Memori; Musim Panas itu Menjenuh

Memori; Musim Panas itu Menjenuh

Karesha A.

"Aku selalu diganggu olehnya. Itu memuakkan. Kemudian aku membalasnya. Tetapi berakhir buruk." Membuat kekacauan atas pikirku, tanpa disengaja; nyawanya tak lagi nyala.


"Kurasa aku tak lagi bisa hidup di sini.

Aku ingin pergi dan mati."

.

.


Di jalan sepi sepulang itu, di samping kereta yang melaju melebihi detak jantungmu; aku menyadari dengan pasti bagaimana gemetar akan takut itu menguasaimu. Tapi, saat kucoba 'tuk meraihmu, aku mendapati udara kosong.


Di jalan sepi sepulang itu, kau pergi begitu jauh. Suaramu masih terasa jelas dan menggema adanya, tetapi, bahkan meskipun aku melihat bayangmu, lagi; seolah ada yang menahan lariku akan tuju. Aku tak mengerti. Tapi yang kuketahui, di mana pun aku berada, hanya kau yang tak ada di sini.

Sedang masih jelas dalam ingatku;

Sebuah kekacauan itu juga merenggut atas pikirmu.


Di jalan sepi sepulang itu, di antara api marah yang menggila; Kau tiba-tiba mengambil pisau. Menggunakannya 'tuk merenggut nyawamu. "Mari sudahi. Yang mati cukup aku saja."

Lalu kau menikam, menghabisi dirimu sendiri. Itu terasa seperti adegan dalam film.

Saat kuterbangun, kau sudah tak ada di sini. Hanya kau yang tak ada di mana pun. Tapi yang kuketahui; Bukankah benda tajam akan lebih berbahaya di tangan yang tak lihai mengguna?


Aku membenci dunia ini.

Aku membenci dengan kenyataan.


Aku ingin kembali pergi jauh, ke tempat di mana tak ada seorang pun berada. Hingga akhirnya kusadari, bahwa rupanya, dalam ketidakwarasan saat kita bersama, dalam pelarian dari segala kacau yang ada; aku justru merasa hidup.


Tetapi, cerita tentang Seorang Pembunuh dan Orang yang Tak Berguna sudah berakhir.

Namun, kau tak bersalah–

Itu yang sebenarnya ingin kau dengar, kan?


ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ─‌─‌─‌───‌──‌─‌─‌ㅤㅤㅤㅤㅤ

A representation of That Summer is Saturated, as a portrayal of the main character's innermost thoughts and feelings after being left for dead. And here for the English version.

Report Page