3 Kemungkinan Hasil Tes COVID-19 Negatif Padahal Ada Gejala Dan Kontak Erat

3 Kemungkinan Hasil Tes COVID-19 Negatif Padahal Ada Gejala Dan Kontak Erat


Jakarta - Banyak masyarakat yang melakukan tes COVID-19 untuk berjaga-jaga apakah terinfeksi virus Corona atau tidak. Mengingat belakangan ini kasus COVID-19 lagi melonjak tinggi akibat varian Omicron. Beberapa orang di antaranya mungkin ada yang mendapatkan hasil positif dan juga negatif.

Nah, sejumlah orang yang mendapat hasil tes COVID-19 negatif mungkin ada yang bingung mengapa hasilnya negatif, padahal sebelumnya habis kontak erat dengan pasien positif dan muncul gejala, seperti batuk-pilek.

Baca juga: Masa Inkubasi COVID-19 Berapa Lama? Ini Panduan Resminya

Jika sudah begini, apa sih alasannya? Dikutip dari Times of India, Jumat (18/2/2022), berikut sejumlah alasan yang mungkin terjadi:

1. data pengeluaran hk , bisa jadi hasil tes COVID-19 yang didapatkan merupakan false negatif atau hasil negatif palsu.

Tes RT-PCR (Real Time Polymerase Chain Reaction) yang dianggap sebagai standar emas untuk mendeteksi keberadaan Virus Corona di dalam tubuh kemungkinan bisa menunjukkan informasi yang salah karena beberapa faktor.

Bahkan jika CT scan atau laporan tes darah pasien mengkonfirmasi keberadaan virus, tes RT-PCR kemungkinan tidak memverifikasi hal yang sama. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh sampel pasien yang tidak diambil dengan benar.

Meskipun demikian, tes RT-PCR memiliki sensitivitas hanya 60 persen dan hasilnya bisa akurat jika seseorang telah di-swab dengan benar.

2. Viral load yang rendah Viral load yang rendah kemungkinan bisa menunjukkan hasil tes negatif. Uji real time-PCR mengukur RNA virus dalam hal ambang siklus (CT). Ini mengacu pada jumlah siklus yang dibutuhkan sinyal fluoresen agar bisa dideteksi dan berbanding terbalik dengan viral load.

Hasil akhir didasarkan pada nilai CT kurang dari 40 yang umumnya dianggap positif. Jadi, apabila viral load-nya rendah, tes RT-PCR dapat menunjukkan hasil negatif meskipun seseorang mengalami gejala COVID-19.

Meskipun hal ini tidak dapat dijadikan sebagai skala yang absolut, CT value bisa sangat informatif untuk mengetahui banyaknya virus atau viral load di dalam tubuh.

3. Melakukan tes terlalu dini Bisa juga seseorang melakukan tes terlalu dini sehingga virus sulit dideteksi lantaran masih terbilang sedikit di dalam tubuh atau masa inkubasi.

Pasalnya, apabila mengacu pada Surat Edaran Menteri Kesehatan (Kemenkes RI) No HK.01.07/Menkes/4641/2021 terkait Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, dan Isolasi dalam Rangka Percepatan Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Diseases 2019 (COVID-19), rerata masa inkubasi COVID-19 (waktu sejak seseorang tertular sampai munculnya gejala) adalah 5-6 hari walaupun pada sedikit kasus dapat mencapai 14 hari.

Seseorang terinfeksi bisa menjadi sumber penularan yang dimulai sekitar 2 hari sebelum orang tersebut menunjukkan gejala.

Lalu, kapan waktu terbaik untuk tes COVID-19 kembali? Juru bicara Satgas COVID-19, dr Reisa Broto Asmoro, pada siaran sehat secara daring, Senin (14/2/2022), juga menyarankan untuk melakukan tes COVID-19 kembali pada hari ke-5.

Hal ini disebabkan virus kemungkinan mengalami masa inkubasi COVID-19, sehingga lebih mudah dideteksi pada hari ke-5. Namun, apabila hari ke-5 hasilnya tetap negatif, tak perlu lagi untuk menjalani isolasi mandiri.

"Jadi kalau misalnya kita udah tes, trus hasilnya keluar yang positif ya otomatis harus isolasi mandiri. Tapi kalau misalnya ternyata kita punya gejala itu tapi hasilnya negatif ya, balik lagi, ini penyakit si COVID ini lagi di mana-mana dan orang yang kena disekitar kita lagi banyak banget. Jadi otomatis kita harus meng-karantina dulu," ucapnya

"Kemudian kita harus melakukan pemeriksaan lagi, swab lagi, yakni pada hari ke-5. Karena biasanya kalau COVID ya, kan ada masa inkubasi, jadi biasanya virus itu semakin mudah terdeteksi kalau jumlahnya semakin banyak di dalam tubuh. Jadi kalau udah hari ke-5, jumlah virusnya makin banyak artinya dia jauh lebih menular kepada orang lain, artinya kita harus melakukan pemeriksaan ulang. Kalau negatif, tidak perlu lagi isolasi mandiri," sambungnya lagi.

Simak Video "200 Kasus Covid-19 'Ganas' di Beijing Teridentifikasi" [Gambas:Video 20detik] (suc/up)

Report Page