sang penulis berjalan di atas mazhab Asy'ari, sehingga jangan dipercaya justru dibantah ucapannya.
Adapun sisanya sangat bagus sekali; uraiannya terhadap al-Quran; penekanannya dengan bahasa yang ringkas terkait hal-hal yang terkadang samar, bahkan bagi orang berilmu sekalipun."

(Sumber audio: di sini)

Asy-Syaikh Shalih Alu Syaikh juga pernah ditanya tentang kitab ini, jawaban beliau:

تفسير الجلالين نافع ومختصر، وفيه أيضا علوم كثيرة على اختصاره؛ لكن يتفطن للمواضع التي سلك فيها غير طريقة السلف في العقيدة سواء في مسائل الصفات أو في مسائل القدر أو في مسائل الإيمان، فينتبه لذلك، وإلا فالكتاب من الكتب النافعة.

"Tafsirul Jalalain ringkas dan bermanfaat. Walaupun ringkas tapi mengandung banyak ilmu.
Namun waspadai tempat-tempat yang di sana dia menempuh selain jalan salaf dalam permasalahan akidah. Baik terkait sifat, takdir, maupun iman. Hati-hati di sana, namun sebenarnya kitab ini termasuk deretan kitab-kitab yang bermanfaat."

(Sumber audio: di sini)

Masih banyak lagi keterangan dari ulama lainnya semisal Samahatus-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, dan asy-Syaikh Shalih al-Fauzan rahimahullah.


Konklusi

Dari pemaparan di atas, adakah di antara sahabat pejuang ilmu yang telah berhasil mendapatkan jawaban dari pertanyaan di awal tadi? Kenapa Tafsirul Jalalain yang mengandung penyimpangan akidah tetap dipelajari?

Mari kita simpulkan jawabannya dalam beberapa poin berikut:

1. Direkomendasikan oleh para ulama ahlus sunnah.

2. Lautan faedah dari berbagai cabang ilmu yang terkandung di dalamnya sangat bermanfaat bagi penuntut ilmu.

3. Memang di sana ada tafsir yang lebih bagus, semisal Tafsir at-Thabari, namun itu sangat panjang, sehingga akan membutuhkan waktu lama untuk mempelajarinya. Adapun Tafsirul Jalalain ringkas dan padat.

3. Tidak ada kitab tafsir yang lepas dari kesalahan.

4. Selama pelajaran, beberapa kesalahan akidah yang ada dijelaskan. Para ulama juga telah banyak yang menjelaskan kesalahannya.

5. Penulisnya bukan asy'ari totok, dia hanya tergelincir dalam sebagian permasalahan sifat. Andaikan penulisnya mu'tazilah, kita tidak akan mempelajari kitabnya, karena syubhat mu'tazilah lebih berbahaya daripada asy'ari.


Wallahu a'lam.


□ Dari Mukaddimah Pelajaran Tafsirul Jalalain Bersama Fadhilatusy Syaikh Abbas Al-Jaunah hafizhahullah.

Report Page