Part 1

Part 1

MIDNIGHT AT ADELAIDE
Dionysius Julian Antares

Sudah 100 tahun sejak dimulainya periode asing. Dimana pemakaman umum sudah sangat penuh dikarena kan wabah virus yang terjadi sejak 103 tahun yang lalu sukses membuat hampir seluruh masyarakat bumi nyaris habis. 


Seluruh lapisan negara di Dunia sudah melupakan masa peperangan, bahkan berbondong-bondong saling bahu-membahu membantu Negara yang jatuh akibat dari wabah virus ini.


Hari ini tepat ke- 104 tahun sejak periode Asing ini dimulai. Dionysius atau lebih akrab disebut Dion sedang mempersiapkan senjatanya, juga beberapa butir obat yang harus diminumnya tiap hari, polusi udara bisa membuat paru-paru nya terasa sesak. Bahkan masker saja belum cukup menahan polusi udara yang disebabkan oleh wabah 100 tahun lalu.


Udaranya memang terlihat bersih, dan terlihat baik-baik saja. tapi di udara itu terdapat virus yang menyerang sistem pernafasan dan kekebalan tubuh manusia. Populasi manusia di Bumi pun makin sedikit.


Dion berjalan perlahan keluar dari Rumah kecil yang dia tinggali di sisi kota, dia sengaja membeli Rumah ini agar makin menjaga jarak dari manusia lain yang beresiko menyebarkan virus.


Suara di speaker yang di pasang di tiap sudut jalan menjelaskan bahwa polusi udara menurun 15% dari biasa nya, tapi jangan sampai lupa untuk selalu mengkonsumsi obat yang diberi Pemerintah agar menjaga daya tahan tubuh.


Dion berjalan menyusuri jalan menuju halte bus terdekat,


"Sepi sekali..." Gumamnya.


Dia memasang headphone nya sambil mendengarkan suara dari siaran radio lokal,


'Apa kabar para pendengar setia, hari ini kita akan menyebutkan beberapa nama orang-orang yang hilang selama seminggu ini. Alby, Gilbert, Adam, Christy, Veronica. selebaran sudah disebar ke seluruh penjuru kota, tapi hasilnya masih nihil. Entah mereka hilang kemana, kabur, bunuh diri, dibunuh atau jadi korban dari hutan...'


Desas-desus mulai menyebar perlahan, katanya hutan di seberang kota terdapat sebuah misteri yang tidak bisa di jelaskan dengan logika manusia. '..... 


Suara dalam handphone nya masih menyetel suara Radio itu, Dion menatap bus yang datang di depannya dan naik. Dia kan pergi ke tengah kota untuk mengambil misi baru dari bos nya. Tas gendong yang dia bawa, dia letakan di pangkuannya. Membuka tab miliknya dan melihat-lihat dokumen yang dikirim bos nya untuk dia teliti lagi. 


"PENCARIAN ORANG HILANG DI HUTAN.... "

Dengan datangnya desas desus yang menyebutkan orang-orang hilang di Hutan...., kami memutuskan untuk mengutus mu untuk mendatangi Hutan.... dan melihat-lihat apakah desas-desus itu benar. Semakin kita bertindak cepat, semakin cepat pula kepercayaan masyarakat ada pada kita. Untuk misi kali ini ada imbalan besar, senilai 2000 Dollar untuk tiap orang yang berhasil kau temukan. Ada 12 orang hilang selama 2 minggu ini. Ku harap kau bisa temukan mereka semua, dalam keadaan hidup atau mati.


Dion menatap pada jalanan yang tidak terlalu ramai. Jelas, ini hari libur, akhir minggu jelas banyak orang memilih untuk masih bergelung di bawah selimut daripada dia yang harus pergi pagi-pagi begini. 


Dia menatap jam yang melekat di tangannya, jam yang bisa menghitung tiap detak di jantungnya. Juga dapat menghitung tekanan darah juga kadar polusi dalam darahnya. 


Jam menunjukan pukul 07.00 tepat. 15 menit lagi dia sampai di kantornya. Agak kesal sedikit kenapa bos nya memberi nya misi di hari libur seperti ini. Tapi dia juga tidak terlalu suka berdiam diri di rumah. 


Bila misi kali ini adalah untuk menemukan manusia, dia harus membawa hewan peliharaan nya kali ini. 


Tak perlu menunggu lama, bus yang dia tumpangi berhenti dan dia turun dari bis. Berjalan perlahan keluar dan menabrak seorang perempuan,


"Sorry.. " Ucapnya datar. 

Tapi perempuan itu tidak merespon, dia malah merapikan beberapa barang nya yang jatuh. Karena tidak tega, Dion mengambil sebuah sticky notes. Dan melihat sebuah siluet laki-laki yang mirip dirinya di sticky note itu. Kaget sebentar lalu saat perempuan itu melihat kearahnya. Perempuan itu kaget. 


Dia menggerak-gerakkan tangannya, Dion tidak mengerti. Mencoba berbicara dengannya. 


"Kenapa?" Tanyanya. 


Tapi perempuan itu tetap menggerak-gerakkan tangannya. Sampai seorang perempuan mendatanginya. 


"Maaf maaf teman saya tuli, jadi dia tidak mengerti apapun yang kamu katakan."


"Ahhh.... Iya tidak apa-apa. Maaf saya buru-buru, saya duluan. Permisi" Dia pergi tanpa mengetahui bahwa sticky notes nya terbawa oleh nya. 


Perempuan itu menatap Dion, dan berkata dengan pelan. 

"Aku menemukannya."


........... 


TBC

Report Page