Generasi Z: Digital Native Pertama

Generasi Z: Digital Native Pertama


Waktu terus berjalan dan dunia mulai beralih ke generasi yang lebih muda. Tidak hanya Generasi Y atau Milenial yang sekarang punya peran. Kini Generasi Z pun sudah tampil. Bahkan bisa jadi Generasi Z-lah yang akan langsung mengambil tongkat komando.

Belum habis Generasi Milenial dibahas, belakangan sudah muncul Generasi Z. Generasi ini disebut sebagai antitesis dari Milenial. Bahkan dalam sebuah artikel di Washington Post menyebutkan, bila Milenial melakukan disrupsi pada sistem, maka Generasi Z ada untuk memperbaiki kekacauan yang ditimbulkan.

Generasi Z disebut memiliki penerimaan lebih tinggi pada perbedaan, lebih mendunia, semakin multitasking, dan lebih entrepreneurial dari generasi sebelumnya. Di sisi lain, generasi ini lebih bijaksana dan berhati-hati soal keuangan.

Tapi siapakah Generasi Z ini? Ada banyak pendapat tentang batasan waktu yang menandai kemunculan generasi ini. Tapi yang pasti, generasi ini lahir saat internet sudah menyebar. Secara umum, generasi ini dianggap lahir di pertengahan tahun 1990-an, sekitar 1995 hingga 2015.

Mengenal dunia digital sejak dini membuat Generasi Z tumbuh sebagai sosok digital savvy. Inilah generasi pertama yang mendapat sebutan sebagai digital native. Berbeda dengan senior mereka para Milenial yang masih sempat menggunakan berbagai perangkat analog, Generasi Z lebih banyak terlibat dengan perangkat teknologi digital mereka.

Penelitian mengenai AdReaction: Engaging Gen X, Y, and Z yang dirilis Kantar Millward Brown menunjukkan, hal ini menyebabkan Generasi Z memiliki perilaku yang unik dalam menanggapi konten iklan. Karekteristik mereka tidak mudah terpengaruh dengan konten iklan.

Survei yang dilakukan Google Consumer Barometer menemukan, 80% Generasi Z di Indonesia mengaku menggunakan internet untuk keperluan pribadi mereka setiap hari. Tak heran jika 99% Generasi Z mengaku lebih sering terlibat dalam penggunaan smartphone. Tak kalah menarik, fakta yang menunjukkan meskipun Generasi Z tumbuh di era digital, televisi (TV) masih menjadi perangkat yang eksis mereka gunakan. Sekitar 94% Generasi Z di Indonesia masih menggunakan TV, meski 62% di antara mereka mengaku menggunakan perangkat lain seperti komputer, tablet, ataupun smarphone saat menonton TV secara bersamaan.

Generasi Z memang amat terbuka dengan teknologi baru. Mereka memiliki tingkat adaptasi yang tinggi. Semisal, ketika teknologi baru semacam artificial intelligence (AI), virtual reality (VR), atau wearable devices diperkenalkan, makan Generasi Z dapat dengan cepat beradaptasi dengan hal-hal ini.

Ada insight menarik yang ditemukan dari generasi ini. Rama Mamuaya, founder dan Chief Executive DailySocial.id mengatakan, kecenderungan Generasi Z dalam penggunaan media sosial telah membentuk karakteristik “narsisistik”. Fitur yang tengah populer seperti YouTube Live, Instagram Live, ataupun Facebook Live mendorong hasrat mereka untuk mendapatkan pengakuan dari peer mereka. “Mereka butuh apresiasi dari kawan-kawan terhadap aktivitas yang mereka pamerkan di media sosial,” ujar Rama.

Temuan Google tentang How Digitally Savvy are Generation Z? menunjukkan, 89% dari Generasi Z merasa menggunakan internet adalah hal yang menyenangkan, dan 65% mengaku senang mem-posting konten mereka di dunia online. Sedangkan 57% juga mengaku sering berbagi konten mengenai apa yang mereka lakukan secara online. Rama melanjutkan, Generasi Z ini lebih senang mengonsumsi konten-konten yang bersifat micro-storytelling.

“Mereka suka hal yang singkat dan biasanya berisi video. Secara umum, ini mirip dengan Twitter, namun dalam bentuk storytelling berupa video. Kalau Twitter ada microblogging, saat ini disebut micro-storytelling, seperti Instagram Story atau Snapchat Story,” kata Rama. Faktanya, 27% Generasi Z menonton video online setiap hari, 26% lain secara mingguan, dan 22% lain secara bulanan.

Terkait pola konsumsi media, studi Kantar Millward Brown menemukan Generasi Z tidak mudah terkesan dengan iklan dibandingkan Milenial. Musik merupakan salah satu pendekatan yang bisa digunakan untuk generasi ini. Pasalnya, studi ini menemukan Generasi Z di Indonesia lebih menyukai musik dibandingkan para Milenial.

Google pun menemukan, 93% Generasi Z menggunakan smartphone mereka untuk mendengarkan musik. Bentuk kolaborasi konten yang melibatkan video dan musik pun dapat dipilih untuk menyasar generasi ini.

——————————

Baca Juga:

——————————

Tak Loyal, Namun Royal

Ada banyak istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan Generasi Z, yakni Post-Millenials, Homeland Generation, iGen, The Founders, Centennials, ataupun Deltas. Seluruh istilah ini dikatakan Profesor GSM London Jonathan Wilson merujuk pada generasi digital natives yang nyaman berinteraksi melalui media sosial. Mereka juga merupakan para seniman yang adaptif.

Jika dikaji lebih jauh dari sisi karakteristik, Managing Director Technology Consulting Lead Accenture Indonesia Leonard Nugroho mengatakan bahwa generasi ini cenderung berupaya mengejar apa yang mereka mau. Tak jarang, banyak pihak yang menandai Generasi Z sebagai generasi yang tak loyal. Hal ini tercermin dalam dunia kerja. Generasi Z secara umum akan berpindah kerja setelah satu tahun bekerja di sebuah perusahaan. Hal ini lantaran mereka ingin menggapai apa yang mereka inginkan. “Namun untuk masalah kebiasaan di kantor harus dilihat dari beragam sisi juga karena kebutuhan Generasi Z ini berbeda-beda,” ungkap Leonard.

Lahir ketika semua kebutuhan dapat dengan instan mereka peroleh, Generasi Z dikatakan Leonard memiliki buying behavior yang berbeda dengan generasi terdahulu mereka (Generasi Y dan X). Meski terbilang tak loyal dan belum memiliki kebutuhan sebanyak apa yang dibutuhkan Generasi Y dan X, Generasi Z cenderung lebih royal dalam mengeluarkan uang.

Generasi Z menginginkan sesuatu yang sudah ada di depan mata. Karena belum memiliki banyak kebutuhan, mereka tak segan menghabiskan uang untuk hal-hal yang bersifat leisure, personal activities, atau hobbies yang menarik untuk mereka,” kata Leonard.

Jadi, apa rencana Anda untuk Generasi Z ini?


Sumber: Marketeers


——————————

Websis for Edu adalah konsultan untuk adopsi dan integrasi teknologi dalam pendidikan.

Dapatkan berita terkini, tips-tips praktis, serta fakta-fakta menarik seputar pendidikan dan teknologi dengan mengikuti channel Telegram @PendidikanAbad21 atau kunjungi websis.co.id jika Anda tertarik mengetahui program Smart Classroom lebih jauh.


Report Page