Practice

Practice

Hang

#1

Sore itu, tekad ku sudah bulat sekali untuk merantau ke Jogja. Berharap untuk menemukan hidup yang lebih baik dari tempat tinggal ku sekarang. Hanya bermodal kan nekat dan nyali ku niat kan untuk berangkat ke Jogja menggunakan bus lintas provinsi, padahal di pikiran ku belum terbayangkan apa yang akan aku lakukan ketika kaki ini menginjakkan tanah yang terkenal dengan budaya nya yang kuat dan penduduk lokal nya yang sangat ramah kepada pendatang baru maupun orang di sekitar nya karena tidak mempunyai informasi sama sekali tentang dimana tempat aku akan tinggal atau kemana tujuan aku akan berjalan melangkah kan kaki ini.

               Perjalanan yang kutempuh menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam, aku mencoba menghubungi teman ku satu-satu yang di Jogja, berharap mereka mempunyai sedikit informasi tentang kos-kosan dan lebih baik lagi apabila mereka dapat menawari ku untuk menginap selama sehari sampai dua hari hanya sekedar untuk transit sembari mencari kos-kosan yang akan menjadi tempat tinggal ku di Jogja.

Ternyata usaha ku untuk mencari informasi tempat kos hanya nihil, dan ternyata Jogja hanya tinggal beberapa menit lagi sudah sampai. Sesampai nya di terminal Giwangan aku pun tidak mempunyai arah sama sekali kemana ku akan melangkah malam ini dan dimana aku akan tidur malam ini.

“Pak tolong anterin ke masjid daerah sini dong” tanya ku kepada tukang ojek sekitar terminal

“Oke mas, naik aja” jawab tukang ojek tersebut sembari memberikan helm nya padaku

Setelah ku membayar sepuluh ribu rupiah aku baru tersadar entah tukang ojek ini yang terlalu mengerti akan keadaan ku atau memang tidak sengaja dia membawaku ke satu masjid yang lumayan besar dan dari awal ku melihat nya akan sangat nyaman apabila aku menginap semalam disana dan membantu membersihkan ruangan untuk sholat sebagai rasa terima kasih ku

“Assalamualaikum pak ustad” sapa & salim ku kepada pak ustad yang sedari tadi ku perhatikan sendirian dan baru saja selesai membaca Al-Quran

“Walaikumsalam mas, bagaimana ada yang bisa saya bantu?” jawab pak ustad dengan senyum nya yang ramah

“Begini pak, saya kan baru sampai jogja malam ini, saya merantau dari jawa timur. Tetapi saya belum mendapatkan informasi untuk kos-kosan didaerah sini, apakah saya boleh izin menginap semalam disini pak?” aku masih merasa tidak enak dengan pak ustad untuk mengatakan hal tersebut

Pak ustad mengajak aku duduk dan menyuruh aku untuk sholat dahulu karena memang belum sholat selama perjalanan tadi, dan selesai sholat pak ustad mengizinkan aku untuk menginap disini dan memberitahu untuk tidak bermacam-macam disini, lalu menjaga masjid, dan menyiapkan karpet dan sebagai nya untuk persiapan sholat shubuh, dan membantu orang disini untuk membersihkan halaman masjid. Ya menurut ku ini hal yang wajar, dan aku lakukan dengan rasa ikhlas sebagai tanda terima kasih ku.

Setelah selesai berbincang dengan pak ustad aku pun mencari posisi dan dalam hitungan 5 menit aku terlelap dengan mudah nya.

Oh iya, nama ku adalah Andra seseorang yang berani mengambil resiko dan memiliki “suatu kelebihan” yang terkadang membuatku merasa tidak nyaman dan merasa bersyukur karena telah diberi karunia yang tidak semua orang dapat merasakan nya. Aku adalah pribadi yang gampang untuk berbaur dengan lingkungan yang baru dan tidak tegaan dengan orang lain. Ada satu kisah yang akan aku ceritakan disini tentang pengalamanku tinggal di kos-kosan yang aku tinggali sekarang, tepatnya pengalaman horror. Selamat membaca!


#2

Adzan shubuh pun berkumandang, badan ku terasa pegal sekali pagi ini, mungkin karena efek perjalanan yang jauh sehingga badan ku kurang mendapatkan treatment yang memuaskan sebagaimana mestinya hahaha.

Pagi nya aku menemui Pak Ustad yang sudah menyambutku pada malam itu untuk berterima kasih telah mengizinkan ku untuk menginap semalam di masjid sekaligus pamit karena aku harus mencari tempat kos yang sudah diberi arahan oleh para jamaah yang sholat shubuh tadi. Akhirnya aku mencari ojek terdekat untuk mengantarkan ku ke daerah yang bernama “BINTARAN”.

Setelah berkeliling sekitar 30 menit didaerah tersebut aku melihat ada bangunan besar dengan cat warna putih dan ada tulisan “KOS-KOS AN PRIA MASIH ADA KAMAR”.

“Pak pak! Berhenti disini njeh enten kos iseh enten kamar e ketok e (Pak pak! Berhenti disini ya ada kos masih ada kamar nya nih kayaknya)” Ku tepuk-tepuk pundak bapak ojek itu karena helm nya yang besar mungkin kedap suara.

Kesan pertama ku melihat bangunan ini adalah megah sekali, sekilas seperti bangunan belanda pada jaman dahulu yang sekarang di jadikan kos-kos an.

“Pripun mas? Nggolek kos njih? (gimana mas? Nyari kos ya?)” sahut ibu ibu dari ruangan yang bangunan nya terpisah dari kos-kosan tersebut

“Nggeh bu, apa masih ada kamar disini?” ku mendekat dan tanya ku kepada si Ibu yang mungkin adalah penjaga kos disini

“Masih ada mas, kebetulan tinggal 1 kamar lagi nih tetapi mungkin biaya nya sedikit lebih mahal ya soalnya kamarnya lebih besar dibanding yang lain”

“Waduh, gimana nih uang ku cukup tidak ya?” gumam ku dalam hati karena bekal yang kubawa tidaklah terlalu banyak untuk hidup di jogja ini “Ohh gitu bu, berapa ya bu satu bulan nya?” tanya ku

“Sebenernya cuma beda 100 rb sih mas, buat yang kamar paling besar itu kena 500rb mas, bagaimana?”

“Boleh saya lihat dulu bu kamarnya?” sebenarnya aku masih penasaran sebesar apa kamar tersebut, apabila memang harganya beda 100 rb aja kenapa tidak ada yang menempati kamar tersebut?

“Mari mas ikut saya” ajak ibu tersebut untuk memasuki bangunan yang besar sekaligus kos-kosan tersebut

Bangunan ini menurutku seperti bekas sekolah atau tempat pendidikan yang aku tidak tau, mungkin karena hari itu siang sehingga aku tidak merasakan aura yang negative saat memasuki bangunan ini, tetapi dari bentuk bangunan ini sendiri aku dapat menilai bahwa ini merupakan bangunan yang sudah lama sekali. Setelah sampai dikamar yang ditunjukkan sama ibu penjaga kos, pertama kali aku membuka pintu tersebut tidak ada perasaan yang berbeda saat memasuki kamar yang luas nya sekitar 4x5 ditambah kamar mandi dalam tersebut. Suasana kos saat itu sangat sepi sekali karena jam-jam segini adalah jam kerja & jam kuliah sehingga tidak heran apabila kamar-kamar disini kosong tanpa penghuni nya.

“Baik bu saya ambil kamar ini aja deh daripada saya juga nyari tempat lagi” ku menengok ke belakang untuk memberitahu ibu tersebut, aku pun tersontak kaget teryata si ibu sedaritadi sudah tidak dibelakang ku lagi

“Loh? Kemana coba si ibu, daritadi ngomong sendiri dong aku haduhh” aku berjalan kembali keluar dan ternyata si ibu sedang menemui seseorang tersebut, baru hari pertama aja udah dikerjain gini..

“Bu, saya ambil kamar yang tadi ditunjukkan ibu yah” aku menghampiri ibu tersebut yang kelihatan nya asik sekali ngobrol dengan teman nya

“Eh iya mas, jadi nya mau langsung nempatin hari ini?”

“Sepertinya sih iya bu, karena saya juga baru aja merantau dari kampung saya jadinya yaa di jogja ini saya gatau juga mau tinggal dimana lagi” jelasku kepada ibu kos tersebut sembari mengambil tas koper ku dan mengambil kunci kamar dari ibu kos untuk segera merapihkan dan membersihkan kamar yang sudah lama tidak terpakai itu.

Aku menempati kos ini beberapa bulan setelah kejadian gempa di tahun 2006. Kejadian yang membuat jogja dan sekitar nya berduka kala itu, bencana ini memakan lebih dari puluhan ribu korban dan kerugian yang sangat besar sekali. Terlihat dari bangunan ini yang belum di renovasi oleh pemilik kos karena masih banyak terlihat tembok-tembok yang retak dan cat tembok nya yang sudah kusam, membuat suasana semakin horror saja pikirku..

***

Matahari pun terbenam, sore berganti malam. Suasana sepi pun mulai terasa mencekam dikosan ini, awalnya saat ku tiba disini tidak merasakan hawa apapun yang mencurigakan. Saat jam menunjukkan pukul 8:30 malam, berhubung badan ku mulai merasakan lapar aku beranjak keluar dari kamar ini untuk mencari makan. Posisi kamar ku berada di ujung lorong bagian rumah ini, lampu remang dan berkedap-kedip membuat suasana sepi makin mencekam di kos ini. Saat ku berjalan keluar pintu terasa amat sangat remang-remang di kos an ini walau sudah terpasang sekitar 3 lampu panjang di sepanjang lorong ini.

“Klek!” Suara pintu yang terkunci pun terdengar sangat kencang di seisi kosan ini.

Saat ku berjalan ke arah keluar, di ujung lorong ini berbentuk seperti T alias pertigaan, saat ku menuju ke ujung lorong tersebut.

AKU MELIHAT SUSTER DENGAN PAKAIAN NYA YANG MASIH LENGKAP NAMUN KUSAM DAN WAJAH PUCAT NYA YANG TERSENYUM DATAR KEPADAKU YANG SEDANG MENDORONG KASUR UNTUK PASIEN PASIEN SEPERTI PADA UMUM NYA!

“GLEG!” aku menelan ludah, kaki ku terbujur kaku dan tidak dapat melangkah sedikit pun. “nggak nggak nggak” ku menggelengkan kepala ku sendiri dan menampar-nampar wajahku seolah-olah hal yang baru saja ku lihat tidak mungkin nyata.

Saat kaki ku berjalan beberapa langkah dari tempat tadi tiba tiba lampu dibelakang ku mati dengan sendiri nya. “ASTAGA!” mulut ini secara reflek berteriak. Aku berusaha menutup telinga dan berjalan dengan cuek dan mempercepat tempo jalan ku supaya dapat lebih cepat sampai ke pintu keluar, setelah melewati pertigaan ujung lorong tadi, tinggal beberapa belokan lagi dan melewati LORONG lagi, karena bangunan kos ini panjang dan akses untuk menuju keluar di bentuk seperti lorong panjang.

“KHIKHIKHIIIII” suara itu terdengar sangat kencang dan melengking ditelingaku dan aku merasa suara tersebut seperti berada persis dibelakang ku

“ANJINGGGG” Spontan aku teriak sekencang-kencangnya dan bulu kuduk sekujur tubuh ku berdiri dan jantung ku berdegup sangat kencang sekali, suara itu terasa semakin mendekat ke telingaku, dan aku pun sama sekali tidak berani untuk mencoba menengok kebelakang

 “KHIKHIKHI KHIHIIIIII” suara itu semakin terasa seperti dibelakang kepalaku

“WAAAAAAA” ku berlari sekencang-kencang nya dan tak peduli lagi akan suara yang selalu mengikuti ku

“HUH HAH HUH HAH” nafas ku terengah-engah setelah sampai di halaman kosan ini, sepertinya memang kalo sudah jam segini suasana di daerah sini menjadi sepi dan orang-orang sudah masuk kerumah masing-masing.

Setelah berjalan sekitar 50m akhirnya aku menemukan burjo disekitar sini (FYI: Burjo disini seperti warteg yang menjual berbagai lauk dan gak cuma jualan bubur kacang ijo aja). Setelah makan selesai ku beranikan diri untuk kembali ke kos-kosan itu yang memberi sambutan luar biasa kepada diriku yang baru saja menjadi penghuni disitu belum genap satu hari.

Sebelum memasuki kos ini ku lihat seperti tidak ada kehidupan sama sekali, semakin kelihatan pula kesan bangunan tua nan megah ini. Dalam sekejap kemampuan ku untuk melihat hal-hal yang tidak kasat mata ini menjadi tajam kembali.

Memang sejak kecil aku sudah terbiasa melihat hal-hal yang tidak bisa dirasakan manusia pada umum nya, bahkan sejak dirumah aku kerap sekali berkomunikasi dengan “mereka” dan sudah tidak aneh apabila orang-orang sekitar ku menganggap ku sebagai orang “aneh”. Namun hal tersebut merupakan hal yang sudah wajar bagi orang-orang yang memiliki nasib yang sama sepertiku dan menjadi hal yang tabu bagi orang awam, karena menurut ku dimensi lain dari kehidupan ini memang benar adanya namun banyak orang yang memiliki idealis kuat dan hanya berfikir dengan logika sehingga tidak dapat menerima hal-hal yang diluar akal pikiran mereka.

Kubuka pintu depan rumah kos ini, seperti kurasakan hawa yang sangat negatif dari bangunan ini. Mengapa aura ini tidak kurasakan saat aku menawarkan diri untuk menempati kamar yang luas tersebut, bahkan saat awal ku sampai disini yang kurasakan adalah hangat dan nyaman sekali. Mindset dikepala ini ku buat se positif mungkin supaya tidak terbayang hal-hal yang negatif. Justru hal itu sepertinya sangat dilawan sekali oleh makhluk-makhluk gaib disini. Ku mantapkan kaki ini untuk melangkah walaupun badanku sudah merinding karena hawa yang tidak baik disini. Saat aku memasuki lorong depan bangunan ini mataku langsung disuguhkan dengan pemandangan yang tidak wajar.. Baru beberapa langkah aku maju tiba tiba “WAAAAAA” ku melihat kuntilanak yang tiba tiba berjalan dari dalam kamar seseorang dan berbentuk sangat menyeramkan dengan berbaju putih yang dilumuri dengan darah sedang menunduk yang wajahnya ditutupi dengan rambut basahnya itu namun terlihat satu matanya yang sangat merah menatap tajam kearah ku dari depan pintu kos seseorang yang sedang kosong.

“astaghfirullah” ku langsung teringat pesan dari kakek ku untuk membaca ayat kursi apabila melihat hal-hal yang seperti ini. Dengan perasaan yang sangat ketakutan ku membaca surat tersebut dalam hati namun terbata-bata. Dan benar saja dalam hitungan detik kuntilanak tersebut hilang. “alhamdulillah” gumamku dalam hati. Akhirnya ku beranikan diri untuk berjalan menuju kamar ku yang masih berada diujung rumah ini. Setelah berjalan dan terus berjalan aku merasa seperti jauh sekali jalan menuju kamar ku, semesti nya cukup 1 menit sudah sampai di kamar ku. Dan aneh nya ternyata AKU KEMBALI LAGI KE POSISI AWAL SAAT MELIHAT KUNTILANAK TADI! “apa apaan sih ini!” saat setelah aku spontan mengucapkan itu tiba tiba terdengar kembali suara ketawa yang sangat melengking dan menggema diseluruh bangunan ini “HIHIHIHIHIHIHIHIHIH” kutajamkan indra perasa ku namun tidak kutemukan keberadaan makhluk tersebut. Kembali ku berjalan sambil berdoa didalam hati ku.

Report Page