Master?

Master?

XyZ

Gue berkenalan dengan seorang Master bernama Doug. Sok Inggris banget namanya. Plus kayak Dog aja. Anjing. Ya masa Master namanya Anjing kan? Hahahahaha.

Seharusnya gue tahu kalau dia emang lebih tepat gue sebut Anjing. Karena setelah itu gue tahu kalau dia ada sisi slave yang besar, dan itu bagus buat gue. Karena gue sebenarnya sosok yang sangat dominant. Meskipun gue sange kalo mikir jadi slave. Bukan berarti gue bisa difuck atau bisa diperlakukan seenaknya.

Dog atau gue panggil dia dengan Anjing, saat itu memang bertingkah seperti Master. Tapi setelah tahu gue siapa, pria maskulin yang bekerja sebagai abdi negara di department pertahanan, dia akhirnya tunduk. Sosok Master yang sangar langsung ngeper dan sok-sok-an manggil gue Sir.

Meskipun gue adalah sosok pendiam, introvert, dan ga pernah kasar ama orang, gue melihat dia sebagai aset untuk gue bully dan gue siksa. Meskipun karena hal itu gue harus berkata anjing, bangsat kepada dia. Salah dia juga yang mancing-mancing gue. Kalau gue dah sange, dia akan lupa kalau gue bisa menjadi binatang, yang sanggup menyiksa dia tanpa ragu.

Jangan ngajarin gue soal BDSM, gue paham apa yang harus gue lakukan. Gue ga akan melewati batas. Tapi dia harus paham bahwa gue adalah Master dia. Bukan slave yang bisa dia gunakan seenak jidatnya. Salah sendiri kenapa dia mau jadi slave gue. Bener kan?

Akhirnya hari ini gue mau bertemu dengannya. Dengan pakaian singlet biru ketat, yang memperlihatkan lekuk badan gue yang berotot, celana jeans dan sepatu pantofel hitam gue bertemu dengannya di sebuah cafe di Medan.

Perawakannya masih sama seperti dlu. Tinggi besar, kurus, berkumis dan berjenggot tipis. Namun kali ini gue minta dia tidak menggunakan CD, sehingga orang lain bisa melihat tonjolan penisnya yang ngaceng saat bertemu gue.

"Masih kayak dulu aja lu njing" Komentar gue melihat dia yang datang penuh semangat. Ada ya orang yang mau disiksa hepi gitu. Hahahaha. Goblog emang kalau orang dah suka BDSM.

"Iya Sir. Hehe"

"Sun tangan gue sini" Perintah gue, iseng.

"Ogggaaahhhh Sir. Malu anjir. Lagian tuaan saya Sir" Jawab dia menolak keras-keras.

"Gue balik nih"

"Sir... Ah anjing lah. Ya udah Sir. Gue cium tangan"

"Good boy. Huahahahahaha"

"Lagian gue ga ada yang kenal disini Sir. Paling Sir aja yang dikenal. Kan Sir orang sini. Kasiiaaannn. Hahahaha"

Bener juga. Sarap emang slave satu ini. Pengalaman dia yang dah belasan tahun bikin dia terlalu smart buat gue tundukkan.

Tapi bukan Didhan namanya kalau gak ada ide lain.

"Coba berdiri lagi?"

"Eh kenapa?"

"Udah berdiri aja"

"Udah terus?"

Kampret ide gue gagal lagi. Ternyata penis dia ga ngaceng.

"Pasti nyangkain tercetak ya Sir? Ngaceng gitu. Tapi kan punyaku kecil Sir. Ga nyetak. Bodoh banget emang Master newbie ini"

Si Anjing malah bikin gue marah. Bisa aja dia baca pikiran gue, dan bodohnya gue, gue lupa kalo penisnya itu kecil dan imut kayak anak SD. Sial.

"Ah udahlah. Ayo kita jalan ke hotel lu"

"Gue ga punya hotel Sir. Gue miskin. Cuma bisa sewa sehari doang"

"Ah anjing laaahh. Iya maksudku itu Bahhhh!!!"

"Orang Medan emosional. Ckckckckck"

"Ada yah slave kayak gini"

"Ada. Gue Sir"

"Bangsat. Ayo buruan kita pergi"

Kami pun menuju penginapan yang dulu pernah kita pakai, lucunya kami main di kamar yang sama. Bisa gitu, anjing lah.

"Akhirnyaaaaaaa"

"Belum Sir. Lom juga maen dah akhirnya aja"

"Anjing lu"

"Guk guk"

"Lu tuh bisa serius gak sih?"

"Guk guk"

Plaaakkkkkkk

"Aduhhh sakittt Sir" Jawab dia menjerit. Suruh siapa bandel. Kan enak kalo dah di kamar bisa nyiksa. Syukurin jing.

"Kamu nakal"

"Kan tadi Sir bilang anjing. Ya udah dijawab guk guk"

Plakkkk

"SERIUS!"

"Baik Sir"

"Buka baju dan celana, sama CD, terus tunggu gue di WC"

"Baik Sir"

Gue pun merokok dulu biar tenang, gak emosian liat tingkah pola slave satu ini. Biar nyiksanya tetep pake hati. Eh pake tangan dan kaki maksud gue.

"Buku mulut lu njing"

"Sir jangan Sir. Itu jijik Sir"

Plaakkkk

"Siapa suruh ngomong. Buka aja. Atau mau gue paksa Njing?"

"Baaabaikkk Sir"

Gue pun kencing dengan puasnya. Mulut dia sudah penuh dengan air kencing gue yang sangat bau dan berbau rokok. Maklum gue perokok berat yang bisa habiskan rokok 2 bungkus dalam sehari.

"Telan anjing!"

"Baik Sir"

Setelah gue kencingi, gue mandikan dengan air dingin sampai dia menggigil. Tak lupa gue borgol dia agar dia ga bisa melawan gue. Setelah itu gue geret dia ke kasur dan memaksa dia menyepong penis gue yang panjang dan besar.

"Isap njing"

"Baa baik Sir"

Berkali kali dia mau muntah akibat perlakuan gue, tapi gue tampar dan ludahin dia agar dia fokus dengan sepongan. Jangan sampai dia muntah dan mengenai seragam kebanggaan gue.

"Argh enak njing"

"Blurrpp blurrrppp"

Plak

"Jangan kena gigi lu bangsat!"

Dia terlihat meneteskan air mata karena kesulitan bernafas. Tapi gue gak perduli. Dia harus bisa menghisap penis gue dengan lahap.

Sekitar 30 menitan gue disepong olehnya, saatnya gue hancurkan lubang anusnya. Gue ambil pelicin di tas gue, dan memasukkan kondom kedalam penis gue, dan mulai masuk dengan sangat perlahan.

"Arrgghhh"

Plaakkk

"Jangan berisik bangsat"

Gue kemudian fuck anusnya dengan perlahan dan menyakitkan. Pelumas ga cukup menutupi rasa sakit. Tapi gue gak perduli. Yang gue sukai cuma melihat dia kesakitan dan menjerit.

Gue fuck dia dalam berbagai posisi, sampai dia keringetan gue kerjain. Tamparan, ludahan, cekikan menjadi bumbu penambah kenikmatan. Wajah dia sudah menunjukkan rasa lelah luar biasa. Tapi stamina gue cukup besar, bikin lama proses fuck berjalan.

Desahan dan ucapan mohon ampun dia bergema sepanjang permainan. Mukanya memerah. Tangisan pun akhirnya terjadi. Tetapi penis dia malah semakin ngaceng selama gue kerjain. Cukup sebagai penanda dia nyaman gue kerjain.

Setelah kurang lebih 2 jam, gue akhirnya mau crot. Gue banting badannya, gue lepaskan kondomnya, kemudian penis gue arahin ke mulutnya. Gue sodok kedalam tenggorokan nya, sampai sperma mengalir dengan deras. Dia terbatuk-batuk sampai beberapa cairan mengalir keluar mulutnya. Tapi gue kemudian menutup mulutnya dan memaksa dia untuk...

"TELAANNN ANJIINGGGG!!!"

Akhirnya dia menelan sperma gue sampai habis, dan gue menutup permainan dengan tamparan ke wajahnya beberapa kali, dan ludahan gue ke wajahnya. Gue usap ke seluruh wajahnya.

Gue kemudian menggeretnya ke kamar mandi, dan memandikannya dia kembali.

Setelah itu gue kembali merokok dan mengajak dia berbicara dari hati ke hati. Dia duduk dilantai dengan badan gemeteran, sambil menatap pilu.

Malam itu kami sudahi permainan, dan kami berdua terlelap hingga pagi. Benar-benar pengalaman menakjubkan. Setelah itu gue sadar, jati diri gue bukanlah menjadi seorang slave. Tapi menjadi seorang Master seutuhnya.

Master untuk mantan Master yang kelakuannya menyebalkan seperti Doug si Anjing bangsat.

You are belong to me NOW. ANJING!

-TAMAT-

Report Page