Dampak Resesi Jepang Terhadap Ekonomi Indonesia

Dampak Resesi Jepang Terhadap Ekonomi Indonesia


Jepang juga sangat bergantung pada ekspor barang dan memiliki sedikit kendali atas permintaan konsumen di negara-negara lain yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan lockdown. VIVA– Jepang mengalami resesi ekonomi untuk pertama kalinya sejak tahun 2015, seiring dengan kerugian akibat pandemi coronavirus yang terus meningkat. Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu menyusut pada laju tahunan 3,4 persen, dalam tiga bulan pertama tahun 2020.

Jakarta - Meningkatnya dampak pandemi virus corona Covid-19 terhadap perekonomian, membuat Jepang mengalami resesi. Produk domestik bruto negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu menyusut 3,4 persen dalam triwulan pertama 2020 dibandingkan periode sama tahun lalu. Negara ini juga sangat bergantung pada ekspor yang tengah terpuruk, sementara permintaan dalam negeri yang tak mendominasi tertekan oleh pembatasan akibat pandemi virus corona.

Ekonomi terbesar ketiga di dunia itu mengalami kontraksi 3,4% tahunan di kuartal pertama, data produk domestik bruto resmi menunjukkan, kurang dari perkiraan pasar rata-rata untuk penurunan 4,6%. Angka itu lebih dalam dari sebelumnya, yakni kuartal IV 2020 yang minus 0,1 persen. Ekonomi Jerman yang ditopang industri manufaktur, terpuruk akibat lesunya permintaan global, gangguan pada rantai pasok bahan baku, serta konsumsi yang menurun akibat pandemi virus corona. pt. solid gold terkena resesi yang merupakan dampak ekonomi dari Covid-19. Dampak perekonomian secara global akibat Covid-19 itu bisa mencapai USD 8,8 triliun atau setara dengan Rp 132,002 kuadriliun.

Di kuartal pertama tahun ini, perekonomian negara yang dipimpin Presiden Donald Trump itu turun hingga 4,8 persen. Angka pengangguran di negara tersebut bahkan diperkirakan bisa mencapai 25 persen. Tiongkok yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia mengalami penurunan 6,8 persen di kuartal pertama. Hal ini sejalan dengan dampak virus corona yang memukul perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut.

Virus corona memicu kekacauan pada perekonomian global dengan perkiraaan biaya dampak mencapai hingga US$ 8,8 triliun. Pekan lalu, Jerman tergelincir ke jurang resesi akibat kebijakan penguncian atau lockdown kembali berlanjut.

Wimboh menjelaskan, ekonomi Singapura mengalami kontraksi cukup dalam karena sangat bergantung pada faktor eksternal, seperti perdagangan internasional. “Tidak heran kalau berbagai negara yang sangat bergantung pada perdagangan dan jasa internasional drop besar, seperti Singapura.

Report Page