Saatnya Memacu Perkuliahan Digital
Kompetensi digital bukan lagi monopoli mahasiswa teknologi informasi dan komunikasi. Mahasiswa bidang lain juga mampu.
Memasuki era revolusi industri 4.0 yang berbasis digital, pendidikan tinggi harus dikelola secara fleksibel tanpa terjebak rutinitas. Era tersebut mensyaratkan berbagai terobosan perguruan tinggi dalam menyiapkan sumber daya manusia yang kompetitif.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir dalam acara kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) di Jakarta, Senin (5/3), menyebutkan empat kebijakan terobosan untuk memperkuat peran perguruan tinggi menyongsong era revolusi industri 4.0.
Kebijakan tersebut mencakup membebaskan nomenklatur program studi yang mendukung pengembangan kompetensi industri 4.0, melaksanakan kuliah pendidikan jarak jauh (open and distance learning), mengundang perguruan tinggi luar negeri untuk membuka program studi yang mendukung industri 4.0, serta membangun teaching industry.
Menurut Nasir, pada era industri 4.0 ini, teknologi digital semakin menguat. Kompetensi terkait digital, seperti pengodean (coding), pemrograman (programming), dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) bukan lagi monopoli mahasiswa teknologi informasi dan komunikasi atau sistem manajemen. Mahasiswa bidang lain juga bisa dibekali dengan kompetensi tersebut.
“Selain itu, tentu juga memperkuat kompetensi kewirausahaan mahasiswa,” katanya.
Nasir mengatakan, pengembangan pendidikan tinggi jarak jauh juga semakin menjadi kebutuhan. “Kami mendorong perguruan tinggi yang hendak memperkuat PJJ (pendidikan jarak jauh), baik dalam bentuk mata kuliah, blended learning (pembelajaran campur), maupun yang full online (dalam jaringan). Negara lain sudah banyak melakukan sehingga angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi bisa meningkat,” tuturnya.
Saat ini, APK perguruan tinggi di Indonesia hanya 31 persen dengan jumlah total sekitar 5 juta mahasiswa di lebih dari 4.500 perguruan tinggi. Di Malaysia, APK perguruan tinggi sudah mencapai lebih dari 38 persen, Thailand lebih dari 51 persen, dan Korea Selatan 92 persen.
“Kita harus melakukan lompatan untuk meningkatkan APK dengan mencontoh negara lain yang pemerintahnya mendukung pendidikan jarak jauh, seperti Korea Selatan. Jika mengandalkan cara konvensional saja, kita sangat ketinggalan,” kata Nasir seraya menargetkan APK 2019 mencapai 35 persen.
——————————
Baca Juga:
——————————
Kompetensi Dosen
Dalam mengubah pembelajaran secara daring (online), ujar Nasir, dibutuhkan penguatan kompetensi dosen untuk menjadi tutor. Para dosen harus mampu mengembangkan pembelajaran secara kreatif. Keterbatasan dosen dan profesor di negara lain dapat diatasi dengan berkembangnya pendidikan jarak jauh.
Ia juga menegaskan komitmen Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk fleksibel dalam memberikan izin baru pembukaan program studi. Yang penting masuk dalam rumpun ilmu yang ditetapkan. Sebagai contoh, pengajuan program studi smart technology atau smart data yang belum dikenal namanya harus bisa diberi izin karena masih masuk dalam rumpun sistem informasi. Pemberian gelar sarjana, magister, dan doktor juga nanti dibebaskan kepada perguruan tinggi masing-masing. Pemerintah hanya mengatur label depannya, yakni sarjana, magister, dan doktornya. “Di era disrupsi ini, kita harus berani membuat terobosan,” ucap Nasir.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Muhammadiyah yang punya 173 perguruan tinggi berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan. Termasuk pula bekerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, seperti Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan China. Haedar menyebutkan rencana untuk membuka sekolah Muhammadiyah di Melbourne, Australia. Sudah tersedia lahan seluas 10 hektar. Ada juga rencana membangun universitas Muhammadiyah di Malaysia.
Sumber: Kompas
——————————
Websis for Edu adalah konsultan untuk adopsi dan integrasi teknologi dalam pendidikan.
Dapatkan berita terkini, tips-tips praktis, serta fakta-fakta menarik seputar pendidikan dan teknologi dengan mengikuti channel Telegram @PendidikanAbad21