Cerita Sex Dukun

Cerita Sex Dukun




πŸ’£ πŸ‘‰πŸ»πŸ‘‰πŸ»πŸ‘‰πŸ» ALL INFORMATION CLICK HERE πŸ‘ˆπŸ»πŸ‘ˆπŸ»πŸ‘ˆπŸ»




















































November 03, 2020
AuthorΒ β€”Β Pemanah Rajawali
Aku dilahirkan dalam keluarga pengusaha. Papa dan Mamaku adalah pengusaha. Mereka membangun bisnis bersama dari nol. Usaha keluarga kami cukup menghasilkan. Kami mampu membeli rumah di daerah Kelapa Gading dan beberapa rumah peristirahatan di luar kota Jakarta. Keluarga kami terdiri dari Papaku, Hermawan berusia empat puluh tahun, Mamaku, Lenny berusia tiga puluh enam tahun dan aku, sekarang usiaku delapan belas tahun.
Kami keturunan Tionghoa. Papaku tampak seperti pengusaha biasa, dengan rambut mulai membotak dan perut buncit. Mama, di lain pihak, adalah perempuan yang senang merawat diri. Tubuh Mama tidak pernah gendut. Ia tampak langsing dan memiliki postur yang tegap bagai peragawati. Walaupun dadanya tidak terlalu membusung, namun tetap saja terlihat indah dan mancung di balik pakaiannya.
Tetapi jujur saja, aku mengagumi kecantikan Mamaku. Pernah juga aku masturbasi membayangkan tubuh Mamaku namun setelah itu aku merasa bersalah. Alasan aku pernah membayangkan tubuh Mama adalah kami punya kolam renang dan biasa berenang. Biasanya Mama memakai baju renang one piece. Dan karena biasa aku jadi tidak terlalu memikirkannya, namun suatu kali Mama memakai bikini kuning dan aku dapat melihat tubuh Mama yang hampir telanjang.
Payudara Mama memang tidak besar, namun gundukkan teteknya cukup jelas terlihat dan bentuknya tegak bukan kendor, dengan puting menyembul di kain penutup dadanya. Perut Mama begitu rata dengan pinggang ramping, namun pantat sedikit besar. Tinggi badannya 160 cm, lebih pendek dariku yang bertinggi 170 cm.
Kisahku dimulai tahun lalu. Saat itu aku berusia tujuh belas tahun. Aku saat itu kelas 3 SMA. Berhubung aku sudah dewasa dan memiliki KTP, aku dihadiahkan mobil sedan yang sering kupakai untuk sekolah maupun jalan-jalan.
Pada saat itu, usaha Papa dan Mama mengalami kemunduran, kemunduran ini mulai semenjak tiga tahun belakangan. Kami tertipu ratusan juta rupiah. Selain itu, banyak juga rekan bisnis yang memilih untuk berbisnis dengan saingan kami. Juga ada investasi yang tidak menguntungkan, maka makin lama, keuangan kami mulai menipis.
Segala hal telah dicoba, mulai dengan menawarkan discount ke rekan bisnis ataupun customer, berhutang ke bank untuk ditanam sebagai modal (yang membuat hutang semakin banyak) dan bahkan pergi ke orang pintar untuk meminta bantuan. Namun semuanya tidak berhasil mengangkat perekonomian keluarga kami.
Suatu hari, teman dekat Mamaku datang berkunjung. Mereka asyik berbincang ngalor ngidul. Akhirnya sampai pada topic keuangan. Teman Mamaku itu juga memiliki bisnis keluarga yang dibangun bersama suaminya. Mama bertanya kepada temannya mengenai kiat mereka sehingga dalam jaman susah begini usahanya makin maju.
Sungguh terperanjat Mama ketika tahu, bahwa temannya itu pergi ke dukun di luar kota. Mulanya Mama tidak percaya, namun temannya tetap bersikukuh bahwa semua karena dukun itu. Akhirnya setelah bicara panjang lebar, Mama menjadi yakin dan ingin mencoba dukun itu. Anehnya, teman Mama berkata.
Cici harus berangkat berdua ke dukun itu. Harus membawa teman lelaki, tetapi tidak boleh membawa suami.
Itu memang syaratnya. Pokoknya cici percaya saja. Saya sudah membuktikan sendiri. Dan segala perkataan dukun itu telah terbukti.
Pokoknya harus lelaki dewasa yang bukan suami sendiri. Cici kan punya sopir? Saya sarankan bawa sopir aja. Kan sekalian ada yang ngatar juga. Nah, begitu sampai, Cici dan supir Cici harus menghadap dukun itu.
Tak lama kemudian teman Mama pulang setelah memberitahukan alamat dukun itu dengan peta buram untuk mencapai ke sana. Malamnya, Mama dan Papa berembuk. Papa yang juga sudah tak berdaya menghadapi keadaan akhirnya setuju.
Tapi, Ma, kata Papa, Papa ga mau Mama dianter sopir ke tempat dukun itu di luar kota. Papa ga merasa nyaman.
Loh, Pak Mo itu kan sudah lama jadi supir kita? Hampir sepuluh tahun.
Tapi syaratnya kan harus ada lelaki yang ngantar Mama.
Begini saja, deh. Si Koko itu kan sudah besar, lagian dia juga sudah bisa bawa mobil. Mending kalian berdua saja yang pergi. Papa merasa kalau Koko yang nganter, maka lebih aman dan nyaman. Baik bagi Mama maupun bagi Papa.
Akhirnya mereka menyetujui hal ini. Aku jadi sopirnya Mama. Pada mulanya aku menolak, berhubung akhir minggu aku ada kencan dengan pacarku. Tapi Papa malah marah dan mengatakan aku anak durhaka yang tak mau menolong keluarga. Akhirnya aku terpaksa menurut juga dengan hati penuh rasa sebal dan marah.
Malam Sabtu kami berangkat sore. Perjalanan ke tempat dukun itu memakan waktu sekitar lima jam. Sekitar pukul sepuluh kami sampai di tempat itu. Tampak banyak pengunjung. Ada sekitar dua puluhan pasangan menunggu. Setelah kamipun ada sekitar lima atau enam pasangan yang datang.
Dari kesemua pasien dukun itu, tampak sepertinya adalah majikan dan sopir. Namun ada juga yang bagaikan suami isteri yang sepantaran. Mungkin juga supir tapi ganteng, entahlah. Mama dan aku berpandangan. Jangan-jangan harus dengan sopir. Wah bisa berabe nih. Namun karena nasi sudah menjadi bubur, maka kami tetap menunggu giliran kami dipanggil dukun itu.
Akhirnya kami dipanggil masuk kamar dukun itu. Dukun itu tampak sedikit terkejut. Kami bersila di depannya dengan tempat kemenyan yang berasap di antara kami dan dukun itu. Setelah jeda yang agak lama ia berkata.
Dukun itu mengangguk-angguk dan terdiam berfikir selama beberapa saat. Akhirnya ia berkata,
Biasanya yang datang adalah pasien dengan sopirnya atau temannya. Tapi Mama bawa anak sendiri. Bagus, bagus.
Apanya yang bagus, dok? tanyaku penasaran. Tapi dukun itu tidak menjawab malah menerawang jauh seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat. Akhirnya ia berkata lagi.
Ada keinginan apa, sehingga Mama datang ke sini?
Begini, Ki. Kami sekeluarga memiliki usaha yang besar. Tetapi akhir-akhir ini terus merugi. Kami sudah melakukan segalanya untuk memperbaiki usaha kami, tapi selalu gagal. Nah, menurut teman saya, Aki ini katanya pintar sekali dan manjur. Maka kami ke sini minta bantuan Aki agar usaha kami sukses.
Dukun itu manggut-manggut. Setelah terdiam (lagi) beberapa saat ia berkata,
Bisa. Bisa. Tapi, syarat untuk mencapai keinginan ini berat sekali. Kalian harus bersumpah kepada Aki untuk melakukan syaratnya. Bila syarat ini tidak dilakukan, maka hasilnya adalah harta kalian akan habis sekejap dan kalian akan jadi miskin.
Syarat apa itu, Ki? Kalau tidak berat maka kami pasti akan melakukannya, kata Mamaku.
Syarat ini jelas berat. Namun, Aki tidak boleh membicarakan syarat sebelum kalian bersumpah dahulu. Ini adalah keharusan dari ilmu yang Aki miliki.
Maksudnya, kami harus bersumpah tanpa tahu syaratnya apa? Tanya Mama.
Gimana, ya Ki? Kami harus tahu dulu agar kami bisa menentukan bisa atau tidaknya. Contoh, bila syaratnya membunuh orang, tentu kami tidak akan melakukannya.
tidak perlu membunuh. Syarat ini tidak akan menyakiti orang lain malahan akan memberikan kebaikan pada diri sendiri.
Aki tidak akan bilang syaratnya sebelum kami bersumpah?
Koko sih setuju aja bila tidak harus menyakiti orang lain. Kan semua demi keluarga.
Akhirnya kami setuju. Dan ritual sumpah itu dilakukan. Kami bersumpah sendiri-sendiri dengan sang dukun memegang jidat kami dan mengasapi dengan kemenyan. Anehnya, aku hanya bersumpah akan melakukan satu syarat, sementara Mama harus bersumpah melakukan dua syarat. Barulah kemudian ia kembali duduk di tempat semula dan berkata.
Perlu diingat bahwa kalian sudah bersumpah. Dan dalam sumpah itu, kalian juga menerima bahwa apabila menolak melakukan syarat-syarat, maka harta kalian akan hilang dari muka bumi.
Sebenarnya syaratnya adalah kalian harus melakukan ritual dalam sebulan tiga kali, untuk membuat jin-jin membantu kalian mengumpulkan uang. Bila ritual ini tidak dijalankan, maka jin-jin itu akan menghabiskan uang kalian, alias akan merugikan kalian sendiri. Ritual itu harus dilakukan kalian berdua sebagai pasangan yang datang kemari minta bantuan.
Sang dukun berdehem dan kemudian melanjutkan pembicaraan,
Kami berdua kaget setengah mati. Ritual seks? Mama dan anak?
Tapi, Ki. Kami Mama dan anak! kata Mamaku.
Justru disitulah kuncinya. Selama ini, Aki menganjurkan ritual dengan lelaki yang bukan suami. Demikian tuntutan ilmu itu. Berselingkuh dengan lelaki lain membuat jin-jin itu akan datang menonton dan bekerja kepada pasangan tidak sah itu. Sedangkan bila Mama dengan anak melakukan ritual, dapat dipastikan jin-jin yang datang akan lebih banyak.
Yang perlu diingat sumpah si lelaki hanya satu syarat, tetapi sumpah si perempuan ada 2 syarat. Yang satu adalah melakukan ritual dengan pasangan yang di bawa ke sini, yang satu adalah untuk menghentikan hubungan seksual dengan suami sendiri. Ini adalah kesenangan Jin yang lain, melihat bahwa si suami tidak mendapatkan tubuh isterinya, sementara isterinya memberikan diri kepada orang lain.
Mama tambah membelalakan matanya. Seks dengan anak sudah parah, kini tidak boleh berhubungan seks dengan suaminya. Rupanya dukun ini adalah dukun ilmu hitam. Ada rasa penyesalan yang terlihat di wajah Mama. Aku pun kaget jadinya.
Dukun ini berwajah angker dan berwibawa. Mama tidak berani menolak melainkan hanya mengangguk saja untuk memperlihatkan persetujuan. Akhirnya Mama membayar mahar sekitar sepuluh juta rupiah lalu kami pergi dari situ.
Sepanjang jalan Mama ngomel-ngomel. Untung saja Pak Mo, supir kami tidak ikut. Pak Mo itu sudah tua dan tampangnya juga jelek. Mama mana nafsu dengan lelaki itu. Aku sepanjang jalan terdiam karena ketika mendengar syarat itu aku terkejut seperti Mama, namun aku tidak semarah Mama, melainkan aku menjadi membayangkan tubuh Mama saat memakai bikini dan kontolku langsung bangun.
Namun, dalam perjalanan kami itu, Mama menekankan bahwa kami tidak akan berhubungan seks. Dukun itu memang gila. Masa harus begituan dengan anak sendiri? Aku menjadi kecewa dan sedih, namun aku berusaha tidak menunjukkannya.
Kami sampai di Jakarta keesokan paginya. Aku langsung tidur karena letih dan begitu juga Mama. Sampai beberapa minggu hal ini tidak pernah kami bicarakan.
Tiga minggu kemudian, saat itu malam hari. Mama mengetuk pintu kamarku dan masuk ke kamarku. Mama memakai daster yang panjang ke lutut namun bagian atasnya merupakan gaun berleher rendah dengan tali daster yang tipis memeluk bahunya. Sayangnya Mama pakai BH, dapat kulihat tali BHnya yang ada di bawah tali dasternya dan sedikit cup BH yang menyembul karena leher gaun yang cukup rendah.
Ko, kamu inget dukun yang pernah kita datangi bersama-sama waktu itu?
Oh, yang gila itu? kataku sambil terus menonton TV untuk menunjukkan aku tidak terlalu memikirkan hal itu, padahal selama ini aku selalu masturbasi membayangkan Mama semenjak pulang dari dukun itu.
Begini, Ko. kamu inget ga, apa kata dukun itu bila kita tidak melakukan ritual?
Aku belagak mendengus tak percaya, padahal aku ingat sekali semua perkataan dukun itu. Dukun itu bilang, kalau kami berdua tidak juga berhubungan seks, maka keluarga kami akan bangkrut. Aku diam-diam berharap sekali bahwa usaha keluarga kami merugi agar aku bisa tidur dengan Mama.
Dukun itu benar, Jun. tiga minggu ini, usaha kita rugi terus. hampir 1 M melayang selama tiga minggu ini. Dan bila ini terus terjadi, kita terpaksa harus menjual hampir seluruh harta kita.
Apa? aku berkata dengan memasang muka sedih, kecewa, kaget dan lain-lain. Namun hatiku berbunga-bunga. Pucuk dicinta ulam tiba, kata orang tua. Dalam hati aku begitu bahagianya hingga aku susah payah menahan senyum di wajahku. Rasanya ingin berteriak. Apakah ini berarti Mamaku mengajakku ML?
Mama mendehem sekali. Tampak ia gugup.
Nah, Mama dan Papa tak pernah menyimpan rahasia. Dulu sewaktu pulang, Papamu telah Mama beritahu tentang dukun ini. Maka, sekarangpun Papamu tahu bahwa kita merugi karena ulah sumpah kita sendiri.
Terus? dalam hati aku berteriak kegirangan. Tampaknya, harapanku akan segera terwujud.
Mama dan Papa sepakat untuk mengikuti ritual ini selama sebulan ini. Terus kita lihat apakah ada perubahan? Bila tidak ada, maka kami berdua mohon agar kamu melupakan semua ini dan memaafkan kami berdua.
Bila ada perubahan dan usaha kita untung?
Kemudian Mama menghampiriku. Aku deg-degan sekali. Mama menarik boxerku sehingga lepas. Kaget juga ia ketika melihat kontolku yang besar sudah tegak berdiri akibat pembicaraan ini. Terlihat di raut mukanya bahwa ia kaget.
Mama agak bingung bagaimana seharusnya kita melakukannya. Tapi Mama berpendapat, kita tidak boleh melakukan hubungan seksual dengan percintaan, karena kita Mama dan anak.
Kita tidak perlu ciuman, buka seluruh pakaian dan lain-lain seperti sepasang kekasih. Mama tetap akan pakai daster. Kamu tidak boleh memegang Mama. Biar Mama di atas saja. Kamu diam saja di bawah.
Maka aku berbaring diam. Mamaku menekan kontolku sampai menempel di perutku dengan tangan kirinya, lalu ia menduduki kontolku. Ternyata di balik daster Mama, tidak ada celana dalam sehingga batang kontolku merasakan bibir memek Mama menekan di batang kontolku.
Kemaluan perempuan harus basah dulu. Jadi, mama akan gesek-gesek sebentar sampai kemaluan Mama basah, lalu kita akan melanjutkan ke ritual.
Lalu Mama menopang tubuhnya dengan memegang dadaku, kemudian ia mulai menggesekkan memeknya di batang kontolku. Aku dapat merasakan bibir memeknya membuka dan kontolku kini dijepit bibir itu, sementara bagian bawah batang kontolku menekan bagian dalam memek Mama, tepatnya dinding di mana labium minoranya terletak.
Lama kelamaan keluar cairan pelumas. Aku dapat merasakan memek Mama perlahan mulai lembap dan licin lalu basah karena lendir yang keluar dari memeknya. Selama proses ini Mama memejamkan matanya. Akhirnya setelah beberapa menit, selangkangan Mama dan batang kontolku sudah licin karena lendir Mama.
Pengalaman ini terus kuingat sepanjang hidupku. Walaupun Mama tidak membuka pakaiannya, namun aku merasakan sensualitas yang sangat tinggi menguasai tubuhku. Saat vagina Mama sudah basah dan membasahi batang kontolku, aku dapat mencium bau badan Mamaku yang perlahan memasuki hidungku. Selain itu, tubuh Mama hari itu wangi karena tampaknya baru saja mandi.
Setelah yakin bahwa memeknya telah licin dan siap untuk dimasuki penisku, Mama berlutut sebentar, tangannya memegang kontolku dan diacungkan ke atas, lalu ia memposisikan kontolku di depan lubang memeknya. Setelah posisinya pas, maka ia duduk perlahan di kontolku.
Nikmatnya merasakan kontolku perlahan menembus memek Mama. Pertama-tama lingkar luar lubang vagina Mama dilewati oleh kepala kontolku dengan susah payah. Untuk beberapa saat ujung penisku tidak berhasil masuk lubang kecil itu, lalu plop! Tiba-tiba kepala kontolku sudah masuk ke dalam liang senggama Mama.
Lubang memek Mama sempit sekali, kepala kontolku bagai sedang dijepit tabung silinder yang sempit. Mama mendesah bagai sedang makan cabe. Lalu perlahan menurunkan tubuhnya lagi sampai tiga perempat kontolku menggeleser lebih jauh dalam lubang kencingnya itu. Namun, tiba-tba saja gerakan Mama berhenti karena kontolku menancap di lingkaran lubang masuk ke rahim milik Mama.
Punya kamu besar dan panjang. Belum masuk semua udah ada di ujung rahim Mama, kata Mama dengan nafas tersengal. Sementara itu, memek Mama berdenyut-denyut, dan menjepit kontolku begitu kuatnya. Aku merasa linu di lututku dan aku mengerang nikmat sekali walaupun kontolku berasa sedikit sakit karena sempitnya memek Mamaku.
Desahan Mama makin jelas, lalu tiba-tiba Mama menghempaskan tubuhnya ke bawah sehingga kini kontolku ambles ke dalam liang persenggamaan Mamaku. Aku dapat merasakan kepala kontolku melewati lubang masuk rahim Mama dan kini kepala kontolku dan sedikit bagian batang kontolku sudah ada di dalam rahim Mama.
Uuuuuuuh. Belum pernah ada yang masuk sejauh ini tahan sebentar, ya
Mata Mama terpejam erat. Wajahnya meringis. Nafas Mama memburu. Sementara itu, Aku menjadi serba salah. Ingin rasanya kupeluk Mama lalu kuentot dengan buas tubuhnya, namun aku takut dimarahi. Kepalaku pusing menahan birahi ini. Dinding vagina Mama yang halus dan basah itu begitu kuat menjepit kontolku lagi lubang itu seakan mengenyot batangku karena membuka dan menutup seiring irama nafas Mama.
Kedua tanganku meremas seprai, sementara mataku berusaha melihat selangkangan kami berdua, namun daster Mama menghalangi. Kupandangi wajah Mama yang cantik itu. Dahi Mama mengerut seakan menahan sakit dan matanya terpejam rapat. Nafasnya yang mulai memburu mengeluarkan suara desahan nafas yang ditahan.
Memek Mama masih mengocoki burungku. Selangkanganku kini sudah basah oleh lendir vagina Mamaku. Bau tubuh Mama yang menguar dari dalam kemaluannya menjadi makin kuat, mengalahkan wangi sabun yang merebak dari tubuhnya. Bau tubuh Mama yang sedang birahi, Bau yang Belum pernah kucium sebelum malam ini, karena selama ini Mama selalu memakai parfum mahal, sehingga aku tidak pernah tahu bau tubuh Mama yang sebenarnya.
Aku merasakan sesuatu yang belum pernah kurasakan. Kontolku yang tadinya perjaka kini sudah mengalami hubungan seks dengan perempuan. Memek Mamaku menyedot-nyedot kontolku, mengirimkan sensasi sensual yang menjalar dari burungku hingga ke seluruh ujung tubuhku. Aku seakan berada di suatu tempat fantasi yang indah, bukan lagi di bumi.
Makin lama pantat Mama makin cepat digoyang. Selangkangan Mama menumbuki selangkanganku dengan bunyi yang terdengar makin keras. Mulut Mama mulai membuka dan desahan mulutnya mulai berubah menjadi erangan.
aaaaaaahhhh.. aaaaaaaaarhhhhh. Aaaaahhh..
Tiba-tiba Mama merebahkan diri di tubuhku dengan mata masih terpejam. Kedua tangannya memeluk pundakku dari luar kedua tanganku, sehingga menjepit kedua tanganku di samping tubuhku dengan telapak tangan mengarah kedepan sehingga ia memegang pundakku dari belakang. Dapat kurasakan kedua payudara Mama menekan dadaku dari balik daster dan BHnya.
Bau tubuh Mama yang begitu erotis dan sensual membuatku gila, Aku ingin sekali merengkuh tubuh Mama dan balas mengentotinya dengan liar. Aku pikir karena Mama sudah memelukku, maka akupun tak apa memeluknya. Oleh Karena itu, ku peluk Mama dengan telapak tanganku memegang pantatnya.
Ketika aku mulai meremasi pantat Mama, Mama kurasakan kaget karena menarik nafas tiba-tiba. Kupikir ia akan marah, namun ternyata ia melanjutkan erangannya.
Pipi kami berdua kini menempel. Pelukan Mama makin erat saja, dan selangkangan kami kini sudah basah kuyup oleh cairan vagina Mama. Suara selangkangan kami yang beradu begitu cepatnya dank eras memenuhi kamar tidurku.
Ditingkahi erangan Mama yang terus menerus mengatakan yeah dan ah diulang-ulang. Aku juga menjadi ikut terbawa suasana. Aku memberanikan diri mengerang juga.
aaaaahhhhhh.. ahhhh maaaa. Aaaaahhhhhh Maaaa
Sengaja kupanggil Mama disela-sela eranganku karena hal ini membuat aku makin bernafsu. Dengan memanggil Mama, maka tersirat bahwa aku menyadari bahwa aku sedang bersetubuh dengan Mamaku dan aku menyukai bersenggama dengan Mamaku. Entah apakah Mama menyadarinya
Namun reaksi Mama hanya terus mengerang,
Sex Slave Torrent
15 Letnie Sex
Tribute Cum Sex
Bbw Sex Forest
Sestra Brat Sex Massaj
Cerita Sex Diperkosa Dukun Cabul - Cerita Sex | Cerita Dewasa
Cerita Sex Dukun Mbah Gemblung Dukun Cabul
Akibat Ke Dukun | Cerita Sex Dewasa
Cerita Sex Ngentot Sama Dukun Berkontol Besar
Cerita Sex Aku Diperkosa Dukun Cabul - 139.99.33.205
Cerita Sex Diperkosa Dukun Cerita Sex Diperkosa Dukun
Aksi Dukun Cabul Setubuhi Wanita Calon Pejabat Cerita ...
DI ENTOT DUKUN | Cerita Sex Bahasa Indonesia
Cerita-Cerita Dewasa Dientot Dukun Susuk - Cerpen Panas Update
ABG 17 Tahun di Perkosa Mbah Dukun | Cerita Sex Bahasa ...
Cerita Sex Dukun


Report Page