RITUAL

RITUAL

—Rayn Dewantara—


Aku hanya tinggal bertiga dengan nenek beserta adikku yang masih kecil

Nenek yang begitu kami sayangi begitu pula dengan nenek yang menyayangi kami.


Yah... setidaknya itu yang kupikirkan sampai suatu saat aku terlambat pulang kerja hari itu.

Aku merasakan sebuah kejanggalan di kamar nenek.


Seperti suara bisikan bisikan yang membuat telinga ku berdengung, bisikan yang menyeramkan. Sekedar informasi kami tidak bisa masuk ke kamar nenek, aku tidak tau apa alasannya tapi nenek selalu melarang kami memasuki kamarnya apapun alasannya.


Esok harinya nenek jatuh sakit yang membuatnya tidak bisa beranjak dari kasurnya walau sebentar saja. Akhirnya aku masuk ke kamar nenek untuk membawakan makanan atau minum.


Kamar nenek sedikit lebih luas, dan ternyata ada 2 pintu disana, aku yakin itu pintu yang menghubungkan kamar ku dan kamar nenek.


Setelah seminggu nenek sembuh tetapi ada yang aneh darinya, akhir-akhir ini nenek sering memakai parfum yang berlebihan hingga membuat kepalaku pening.


Beberapa hari setelah nenek sembuh, aku jatuh sakit. Demam tinggi dan pusing melanda kepalaku tetapi dokter tidak mengetahui penyakit apa yang ku derita dia hanya memberi obat tetapi obatnya tidak mempan sama sekali.


Sejak sakit nenek lebih memerhatikan ku, nenek selalu mengelap wajahku dengan air kembang, entah buat apa. Tapi anehnya itu membuatku lebih tenang.


Aku mulai sehat tetapi bisikan bisikan aneh itu terus menyapa pendengaranku, tidak sampai situ aku sering memimpikan hal yang sama, yaitu seorang nenek berkerudung hitam yang sedang memegang lilin dan dupa dikelilingi kembang berbentuk segitiga.


Setelah hampir sebulan akhirnya aku pulih dan bisa beraktifitas lagi tetapi mimpi itu terus terjadi.

.

.

.

Aku sudah mulai beraktifitas seperti biasanya, saat aku pergi bekerja ada seorang wanita paruh baya tiba tiba mendekatiku dengan panik.


Dia menyentuh dahi ku, dan seketika aku merasa panas seperti dibakar ke seluruh tubuhku.


Dia menatapku dengan cemas sambil bergumam "tidak... tidak... dia ditandai... telah ditandai..." 

Wanita itu terus mengulang kalimat 'telah ditandai' terus menerus. Dia wanita yang aneh jadi aku ingin menjauh darinya tetapi dia langsung menahan ku dan berkata dengan bergetar


"Kabur, kau harus kabur bawa adik mu bersama mu, selamatkan diri dari roh jahat, yang telah mati harus mati"


Aku menepis tangannya dan berlari meninggalkannya. Sepanjang hari aku terus memikirkan apa maksud perkataan nya.


'Yang mati harus mati'


"Siapa yang mati? Apa maksudnya?" 2 pertanyaan yang terus ada di otakku.


.

.

.


Makin hari bisikan itu tambah menjadi-jadi. Karena sudah sangat terganggu aku menceritakan mengenai hal aneh yang menimpaku kecuali pertemuanku dengan wanita aneh tempo hari.


Nenek hanya mengelus kepalaku dan mengatakan bahwa mungkin aku hanya kelelahan.

Ah, benar juga akhir akhir ini aku sering lembur jadi kurang beristirahat. 



Malam hari menjelang aku tidak bisa tidur, jadi aku berjalan jalan mengelilingi rumah nenek agar aku kelelahan dan bisa tertidur.


Saat keluar kamar suara nyanyian lembut menyapa pendengaranku. Siapa yang menyanyi di tengah malam begini?


Nyanyian itu makin halus dan seperti akan menghilang, entah dorongan dari mana aku langsung mengambil buku dan pena dan mulai mencatat lirik lagu.


🎼-----------------------------------------------------------------------------

     Temukan kami dimana kami berada

     Takdir yang buruk

     Takdir yang buruk

Kami terkubur 

Kami dikelilingi lilin

Bunga indah berbau busuk

Begitu mengenaskan

       Cari kami

       Kau membutuhkan kami

       Kami membutuhkan kau

       Yang mati haruslah mati

Mati, dia telah mati

Jangan biarkan dia terus hidup

Dia mati

Tinggalkan yang telah mati

Tinggalkan bawa anak tenggelam

        Dia telah mati

        Temukan kami

🎼--------------------------------------------------------------------------🎼


Lagu itu menghilang dengan sendirinya. Apa maksudnya?

Lirik lagu yang begitu janggal, dan lagi-lagi kalimat 'yang mati haruslah mati'


Ada apa sebenarnya?


Aku merasa kejadian akhir akhir ini cukup aneh, adakah hal buruk akan terjadi?

Aku masuk kembali ke kamar berniat untuk tidur berharap kejadian aneh ini tidak terjadi keesokan hari.


.

.

.


Saat sarapan bersama begitu tenang sampai bau bangkai samar samar tercium. Tapi aku mengabaikannya berpikir mungkin itu hanya bau tempat sampah atau mayat cicak dan tidak berpikir kemungkinan lain.



Hari makin hari terasa janggal. Bisikan nya kini tidak mengganggu saat malam tetapi kapan pun bahkan aku mulai berhalusinasi melihat para hantu yang memerhatikan ku dengan pandangan lapar


Ada apa dengan diriku sebenarnya? 


Sampai wanita paruh baya tempo lalu tiba tiba menerobos satpam dan menemuiku di kantor. Dia berteriak di hadapanku "TANDA! WAKTU TIDAK BANYAK! TANDA! ROH JAHAT AKAN ----" 


Perkataannya terpotong saat datangnya tenaga medis menyuntik nya yang mungkin adalah penenang.

"Maaf atas kerusuhan atas yang dilakukan pasien kami, mohon pengertiannya" ujar salah satu tenaga medis sambil membungkukkan badannya.


Lalu mereka pergi sambil membawa wanita itu.


Wanita itu sekali lagi mengatakan 'tanda' dan waktu tidak banyak?


Waktu apa? Tanda apa? 

Kejadian ini membuat ku pusing.


.

.

.

Hari makin hari semakin banyak kejanggalan yang terjadi. Bau bangkai semakin menyeruak dan saat itu juga nenek lebih sering memakai parfum. Kepalaku lebih sering pusing seperti saat ini.

Kepalaku sangat pusing, badanku melemas dan panas seperti terbakar.

Pandanganku perlahan memburam lalu menggelap, aku pingsan tepat di depan rumah saat pulang kantor.


.

.


Saat aku terbangun aku telah berada di sebuah ruangan gelap yang hanya diterangi oleh lilin.


Cr : google


Ruangan yang lumayan luas dengan sebuah kolam kecil berisi air di tengah tengah ruangan.


Aku berjalan medekati kolam, baunya sangat busuk hingga membuatku mual.


Tanpa sadar aku menendang sesuatu, sebuah mangkuk kecil yang berisi jari manusia? 

Dan sebuah tanda seperti simbol iblis yang mengelilingi kolam.


Ada apa ini?!


Aku berjalan mundur, lalu pintu terbuka menampilkan nenekku sedang membawa kepala adikku.

"Selamat malam" ujarnya sambil tersenyum mengerikan


Aku ketakutan, aku berlari ke arah pintu berusaha membukanya tetapi tidak bisa


Sebuah benda keras membentur tengkorak belakangku membuatku pingsan


.


.


.


Aku terbangun di ruangan yang sama kali ini dengan kedua tangan dan kaki terikat oleh tali dan mata yang tertutup oleh kain hitam


Aku tidak bisa membuka mulutku, seolah olah mulutku terkunci dengan sendirinya dan tak membiarkanku mengucap sepatah katapun

Angin berhembus begitu kencang, suara petir menyambar di sertai hujan deras cukup menandakan bahwa sebentar lagi akan ada badai


Suara hujan, suasana dingin mencekam tidak melunturkan seorang wanita tua yang membaca mantra sambari melemparkan bunga melati ke tubuh seorang gadis muda yang kini terikat di ranjang.


"Dua pengorbanan... Dua pengorbanan dariku, yang tua dan yang muda–"


"–yang tua dariku dan yang muda mati tenggelam, satu wadah hidup abadi!" Gumamnya 


Wanita tua itu membuka penutup mata si gadis membiarkannya menyaksikan ritual yang dilakukannya.


Wanita tua itu menyeret kepala anak kecil membawanya ke kolam, menggores dahi kepala tak berdosa itu membentuk simbol setan lalu ditenggelamkan ke dalam kolam.


Gadis muda itu menangis, sang adik menjadi tumbal pemujaan setan.


Wanita tua membuka lemari di sudut ruangan membawa mayat yang sudah tak berbentuk karena pembusukan lalu menenggelamkan-nya di dalam kolam. 


Wanita tua mengiris tangannya, membiarkan tetesan darahnya jatuh ke dalam air kolam.


Wanita tua berjalan mendekati gadis muda, membuka mulut sang gadis lalu menempelkan tangannya yang terluka membiarkan darahnya mengalir ke tubuh sang gadis.


Gadis muda memberontak tetapi tak bisa berbuat banyak karena tubuhnya terikat, perlahan demi perlahan cairan amis itu masuk ke kerongkongannya.


Wanita tua itu menjauh dari si gadis , lalu bersujud di dekat kolam sambil merapalkan berbagai mantra.


Si gadis berteriak kesakitan, dia merasa seperti tercekik dia terus berteriak nyaring tetapi wanita tua itu tidak berhenti.


Bersamaan dengan teriakan gadis muda berhenti, wanita tua itu berhenti merapal mantra dan tubuhnya tergeletak di samping kolam.


Tubuh wanita tua itu dengan cepat membusuk, lalu wanita muda itu tersadar lalu tersenyum lebar.


Melepas ikatan di tangannya sendiri lalu berjalan ke kolam, membasuh wajahnya dengan air kolam.


Tetapi itu bukan si gadis muda lagi, karena kini arwah si gadis muda berada di neraka menjadi tawanan iblis akibat dari yang dilakukan si wanita tua.





END

Report Page