Punish

Punish

R. Damaritya

Rionel menggeliat dalam tidurnya, ia menukikkan alisnya saat area vitalnya terserang kenikmatan yang samar ia rasakan.

"Mmh.. ahh!" Begitu merasa sesuatu menyentak dirinya, erangan tak dapat ia tahan, vokalnya mengeluarkan pekikan antara sakit dan kenikmatan, kantuknya pun menghilang terjemput putihnya.

Rionel kini sadar sepenuhnya, dirinya terkejut dengan nafas tersengal dan bulir keringat yang mulai membasahi badannya, saat kain satin yang berpola tadi menutup tubuh halusnya kini hilang entah kemana.

Tangannya terikat di atas kepalanya sedang kakinya terikat mengikuti masing-masing sisi ranjang, ditambah vibrator yang tersumpal dalam lubang vaginanya membuat Rionel terus menerus mendesah ribut atas kenikmatan yang benda itu berikan.

"Ahh! Ahh! c-cum- cumhh!!"

Selepas putihnya menjemput, ia hendak memberontak, namun vokalnya malah mengerang lebih nyaring saat ia merasakan vaginanya yang terasa lebih penuh. "Haa- ahh..!" Rionel menunduk, mencari penyebab apa yang membuat vaginanya terasa lebih penuh. Nareith disana, ia yang menambahkan satu vibrator lagi dengan getaran tinggi pada vagina Rionel dengan senyuman bangga.

"Ahn! Narhh- stop.. uh! ahh! ahh!"

Nareith seakan tuli, tangannya malah terjulur untuk mengelus pipi vagina milik Rionel yang mana mampu membuat sang empu mendesah lebih keras.

"Halo, Onel. Enak?" Nareith bertanya, dengan wajah tanpa dosanya dan tangannya yang masih mengelus vagina milik Rionel yang

"Nghh.. Narhh~ kamu- uhh! kamu curanghh.." Rionel memprotes, menagih janji yang dulu pernah mereka buat jika salah satu dari mereka menjahili tubuh temannya saat tidur. Tidakkah roommatenya ini mengingat perjanjian yang dulu mereka buat?

Nareith malah tersenyum lebih luwes, dengan tangannya yang memainkan tombol remot vibrator yang tertanam didalam vagina Rionel, ia mengubah volume getaran dengan acak, membuat pemilik vagina semakin memekik dan mengerang ribut.

"Hum.. Perjanjian ya?" Nareith mendekat ke sisi ranjang, dengan lawas tangannya mengambil suatu benda dari laci setelah sebelumnya menaruh remot vibrator yang telah diatur dengan getaran paling kecil, hal tersebut membuat Rionel dapat bernafas dengan sedikit lega, walau serangan pada vaginanya masih berlanjut.

"Hhaanh.."

"Aku nggak lupa kok," Nareith berucap sembari menatap Rionel, tangannya terjulur untuk mengelus pucuk dada Rionel yang berwarna kecoklatan. "Ah- mnh..?" Rionel menatap Nareith dengan sayu, tersirat raut kebingung pada wajahnya.

Rionel yang menyadari bahwa di tangan teman kamarnya adalah sebuah benda yang akan selanjutnya menjadi bahan penyiksaan untuknya, ia kembali mengerang. "Itu kan kalau aku jahilin kamu."

Nareith memasang nipple clamp pada dada kiri Rionel. "Ahh! t-tapi kanh.. uhh- kamu sekarang jailin aku- nghh Nareith!" Bagaikan angin lalu, Nareith mengabaikan protesan teman kamarnya dan lanjut memasangkan nipple clamp pada dada kanan Rionel.

Rionel paling membenci penjepit sialan itu. Badannya yang paling sensitif adalah dadanya, apabila benda terkutuk itu sudah bersatu dengan dirinya, maka nafsulah yang menguasainya.

"Rionel cantik." Puas dengan hasil kerjaannya, Nareith memuji Rionel. Tangannya kembali meraih remot vibrator yang sedari tadi bergetar dengan kecepatan kecil, dengan jahil ja mengatur getarannya menjadi yang paling tinggi tanpa tahapan.

"AHH! NAREITH- S-STOP NAREITH- UHH!"

Rionel menggelinjang, dua vibrator yang tengah mengerjai vaginanya benar-benar membuat cairan putihnya menyembur kemana-mana.

Nareith berdecak kagum. "Such a good view." Nareith mendekat dengan segelas air yang sudah ia campur dengan bubuk perangsang, kurva bibirnya tertarik miring. "Rionel sayang, nggak capek teriak-teriak? mau minum?" Pertanyaan dari Nareith jelas mendapat gelengan keras dari Rionel, ia tahu sebrengsek apa temannya ini jika sudah berurusan dengan adegan menjahili tubuhnya.

"Nareith- Nareith..! pleaseh.. pleaseee~ AHH!" Lagi-lagi Rionel menjemput putihnya, hanya dengan dua benda bergetar yang tertanam dalam vaginanya dapat membuat kasur basah layaknya terguyur air hujan.

Nareith menatap temannya dengan sumringah, tangan kirinya mengelus dahi Rionel guna menyingkirkan poni serta bulir keringat yang memenuhi tubuhnya. Elusannya turun hingga ke pipi, ibu jarinya turut serta memainkan bibir dan isi mulut Rionel, melesakkan jarinya masuk dan mengacak-acak isi mulut Rionel.

"Aku tau, Rionel nolak pasti karena kesusahan 'kan? aku bantu pakai jari aku ya." Setelah berucap demikian, Nareith mengalirkan cairan yang sebelumnya berada digelas menuju mulut Rionel. Seperti apa yang ia ucapkan, dengan bantuan ibu jarinya yang masih berada didalam mulut Rionel sebagai perantara.

Isi gelas habis, Nareith kembali bangga atas pekerjaannya dalam mengerjai tubuh Rionel. Nareith menduga jika pemandangan didepannya ini mampu membuat siapa saja yang melihatnya ikut bernafsu. Rambut semi basah dengan badan penuh peluh, wajah manisnya yang kini memerah dan sayu, bagian vaginanya yang terus berkedut seolah memanggil untuk dimasuki, dan erangannya yang sedari tak berhenti mengeluarkan erangan-erangan frustasi.

Ia mengecup sekilas pipi Rionel dan menjauh, Nareith beranjak mendekat ke depan ranjang, yang dimana dapat ia lihat dengan jelas bagaimana vagin Rionel yang sudah memerah dan berkedut, vaginanya juga terus-menerus mengeluarkan cairan hingga menyebar kemana-mana . Nareith tersenyum.

"Narh.. Please.." Rionel tahu apa yang hendak temannya ini lakukan, namun sepertinya ia salah menangkap maksud dari permohonan Rionel.

"Iya nel, nih aku bantu kocokin ya," Nareith menyapu kulit halus pada paha dalam milik Rionel, berangsur hingga lubang kawinnya yang masih tersumpal dua vibrator. "Memek kamu lucu banget." Nareith mengelus klitoris milik Rionel, mengocoknya dengan tempo acak yang membuat Rionel frustasi.

"Ahh! Nareith pleasehh- please- Ngh~ Nareithh!!" Erangan Rionel semakin vokal, begitupun dengan kocokan tangan Nareith. "Nare- uhh! Nareithh- Cum! Rionel want cumhh!"


Nareih menjauhkan tangannya, "Oh no, Rionel not allowed to cum! Rionel ndda diberi izin cum oleh kak Abas." Telat, setelah berucap seperti itu, vagina Rionel kembali memuncratkan cairan maninya berkat bantuan dua vibrator yang masih tertanam didalam vaginanya.

"Nhh.. ngh?" Rionel mengernyit mendengar penuturan Nareith, Kak Abas? hukuman?

"Nareith ingat jelas tentang perjanjian kita, tapi sekarang Nareith lagi ndda ngejahilin Rionel atas kemauan Nareith sendiri, tapi Kak Abas yang nyuruh Nareith untuk ngehukum Rionel." Jelas Nareith.


tbc ak capek.


Report Page