Secangkir Kopi.

Secangkir Kopi.


Sore itu dia mengajak aku ke toko kopi.


"Kamu tahukan, aku benci kopi?"


"Iya." Dia menjawabnya dengan santai sambil tetap masuk ke kedai kopi itu.


"Lalu? Kenapa mengajakku kesini?"


"Nanti juga kamu bakal tahu,"


"Terserah." Pada akhirnya aku memilih pasrah, mengikuti langkahnya ke dalam kedai.


Setelah pesan dan bayar di kasir, kami memilih tempat duduk yang cukup jauh dan terletak di ujung tempat kedai itu, dia paham betul bahwa aku tidak suka diperhatikan oleh orang-orang sekitar.


Tidak lama, kopinya datang. Dia mencobanya duluan. "Ini gak manis, cocok buat kamu,"


"Mau manis, mau enggak, aku tetep gak suka!" Jawabku ketus,


Nadanya berubah menjadi memelas kali ini. "Cobain dulu dong, jangan kebiasaan belum coba sudah bilang gak suka,"


"Sudah pernah coba, gak enak!"


"Ini beda ... Coba dulu sayang."


Duh. Kata-kata itu, kalau kata-kata itu sudah terucap dari mulutnya, aku pasti luluh, "Iya sudah!" Masih dengan nada ketusku.


Aku menghirup wangi kopinya, lembut, wanginya enak. Perlahan, aku seruput kopinya, berusaha mengecap rasa yang berbeda kali ini.


Dia menatapku dengan wajah sumringah kemenangan. "Gimana? Enak?"


Aku diam, menjawab dalam hati, pahit, tapi aku menikmatinya.


Dia tetap menatapku dengan lekat sambil senyum tak sabar mendengar jawabanku. "Gimana? Enak gak?"


Aku mengganggukan kepala, "Enak, tapi pahit."


"Sama kayak hidup, kan?"


Aku langsung menatap wajahnya bingung sambil menyimpan kopi yang berada di tanganku berpindah ke atas meja.


"Hidup juga pahit kok, gak jauh beda sama kopi yang kamu minum tadi, tapi kamu menikmatinya, iyakan?"


Aku tersenyum setelah mendengar ucapannya, tanpa menjawab pertanyaannya, dia sudah paham betul lewat senyumanku, bahwa aku akan selalu setuju dengan perkataannya.


Setelah itu, aku mencintai kopi yang aku minum, aku tidak ingat namanya apa, tapi aku ingat betapa nikmatnya kopi di hari itu. Aku juga sudah tidak membenci kopi seperti dulu, rasanya selalu ada yang kurang di hari-hari yang aku jalani kalau belum minum kopi.


Aku ingat, kenangan manis yang tidak akan pernah bisa aku lupakan. Tentang dia yang mengajarkanku bahwa tidak semua kopi sama, dan semua kopi bisa dinikmati dengan caranya sendiri, seperti hidup.


Iya, hidup memang pahit, tapi aku menikmatinya.


Report Page