Rupiah Berakhir Pekan dengan Loyo Pasar Khwatirkan Covid Menyebar Cepat_

Rupiah Berakhir Pekan dengan Loyo Pasar Khwatirkan Covid Menyebar Cepat_


SariAgri - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot kembali loyo pada akhir transaksi di akhir pekan ini, Jumat (9/7). Kurs rupiah melemah tipis 2 poin atau 0,02 persen menjadi Rp14.527 per dolar AS dibandingkan posisi penutupan sebelumnya Rp14.525 per dolar AS.

Rupiah tidak sendirian, karena mayoritas mata uang di kawasan Asia hingga pukul 15.00 WIB juga melemah terhadap dolar AS, kecuali dolar Hong Kong yang naik tipis 0,01 persen, rupee India naik 0,14 persen, dan yuan China yang menguat 0,07 persen. Semenatar itu, yen Jepang ambyar 0,26 persen, dolar Singapura turun 0,07 persen, dolar Taiwan melemah 0.04 persen, krown Korea anjlok 0,35 persen, peso Filipina terkoreksi 0,37 persen, ringgit Malaysia melemah 0,17 persen, dan baht Thailand menurun 0,05 persen.

Analis pasar uang PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan tekanan pada rupiah disebabkan investor mengkhawatirkan perkembangan kasus Covid-19 yang menyebar cepat, terus bertambah, bahkan dapat menghambat kebangkitan ekonomi global yang sudah menunjukkan kelemahan.

Berita Hari Ini “Kondisi pasar uang kian fluktuatif setelah bank sentral AS mengisyaratkan persiapan untuk mengurangi aset dalam risalah dari pertemuan kebijakan Juni yang dirilis awal pekan ini,” ujar Ibrahim.

Baca Juga: Rupiah Jumat Pagi Tak Berdaya, Efek Minat ke Aset Berisiko TurunDolar Melemah Terhadap Enam Mata Uang Utama

Namun, beberapa investor tidak memperkirakan pasar global akan terdampak "taper-tantrum" yang keras seperti di tahun 2013. The Fed diperkirakan akan membahas lebih lanjut pengurangan aset dari pembelian aset pada pertemuan tahunan Jackson Hole di bulan Agustus.

Bukti pemulihan ekonomi yang tidak merata datang dengan data pengangguran mingguan AS pada hari Kamis, karena jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran naik secara tak terduga minggu lalu.

“Sedangkan sentimen dari dalam negeri berasal dari perkembangan PPKM Mikro Darurat yang sudah berjalan satu minggu tetapi kasus Covid-19 belum mengalami penurunan, bahkan terus mencetak rekor dalam beberapa pekan terakhir,” kata Ibrahim.

Video Terkait

Report Page