no title

no title


Tulisan ini dibuat hanya untuk mengutarakan keluhanku sekarang. Bukan maksud apa apa, tapi aku lagi mau menumpahkan semua isi suara yang ada dikepala. Mereka selalu bersuara seakan akan mereka adalah manusia yang selalu berbicara namun tak tau apa inti masalahnya.

Salah satu contohnya, suara itu pernah menggiring pikiranku untuk memikirkan bagaimana perasaan orang yang ingin mati perlahan. Perlahan, bukan secara instan, beda halnya dengan melompat dari gedung atau menabrakkan diri. Namun ini benar benar perlahan, meminum kopi sebanyak mungkin dalam sehari, dengan harapan kopi tersebut dapat merusak semua bagian organ dalam tubuh ini. Namun aku tak ingin hal itu benar benar terjadi, hanya berpikir bagaimana jika itu benar terjadi. Semoga Tuhan tak memberiku cara kematian seperti itu. Dari situ saya ingat satu kalimat "Jangan bertamu sebelum dijemput oleh yang diatas". Menampar sekali bukan, kalimat itu menyadarkan bahwa kehidupan ini memang seperti roda yang berjalan pada sebuah jalan yang bergelombang, ada kalanya kita meroda diatas jalan yang menanjak, menandakan kita mendapatkan sesuatu yang kita harapkan. Ada kalanya juga kita meroda diatas jalanan yang menurun, menandakan dalam setiap manusia memiliki masa terburuk.

Setelah bergeming dengan sebuah kematian, aku sadar bahwa ada beberapa orang yang harus saya perjuangkan, termasuk keluarga, sabrina, sahabat, dan teman yang lainnya. Walaupun disetiap perjuangan itu melelahkan. Karena tidak ada yang namanya jalan pintas untuk mencapai sebuah kesuksesan. Jika kita bisa menemukan jalan pintas lalu berhasil mencapai kesuksesan, maka itu hanyalah keberhasilan yang palsu. Karena keberhasilan itu dibuktikan melalui proses yang kita dapat selama kita melangkah. Dalam arti, tidak ada jalan pintas didunia ini, walaupun ada kita tetap menemukan sebuah belokan-belokan yang akan membawa kita untuk menemukan apa itu proses.


Aku sekarang terheran, mengapa aku bisa mencari solusi dalam bentuk tulisan tetapi tak bisa melakukan. Aku terlalu banyak mengeluh, tapi aku butuh mengeluh untuk mengurangi setidaknya beban pikiran. Aku memang sangat amat lelah dengan yang namanya kegiatan. Aku bener bener capek, dan tak tau harus berbuat apa. Banyak orang orang mengatakan kalau semua kegiatan diambil hikmahnya saja, atau mungkin bisa dibuat senang. Tapi bagaimana bisa untuk dibuat senang jika kegiatan itu sendiri yang menggiring sebuah raga untuk merasakan sebuah tekanan.


Aku sekarang bener bener pingin nangis, tapi ga bisa nangis. Aku pingin ketemu kamu banget, pingin senderan dibahu. 10 menit aja, tak peduli apa itu omongan pembina. Karena aku sekarnag bener bener ga kuat, mau nangis tapi ga mau orang rumah denger.

Report Page