Its me

Its me

ale

Saat Hidupmu Keras dan Tak Nyaman


Lama aku memandangi hamparan kota Makkah dari balik jendela. Bukit-bukit batu kokoh menjulang, memagari kota kelahiran Rasulullah SAW. Entah bagaimana dulu saat kota ini masih penuh dengan hamparan tanah berbatu dan berpasir, saat ini sudah dipenuhi gedung-gedung tinggi perhotelan. Betapa bentang alam yang keras.


Di tempat sekeras inilah Rasulullah memulai dakwahnya. Sekarang jutaan orang beribadah di Masjidil Haram, dulu? Hanya Rasulullah, segelintir keluarga dan sahabatnya. Di tempat inilah, para Assabiqunal Awwalun disiksa dengan keji hanya karena memegang teguh keimanan.


Matahari begitu terik, panas menyengat. "Suhu di sini bisa mencapai 50 derajat jika musim panas, rasanya seperti kita berdiri di depan api unggun." Jelas seorang pembimbing umroh. Terbayang bagaimana upaya Rasulullah saat berhijrah ke Madinah. Beliau sengaja keluar di siang bolong saat musim panas, saat seluruh penduduk kota Makkah memilih berdiam diri di rumah. Betapa keras, betapa tidak nyaman perjuangannya.


Belum watak orang arab yang keras. Berada di Masjidil Haram, rasanya mirip-mirip diospek kakak tingkat. Teriakan, gebrakan, mata yang saling adu melotot, dada-dada yang membusung, jadi pemandangan setiap waktu salat akan tiba. "Perang" antara askar yang bertugas menertibkan, dan jamaah yang memperjuangkan tempat salatnya. Kalau tak sekeras ini, mana mau jamaah Arab dan Afrika itu ditertibkan.


Aku menghela napas panjang. "Qoon, di tempat seperti inilah Islam lahir." Bukan tanpa alasan, Allah memilih kota Makkah yang keras, alam dan watak penghuninya.


Rasanya, seperti Allah ingin memberikan benang merah dari buku yang aku tulis.. dari fase bertemu dewasa yang tengah aku alami.


Betapa bodohnya aku mengira, bahwa keberhasilan bertemu dewasa ialah hidup yang nyaman, karier yang cemerlang, finansial yang menenangkan, keluarga yang penuh kebahagiaan. Malah, Rasulullah SAW menukar semua "keberhasilan fase dewasanya" dengan hidup yang keras dan tidak nyaman.


Rasulullah SAW menukar popularitas, kekayaan, dan kehormatannya, dengan dakwah Islam yang penuh keringat, air mata, kelelahan, bahkan pertumpahan darah.


Maka, masihkah kau mengharapkan kenyamanan saat bertemu dewasa? Ujian demi ujian akan hadir bagi siapapun yang mengaku beriman, apalagi yang tengah memperjuangkan Islam.


Maka, keberhasilan bertemu dewasa, ialah saat kita tetap dalam keimanan, dalam khusyuknya ibadah, dalam kesungguhan ber-Al-Quran, dan dalam perjuangan dakwah Islam. Itulah kemenangan sejati. Kemenangan yang akhiri hidup dengan Surga seluas langit dan bumi.


Selamat bertemu dewasa!

Report Page