Sunflower 🌻

Sunflower 🌻

Jejez

Enggak, gak ada yang istimewa dari dia. Cuman sosok laki-laki ngeselin, yang kerjaan tiap harinya galau merana kaya orang paling tersakiti di dunia. Yusuf namanya, jelek kaya sikap nya. Tapi bukan berarti jelek tutur katanya. Jauh dari dia ngeselin, dia pemberi saran yang baik. Jauh dari dia yang berisik, dia orang yang diem diem merhatiin.

"Enggak, pap aja."

Malam itu, saat memulai sesi vidiocall yang di mulai oleh Jezriel, laki-laki di sebrang sana sudah lebih dulu membuka suaranya. Aneh, padahal mereka lagi VidioCall kenapa malah disuruh pap. "Apa sih, kan lagi VC dongo."

Yusuf kembali berdecak. "Bukan lo nya Jamilah, si Dudut." Oh Dudut, kucing peliharaan Jezriel yang baru berumur satu bulan—atau kurang. Sebenernya Jezriel juga bingung, kenapa laki-laki di sebrang sana mulai selalu menanyai Dudut sedang apa, Dudut sudah makan belum, Dudut tidur ya.

Oh, atau mungkin karena kelamaan jomblo, dia jadi suka hewan? Aneh, tapi nyata, Yusuf namanya. "Iya nanti gua pap, ini ngapain?" Tanya Perempuan itu.

"Lah kan lo yang nelfon ya."

Bener juga, gatau kenapa jarinya malah memencet tanda VC di roomchat Line mereka. Padahal niat nya, mau lapor kepada sang pacar bahwa dia sudah sampai rumah.

"Kangen gua ya lo." Ucap lelaki itu lagi.

Sekarang malah Jezriel yang mengeluarkan ekspresi ingin memuntahkan sesuatu, G E L I ABIEZZZ.

"Mata lo, kita baru ketemu tadi siang. Gatau sih, pengen aja." Jawab gadis itu.

Di sebrang sana, laki-laki kelahiran pertengahan 2000 an itu terlihat sibuk mencari sesuatu. Sedangkan perempuan yang satu tahun lebih muda dari nya, hanya menunggu kira-kira hal aneh apa yang akan Yusuf tunjukan.

"Bunga?"

Aneh, kenapa bunga?

"Iya, bagus deh tadi gua beli di toko bunga, bukan toko buah ya." Gurauan aneh seorang Yusuf, tapi mampu menarik gelak tawa dari gadis yang lebih muda satu tahun itu.

"Ya kalau di toko buah, yang lo tunjukin sekarang Mangga bukan Bunga, bego."

Bener juga, batin Yusuf.

"Buat apa Cup?" Tanya Jezriel, lelaki di sebrang sana menatap lemat-lemat Bunga Matahari di tangan kanan nya. Tidak tahu, dia asal beli. Alasannya, toko bunga yang tadi ia lewati sangat cantik dari depan, jadi kenapa enggak fikirnya.

"Buat lo aja mau gak?" Tanya Yusuf

"Yaudah, sini."

Berbeda beberapa blok dalam satu komplek memudahkan keduanya saling memberikan sesuatu, dalam konteks gabut sebenernya. Jezriel masih fokus pada Yusuf yang sekarang tengah berjalan dari rumah nya menuju rumah sang gadis, membawa tiga tangkai Bunga Matahari, yang sebenernya juga kalau buat Jezriel tidak tahu untuk apa.

"Nih." Yusuf menyodorkan tiga tangkai Bunga itu. Dengan senang hati, Jezriel mengambilnya lalu meletakan di sebelah bunga-bunga lain milik sang ibunda.

"Kok sepi?"

"Soalnya bukan pasar."

Berlanjut sampai keduanya saling melempar bantal sofa, entah karena Yusuf yang mengganggu Jezriel berpacaran, atau karena Jezriel yang tak hentinya memanggil Yusuf GAMON.

Faktanya, pertemuan singkat keduanya membuat dua insan Jakarta menjadi sedekat Awan dan Air hujan.

Report Page