Pulang

Pulang

Sutan Ma'rouf

Volume cairan yang ditampung drain granat makin sedikit. Itu tandanya waktu di RS makin menyempit. Akhirnya dokter mengeluarkan dekrit supaya segera pulang dari rumah sakit.

Selang drain granat pun dicabut dari leher. Rasanya perih dan geli serta pedih. Saya meringis, tapi Nazila menggigil melihat prosesnya.

Ijin pulang keluar jam 10 pagi. Proses administrasi yang lumayan lama membuat kami baru benar-benar checkout hampir jam 4 petang. Saya maunya pulang naik KRL saja tapi Naz memesankan taksi online. Saya ikut saja.

Pikiran saya dipenuhi oleh bayangan nasi padang. Nasi di RS tak mampu mengalahkan cita rasa nasi padang. Barangsiapa yang nekat bilang nasi di RS lebih enak dari nasi padang, akan saya kutuk jadi batu. Tak guna berteman dengan orang yang durhaka pada RM Bundo Kanduang. 🤭

**

Sesampai di rumah pukul 19.30 malam, saya mulai merasa-rasai apa yang berubah dari fisik saya.

Yang pertama, saya merasa posisi bahu kiri lebih rendah dari bahu kanan. Pun juga gerakannya tertinggal di belakang. Saya coba angkat tangan kiri, tenaganya juga kurang.

Saya mencoba-coba mencari alasan di balik perubahan itu. Mengapa sistem motorik turut terganggu padahal yang diputus hanya saraf sensorik?

Saya baru ingat bahwa sistem motorik terdiri dari banyak unsur. Selain saraf motorik, dalam sistem motorik juga ada otot-otot dan rangka. Prosesnya, otak akan mengirim perintah melalui saraf motorik kepada otot untuk menggerakkan rangka. Dari sanalah tercipta gerak terutama gerakan makro di kaki atau tangan. Untuk gerakan mikro seperti pada mimik wajah, rangka tidak turut bekerja. Hanya otot saja.

Khusus untuk tangan kiri, nampaknya putusnya sebahagian otot di leher akibat sayatan ketika pembedahan membuat rangka tangan kiri tidak bekerja sempurna. Saraf motorik sukses sih mengirim perintah dari otak ke otot, tapi otot tidak berdaya menerjemahkan perintah itu secara sempurna menjadi gerak. Akibatnya gerakan rangka menjadi seadanya. Ogah-ogahan, kayak kamu disuruh taubat makan sambel.

Yang kedua, saya minta Murtadha menjepit daun telinga saya dengan kukunya. Hasilnya tidak ada rasa. Saya minta dia jepit lebih keras tanpa sungkan, tetap tidak ada rasa. Fix saya kehilangan fungsi sensori daun telinga. Saya coba mencubit pipi kiri, sebagian berasa, sebagian tidak. Artinya sebagian saraf sensorik di pipi juga terganggu.

Kesimpulan, kalau kamu mau mencium saya, pastikan kecupan dilakukan pada spot yang saraf sensoriknya masih aktif. Biar ada rasa.

Hahahaha.

Selepas ini, masih akan ada kontrol bekas luka operasi untuk melepas jahitan. Waktunya sekitar seminggu yang akan datang.

Last but not least, saya ucapkan terima kasih atas doa dan canda-tawa kawan-kawan selama saya di Rumah Sakit. Saya sangat terhibur dan teruja dengan perhatian kawan-kawan. Semoga kawan-kawan sehat selalu, tidak masuk rumah sakit.

Jangan lupa 14 Februari pilih nomor sekian, jangan pilih nomor sekian.

Report Page