test

test

Hery Budi Santosa

U

TIDAK SESUAI KEINGINANNYA PASTI DITOLAK

TADABBUR SURAH AL-BAQARAH AYAT 87-89


Ustadz DR. KH. Ali Nurdin, MA

Wakil Rektor dan Dosen Institut PTIQ Jakarta

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qur’an


Bismillahirrahmanirrahim


Alhamdulillah, kita buka bersama-sama dengan membaca basmalah dan tema kajian kita adalah “Tidak Sesuai Keinginannya Pasti Ditolak”, melanjutkan kajian tadabbur surah Al-Baqarah ayat ke 87 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman.


وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ وَقَفَّيۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِۦ بِٱلرُّسُلِۖ وَءَاتَيۡنَا عِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَيَّدۡنَٰهُ بِرُوحِ ٱلۡقُدُسِۗ أَفَكُلَّمَا جَآءَكُمۡ رَسُولُۢ بِمَا لَا تَهۡوَىٰٓ أَنفُسُكُمُ ٱسۡتَكۡبَرۡتُمۡ فَفَرِيقٗا كَذَّبۡتُمۡ وَفَرِيقٗا تَقۡتُلُونَ  ٨٧

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?.” (QS. Al-Baqarah : 87)


Muhasabah korelasi ayat ini dengan ayat 86 surah Al-Baqarah yang kita tadabburi, golongan Yahudi itu rela menjual ayat Allah subhanahu wa ta’ala dengan harga yang murah. Ayat ini atau firman yang lain kalau mendapatkan firman Allah subhanahu wa ta’ala dari Rasul dari kalangan mereka atau dari Nabi Musa ‘alaihissalam dan Nabi Isa ‘alaihissalam mereka sombong. Kalau firman dibawa Nabi tidak sesuai dengan keinginan mereka maka mereka akan menolak tetapi hakikatnya hati mereka menerima, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah An-Naml ayat 14.


وَجَحَدُواْ بِهَا وَٱسۡتَيۡقَنَتۡهَآ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمٗا وَعُلُوّٗاۚ فَٱنظُرۡ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِينَ  ١٤

“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” (QS. An-Naml : 14)


Kata hati kecil mereka meyakini kebenaran, tetapi mereka menolak kebenaran dan melecehkan dan yang melecehkan adalah orang Bani Israel, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Al-Isra’ ayat 4.


وَقَضَيۡنَآ إِلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ فِي ٱلۡكِتَٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَّتَيۡنِ وَلَتَعۡلُنَّ عُلُوّٗا كَبِيرٗا  ٤

“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". (QS. Al-Isra’ : 4)




Kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar, hikmah apa orang atau kelompok itu berbuat kesombongan atau takabur, maka ada empat factor orang atau kelompok berbuat takabur.


Pertama, ada orang sombong atau takabur karena faktor kekuasaan dan jika dilihat dari tokoh yang utama itu Fir’aun yang diabadikan dalam Al-Qur’an, Fir’aun memiliki kekuasaan, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Al-Qasas ayat 3-4.


نَتۡلُواْ عَلَيۡكَ مِن نَّبَإِ مُوسَىٰ وَفِرۡعَوۡنَ بِٱلۡحَقِّ لِقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ  ٣ إِنَّ فِرۡعَوۡنَ عَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَجَعَلَ أَهۡلَهَا شِيَعٗا يَسۡتَضۡعِفُ طَآئِفَةٗ مِّنۡهُمۡ يُذَبِّحُ أَبۡنَآءَهُمۡ وَيَسۡتَحۡيِۦ نِسَآءَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ  ٤

“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas : 3-4)


Fir’aun dicap sombong dan sewenang-wenang dan menjadi penindas, sehingga mendapatkan hukuman dari Tuhan karena faktor kesombongan. Jika diberikan petunjuk Tuhan dengan diberikan kekayaan tidak akan sombong, dan didatangkan harta dan kemashuran serta posisi kekuasaan kepemimpinan di ranah sosial tidak akan sombong, seperti kekuasaan atau kepemimpinan menjadi ketua alumni atau menjadi ketua pengajian karena itu lillahita’ala, dan jika kekuasaan yang mendatangkan materi maka harus hati-hati, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Ali-‘Imran ayat 26.


قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ  ٢٦

“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali-‘Imran : 26)


Kedua, takabur karena faktor harta, ada Korun di zaman Nabi Musa ‘alaihissalam dan Karun masih kerabat Nabi Musa ‘alaihissalam. Karun sombong karena diberikan harta,  Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Al-Qasas ayat 76.


۞إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوۡمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيۡهِمۡۖ وَءَاتَيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلۡعُصۡبَةِ أُوْلِي ٱلۡقُوَّةِ إِذۡ قَالَ لَهُۥ قَوۡمُهُۥ لَا تَفۡرَحۡۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَرِحِينَ  ٧٦

“Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". (QS. Al-Qasas : 76)


Jangan sombong karena harta, dan kesalahan Karun dan bentuk kebanggaan kepada harta, dan tokoh Karun diberikan hukuman dan kejahatan Karun terdapat di surah Al-Qasas ayat 78 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman.


قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِيٓۚ أَوَ لَمۡ يَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَهۡلَكَ مِن مِن قَبۡلِهِۦ مِنَ ٱلۡقُرُونِ مَنۡ هُوَ أَشَدُّ مِنۡهُ قُوَّةٗ وَأَكۡثَرُ جَمۡعٗاۚ وَلَا يُسَۡٔلُ عَن ذُنُوبِهِمُ ٱلۡمُجۡرِمُونَ  ٧٨

“Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” (QS. Al-Qasas : 78)


Jadi bentuk salah disisi Allah subhanahu wa ta’ala sukses atau berhasil itu semata-mata atas kecerdasan Karun, dan prinsip agama kita bahwa bentuk keberhasilan dan kesuksesan harus sesuai dengan syariat yaitu dengan hasil usaha dan ketajaman hati itu semua dari Allah subhanahu wa ta’ala, dan keberhasilan itu diucapkan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Seluruh kesuksesan dan keberhasilan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam itu dari Allah subhanahu wa ta’ala dengan redaksi ayat hadzaa min fadli mirrobik, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah An-Naml ayat 40.


قَالَ ٱلَّذِي عِندَهُۥ عِلۡمٞ مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن يَرۡتَدَّ إِلَيۡكَ طَرۡفُكَۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسۡتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّي لِيَبۡلُوَنِيٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيّٞ كَرِيمٞ  ٤٠

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An-Naml : 40)


Semua kesuksesan dan keberhasilan itu atas karunia Tuhan dan ini menjadi prinsip dalam hati, dan apa yang disebut dengan amal hati. Dalam konteks syariat maka keberhasilan dan kesuksesan dengan meletakan hati untuk lebih sukses menjadi hamba Allah subhanahu wa ta’ala. Ada kawan, jika ada masalah kemudan berdoa serta berikhtiar, dan kemudian ada masalah lagi dan hampir putus asa, apakah Tuhan itu ada?, ada bentuk ikhtiar dan bentuk penyerahan dan dua-duanya itu harus sama. 


Protokol kesehatan atau prokes itu dalam rangka menjalankan syariat dan takut hanya sama Allah subhanahu wa ta’ala. Takut sama virus covid-19 tidak bertentangan dengan takut sama Allah subhanahu wa ta’ala. Takut kepada makhluk yang bisa mendatangkan bahaya termasuk takut yang sifatnya tabiat sesuai naluri, dan Allah subhanahu wa ta’ala memaklumi adanya takut seperti ini pada diri manusia, karena itu bagian dari fitrah yang Allah subhanahu wa ta’ala tanamkan pada diri manusia, sehingga tidak perlu dipertentangkan dengan takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala.


Manusia yang mulia seperti Nabi Musa ‘alaihissalam merasakan takut, dan meleparkan tongkat menjadi ular yang besar, Nabi Musa ‘alaihissalam merasakan takut dan Allah subhanahu wa ta’ala bilang jangan takut.


وَأَلۡقِ عَصَاكَۚ فَلَمَّا رَءَاهَا تَهۡتَزُّ كَأَنَّهَا جَآنّٞ وَلَّىٰ مُدۡبِرٗا وَلَمۡ يُعَقِّبۡۚ يَٰمُوسَىٰ لَا تَخَفۡ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ ٱلۡمُرۡسَلُونَ  ١٠

“Dan lemparkanlah tongkatmu". Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. "Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku.” (QS. Al-Naml : 10)


Nabi Musa ‘alaihissalam merasakan takut kepada ular, apakah sekelas Nabi Musa ‘alaihissalam yang kualitas takwa jelas terjamin, melihat ular Nabi Musa ‘alaihissalam masih takut, dan rasa takut itu naluri. Sebagai orangtua takut jika tidak menjadi orangtua yang baik, itu energi yang positip. 


Karun berbuat salah dengan tidak berterima kasih sama Allah subhanahu wa ta’ala, mari kita buka Al-Qur’an surah Al-Kahfi, ada kemauan yang keras akhirnya diberikan karunia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Al-Kahfi ayat 39.


وَلَوۡلَآ إِذۡ دَخَلۡتَ جَنَّتَكَ قُلۡتَ مَا شَآءَ ٱللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ إِن تَرَنِ أَنَا۠ أَقَلَّ مِنكَ مَالٗا وَوَلَدٗا  ٣٩

“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.” (QS. Al-Kahfi : 39)


Kebun itu karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala dan setiap mendapatkan kesuksesan bilang maasyaallaah laa quwwata illaa billaah. Kesuksesan, keberhasilan itu bentuk dari keridhaan atau istidraj?, maka jawaban ada di surah Al-An’am ayat 44 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman.


فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةٗ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ  ٤٤

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am : 44)


Jadi kata kunci mereka melupakan ajaran Allah subhanahu wa ta’ala, jadi jika ada kesuksesan dan keberhasilan dengan bertambah ketaatan dan lebih dekat sama Allah subhanahu wa ta’ala serta lebih bersyukur disertai keridhaan, kalau Fir’aun dengan kesuksesan semakin angkuh, jangan sampai diberikan anugerah dengan menyepelekan syariat, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah An-Nahl ayat 69.


ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسۡلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلٗاۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٞ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٞ لِّلنَّاسِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ  ٦٩

“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl : 69)


Ketiga, Makhluk sering takabur karena faktor nazab atau faktor keturunan, dan yang terkenal makhluk itu bernama Iblis, karena Iblis menolak sujud kepada Nabi Adam ‘alahissalam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Al-A’raf ayat 11-12.


وَلَقَدۡ خَلَقۡنَٰكُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنَٰكُمۡ ثُمَّ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ لَمۡ يَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ  ١١ قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسۡجُدَ إِذۡ أَمَرۡتُكَۖ قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ  ١٢

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Al-A’raf : 11-12)


Kenapa Iblis menolak sujud?, karena Iblis lebih baik dari pada Nabi Adam ‘alahissalam, maka jika ada orang memiliki sombong karena trah tertentu, dan kita dilahirkan tidak bisa untuk memilih dari mana nazab kita, Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan dan kita tidak ada pilihan, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Al-Qasas ayat 68.


وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخۡتَارُۗ مَا كَانَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ  ٦٨

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).” (QS. Al-Qasas : 68)


Maka harus menghormati setiap orang, karena kita berasal dari satu keturunan yang sama, dan menjadi mulia itu bukan karena faktor keturunan tetapi karena takwa, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Al-Hujurat ayat 13.




يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ  ١٣

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat : 13)


Kita berasal dari nenek moyang yang sana dan tidak untuk saling bermusuhan tetapi untuk saling kerjasama, dan yang mulia itu orang yang takwa. Dan Bani Israel merasa lebih mulia dari yang lain dan merendahkan orang lain, dan dalam ibadah jangan sampai ada perasaan lebih baik dalam ibadah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah An-Najm ayat 32.


ٱلَّذِينَ يَجۡتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡفَوَٰحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَۚ إِنَّ رَبَّكَ وَٰسِعُ ٱلۡمَغۡفِرَةِۚ هُوَ أَعۡلَمُ بِكُمۡ إِذۡ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَإِذۡ أَنتُمۡ أَجِنَّةٞ فِي بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡۖ فَلَا تُزَكُّوٓاْ أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ  ٣٢

“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm : 32)


Jangan menganggap dirimu itu suci, dan nasihat ayat ini hadirkan untuk sucikan jiwa dari sifat takabur, dan setiap ketaatan ibadah jangan anggap paling baik, terus waspada akan bisikan setan. Indikator takabur dalam ibadah di surah Al-Kahfi ayat 67-82 itu kisah dari Nabi Musa ‘alaihissalam dan tokoh wakil Nabi yang mengabaikan sisi spiritual dan batin, maka kata Allah subhanahu wa ta’ala suruh belajar sama Khidir. Khidir tidak mau menerima Nabi Musa ‘alaihissalam dan bersedia ada syaratnya, jika dalam perjalanan jangan bertanya, sebelum aku menerangkan kepadamu, kata Khidir.


Nabi Musa ‘alaihissalam bergembira dapat mengikuti Khidir, artinya Nabi Musa ‘alaihissalam dapat menuntut ilmu dari Khidir. Pergilah Khidir dan Nabi Musa ‘alaihissalam menumpang sebuah perahu. Tetapi ketika perahu itu hampir mendarat, Khidir melubangi perahu. Nabi Musa ‘alaihissalam kaget, “Mengapa kau lubangi perahu ini. Kau akan membuat penumpang tenggelam. Kau telah melakukan sebuah kesalahan besar.” Kata Nabi Musa ‘alaihissalam.


Khidir hanya menjawab, “Bukankah aku telah berkata bahwa kau tak akan sabar bersamaku.” Nabi Musa ‘alaihissalam teringat janjinya tidak akan menanyakan apapun. Nabi Musa ‘alaihissalam menyesali ucapannya. “Jangan hukum aku atas lupaku dan jangan bebani aku dengan kesulitan urusan,” kata Nabi Musa ‘alaihissalam.


Nabi Musa ‘alaihissalam tidak lulus dan harus dipahami dari kerendahan hati, tawadhu untuk taqarub, kalau orang yang takabur akan bergaul dengan orang yang jelek ini menjadi poin perlu latihan ikhlas untuk lebih dekat sama Allah subhanahu wa ta’ala.


Keempat, takabur karena faktor fisik, dan diberikan bentuk fisik bentuknya apapun harus disyukuri, ini lanjutan dari surah Al-Baqarah ayat 88 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman.


وَقَالُواْ قُلُوبُنَا غُلۡفُۢۚ بَل لَّعَنَهُمُ ٱللَّهُ بِكُفۡرِهِمۡ فَقَلِيلٗا مَّا يُؤۡمِنُونَ  ٨٨

“Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.” (QS. Al-Baqarah : 88)


Mereka berkata hati kami ada penutup dan ada dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan hati mereka dilaknat karena keingkaran mereka, ayat sebelumnya tidak setuju adanya risalah dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena datang bukan dari kalangan dan golongan mereka, sikap yang bersangkutan yang menjadikan hati mereka tertutup. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah As-Shaff ayat 5.


وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦ يَٰقَوۡمِ لِمَ تُؤۡذُونَنِي وَقَد تَّعۡلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُمۡۖ فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ  ٥

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. As-Shaff : 5)


Orang yang tidak diberikan hidayah kepada kaum yang fasik, karena ada orang yang layakan diri untuk mendapatkan hidayah dan ada yang tidak layakan diri untuk mendapatkan hidayah, kita mengikuti Kajian Online Al-Qalam itu cara menjemput hidayah Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Al-‘Ankabut ayat 69.


وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  ٦٩

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut : 69)


Ayat ini belum ada izin dalam perang, dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan izin perang ketika sudah hijrah di Madinah untuk berperang, dan sebelum hijrah sudah ada perintah untuk berjihad. Hikmah ayat ini tidak ada jalan buntu dan yang buntu itu pikiran kita, dan intervensi kehidupan kita karena kita telah zalim kepada diri kita sendiri.


Satu lagi ayat mereka dilaknat karena mereka ingkar, makna melakna itu Allah subhanahu wa ta’ala tidak memberikan rahmat dan ridha-Nya, siapa mereka? Yaitu mereka yang putus tali silaturahim, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Muhammad ayat 22-23.


فَهَلۡ عَسَيۡتُمۡ إِن تَوَلَّيۡتُمۡ أَن تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَتُقَطِّعُوٓاْ أَرۡحَامَكُمۡ  ٢٢ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فَأَصَمَّهُمۡ وَأَعۡمَىٰٓ أَبۡصَٰرَهُمۡ  ٢٣

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad : 22-23)


Mereka suka putus silaturahim dan jangan mudah jengkel, dan dipenutup ayat tadabbur surah Al-Baqarah ayat 88 sedikit sekali orang yang beriman, orang yang bersyukur. Bangsa kita yang suka gotong-royong tetapi ada sebagian dari kita yang lebih suka gotong-bohong, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di surah Ali-Imran ayat 113.


۞لَيۡسُواْ سَوَآءٗۗ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ أُمَّةٞ قَآئِمَةٞ يَتۡلُونَ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ وَهُمۡ يَسۡجُدُونَ  ١١٣

“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).” (QS. Ali-Imran : 113)


Ayat tadabbur surah Al-Baqarah ayat 89, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :


وَلَمَّا جَآءَهُمۡ كِتَٰبٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٞ لِّمَا مَعَهُمۡ وَكَانُواْ مِن قَبۡلُ يَسۡتَفۡتِحُونَ عَلَى ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَلَمَّا جَآءَهُم مَّا عَرَفُواْ كَفَرُواْ بِهِۦۚ فَلَعۡنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ  ٨٩

“Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (QS. Al-Baqarah : 89)


Jadi orang Yahudi dari tiga suku berantem, dan setiap berantem dari suku Yahudi itu, nanti kalau ada Nabi yang datang, dimana ayat ini membenarkan tentang kebenaran Kitab Taurat tentang kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka menolak karena bukan datang dari kalangan mereka. Sikap orang yang beriman sami’na wa atha’na, kami dengan dan kami taat, sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala di surah Al-Baqarah ayat 285.


ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ  ٢٨٥

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS. Al-Baqarah : 285)


Allah A’lam


Rangkuman Kajian Online Al-Qalam. Ahad 4 Juli 2021/23 Dzulqaidah 1442. Dirangkum oleh Hery Budi Santosa, Sekretaris DKM Masjid Inti Iman. Anda bisa membaca artikel atau rangkuman tausiyah lainnya dengan Join Channel Telegram https://t.me/masjidintiiman


Dukung Masjid Inti Iman dengan menjadi DONATUR. Rekening Donasi : Bank Syariah Indonesia (BSI) Cabang Tangerang Ciputat Nomor Rekening 713-692-1317 a.n Masjid Inti Iman


Dukung Pengembangan Dakwah dan Pendidikan Santri di Pesantren Nurul Qur’an dengan menjadi Donatur : Rekening Donasi Bank BNI Syariah Nomor Rekening 0381-390-685 a.n Yayasan Nurummubin

Report Page