Jjjj

Jjjj

aileen.

Beberapa tahun yang lalu.


"Kakak, aku harus fokus sekolah. Maaf ya, aku rasa–"


Mulutnya membisu melihat pemuda yang dicintainya ini menatapnya dalam dan penuh makna.


Jayden menggenggam erat tangannya kemudian mengelus punggung tangannya juga.


Tak lama mulai mendekap erat tubuh kekasihnya, dramatis.


Aileen perlahan mengusap pelan punggung lebar miliknya, "Maafin aku Kakak..."


"Aku sayang Kakak banget." Aileen membalas pelukannya, "Semoga suatu hari nanti kita ketemu, ya?"


Jayden masih terdiam namun mengangguk pelan.


"Aku selalu dukung keputusan kamu, demi kebaikan kita." Kali ini Jayden mengelus surainya lembut.


"Tapi kamu harus janji," ucap Jayden, "Setelah kamu lulus, kita harus kayak gini lagi. Ya, pacaran. Mau janji, nggak?"


Aileen menggangguk kemudian mengaitkan jemari kelingkingnya pada jemari Jayden.


"Aku janji, Kak Jayden."


**


Sejak kejadian tadi malam, Aileen jadi tidak bisa tidur semalaman. Ya, dia gelisah.


Gelisah akan ketampanan sang Mantan.


Berbagai pertanyaan terlewat dikepalanya.


Apakah Jayden sudah mempunyai Pacar sekarang? Apakah Jayden masih mengingatnya? Apakah Jayden masih mencintainya? Apakah Jayden merindukannya?


Aileen menggigit jarinya gelisah selang beberapa detik kemudian tersenyum.


"AAAAAAA!" Ia menutupi wajahnya menggunakan bantal.


"Kayaknya,"


Aileen memegang keningnya, "Aku demam, deh."


"Harus ijin sama Kak Laras."


Kini Aileen memukul keningnya sendiri, "Harusnya tadi tuh aku ladenin aja, ya. Siapa tau langsung diajak balikan."


Aileen berhalusinasi, "Misalnya kayak, 'Aileen aku sayang banget sama kamu sayang, ayo balikan yuk.' dengan senang hati aku menerimanya."


"Tapi pasti Papi gak setuju lagi. Si tua itu memang nyebelin! Tapi Aileen sayang Papi." Aileen mengembungkan pipinya bingung.


"Tapikan– Kak Jay udah kerja, kenapa masih gak setuju?"


"Mau ngeyakinin Papi, ah!"


Aileen bangkit dari tempat tidurnya menuju ke ruang makan dibawah. Acara makan malam pasti akan segera dimulai.


**


"Nah, ini dia anaknya. Baru saja saya ceritakan," sambut Papi Aileen membuat sang Anak celingukan bingung.


Aileen menunjuk dirinya sendiri cengo, "Hah? Aku?"


"Sini nak," Abhimana melambaikan tangannya memanggil sang Anak kemari.


"Mpus... Meong..." –bak memanggil seekor kucing.


"Papi apaansih! Malu-maluin tau, gak!" Batin Aileen ngomong begitu.


"Ini dia anak saya, Aileen La Louise namanya. Manis 'kan anak saya?" Sang Papi mengenalkan anaknya pada mereka.


Aileen merasa tidak enak, pasti akan ada acara penjodohan lagi. Ya, walaupun dipandang lumayan sih kali ini– orang yang mau dijodohkan olehnya.


Dibandingkan kemarin, yang benar saja Papinya menjodohkannya kepada Kakek-kakek? Sementara dirinya saja baru menginjak usia 20 tahun.


"Ganteng kan? Daripada kamu sama si anu, anak Mami itu. Cuma pakai harta Maminya," bisik Abhimana pada sang Anak.


"Papi sok tau banget!"


Pemuda yang duduk di sofa itu menjulurkan tangannya, "Orion."


"Aileen." Aileen membalas juluran tangannya.


"Nah, sudah kenalan ini. Artinya sudah saling sayang. Sekarang, maharnya kira-kira apa yang bagus?"


Gila.


Apa yang ada dipikirkan Papinya? Anaknya masih ingin menikmati masa muda, enak saja.


Memangnya jaman apa sekarang?


Dia bahkan tidak kebelet nikah.


"Maaf, Aileen permisi dulu. Dipanggil boss Kafe, ternyata. Bye, Papi! Aku sayang Papi." Aileen bergegas pergi dari ruang meja makan itu, meninggalkan Papinya hendak meneriakinya, namun tertahan.


Lolos.


Aileen berteriak heboh kala dirinya berhasil bebas dari jebakan Papinya. Menyeramkan.


Dilihat-lihat bukan tipenya sekali, anak yang lebih muda dibawahnya. Tapi masih mending dibandingkan yang kemarin.


Papinya ini kenapa sih?


Hendak menjodohkannya dengan Kakek-kakek. Membayangkannya saja membuat Aileen bergidik ngeri.


Memang kriterianya itu cuma Jayden.





Report Page