Seorang Back yang Disiplin

Seorang Back yang Disiplin

Sutan Ma'rouf

Seperti Ayahnya, Murtadha tidak hobi bermain bola. Karena tak hobi, otomatis tak pandai. Tak pandai bermain bola bukanlah hal yang salah karena kepandaian orang kan berlain-lain.

Kemarin diadakan pertandingan futsal antar RT dalam rangka menyambut bulan Agustus. Tiap RT diminta mengirim satu tim futsal tingkat SD. Akan tetapi, stock anak SD di RT kami ternyata sedikit. Kebanyakan anak sudah SMP atau sudah kuliah.

Nama Murtadha terpaksa dimasukkan oleh pengurus RT sebagai salah satu pemain. Dia marah. Dia tidak mau sama sekali. Butuh negosiasi yang alot hingga akhirnya ia terpaksa bersedia.

Satu rombongan keluarga yang terdiri dari Aunty dan adik-adiknya dikerahkan berangkat demi menjaga mood semangatnya. Namanya juga pemain paksaan. Dia tidak enjoy sama sekali. Butuh suntikan motivasi ekstra supaya semangatnya ada, minimal supaya tidak balik kanan. Pelepasan pun dilakukan di depan rumah seperti hendak melepas rombongan haji.

Rombongan siap berangkat

Di lokasi, ia langsung diberikan kostum oleh Ibu RT. Dia hanya mau menjadi back saja. Alasannya karena menjadi back tak harus agresif. Namanya juga tidak hobi. Ikutan juga hanya untuk melengkapi anggota tim saja. Bukankah posisi back lebih santai dan tak banyak bergerak? Asumsinya begitu.

Tim Futsal dadakan

Pertandingan pun berlangsung. Tidak pernah ada latihan sama sekali. Pokoknya begitu berganti kostum anak-anak diharapkan berubah menjadi Zidane, Carlos, Kahn, Baggio atau Romario.

Hasilnya, tim RT kami sukses kemasukan 9 gol tanpa balasan. Angka 9-0 untuk tim RT lawan bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.

Sehabis pertandingan, dari tempat tidur di RS saya bertanya kepada Auntynya tentang permainan Murtadha sebagai back. Apakah dia cukup berperan sebagai back?

"Ga ada dong. Dia memahami posisi. Katanya, 'back itu diem disitu aja, Nty'."

Yah ternyata dia sangat paham posisinya. Dia disiplin di posisinya itu. Bola yang lewat tidak menggodanya untuk pindah posisi mengejar bola itu. Dia tetap di situ, di tempat berdirinya, memegang teguh komitmennya. Seteguh Zainuddin memegang janjinya kepada Hayati. Mungkin prinsipnya 'menjaga komitmen lebih penting dari pada mengejar yang lewat.'

9-0 bukan hasil yang buruk untuk seorang back yang sangat berkomitmen [.]

Report Page