Hack !!!

Hack !!!

Azis Kurniawan

Namaku Azis, tinggal di kota Bekasi pinggiran Jakarta yang katanya orang-orang mudah mencari uang. Kehidupanku biasa saja karena memang terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Pada saat anak-anak aku tidak terlalu paham dengan yang namanya komputer. Karena memang belum jamannya. 


Ayahku seorang PNS di sebuag instansi yang mengurusi cuaca dan semacamnya. Beliau pernah dikursuskan ke Paris untuk mengelola mainframe. Luar biasa pada jaman itu karena personal komputer belum banyak dimiliki oleh kebanyakan orang. Kadangkala Ayah membawa pulang piringan cakram segede gaban ataupun kartu berwarna jingga yang isinya huruf dan angka lalu ada lubang berbentuk kotak dan pada setiap lembarnya ada cetakan tulisan yang hanya 1 kata. Aku tidak begitu mengerti, ya namanya juga anak-anak.


Suatu saat ketika aku masih SD, Ayah membeli sebuah komputer. Mungkin canggih karena pada jaman itu komputer masih jarang padahal ramnya hanya 2 MB, tanpa hardisk, untuk storagenya 2 disket ukuran 3,5 dan 5 1/4 inch, prosesornya tertulis Intel AMD 80286. Apakah dulunya Intel dengan AMD adalah 1 perusahaan? 😱

Oh iya 1 lagi, monitornya tertulis Color Graphics Adapter atau CGA dengan kemampuan dapat menampilkan 16 warna untuk mode teks dan 4 warna untuk mode grafik.


 Pada waktu itu blom ada internet, personal komputer hanya digunakan standalone tanpa konektivitas sama sekali dan saat itu orangtuaku menggunakannya untuk mengetik dengan aplikasi wordstar atau WS yang layarnya hitam atau biru. Aku sempat diajari bagaimana caranya menggunakan untuk bermain game. Senang sekali rasanya bisa bermain game paratrooper, digger, pango, pac-man dan sebagainya, yang paling keren adalah game kura-kura ninja walaupun saat itu kura2 ninjanya warnanya jadi merah..bukan hijau 😂.


Saat aku masih SD. Aku punya 2 sahabat yang sering bermain komputer bersamaku, namanya Wawan dan Sigit. Wawan adalah anak orang kaya, orangtuanya punya mobil sedan bagus dan dia punya mesin karaoke yang pake laser disc (disknya berupa cakram segede gaban), dan dia juga punya nintendo yang sering kami mainkan. Pada jaman itu mereka datang ke rumah untuk bermain komputer pada hari sabtu dan minggu. Beda cerita dengan Sigit. Sigit keluarganya seperti keluargaku dan kalau datang ke rumah itu selalu nongol di jendela dan memanggil-manggil namaku. Lalu kami bermain bersama.


Masa kecilku itu menyenangkan. Aku bersekolah sekitar 2 km jauhnya dari rumahku. Separuhnya kutempuh dengan berjalan kaki. Kami sering melakukan hal-hal menyenangkan pada saat pulang sekolah. Berjalan bersama-sama dengan teman-teman termasuk Wawan dan Sigit. Pada saat itu kami cukup nakal, awalnya hanya berburu belalang, kencing di jalan tol, sampai mengerjai sapi atau nenek-nenek. Banyak petualangan luar biasa yang dilakukan saat masa itu.😂


Sayangnya Sigit tidak berumur panjang. Di usianya yang 5 tahun dia harus menjalani operasi pengangkatan ginjal. Bahkan usianya terakhir hanya sampai kelas 2 SD. Saat itu dia sakit entahlah apa namanya. Aku tidak begitu paham dan juga tidak ingat. Yang pasti dia masuk rumah sakit cukup lama.


Hari itu hari minggu. Aku libur sekolah dan diajak untuk menjenguk Sigit oleh orangtuaku dan beberapa tetangga. Karena kami tinggal di kampung, sehingga dengan tetangg cukup akrab, apalagi anak-anaknya termasuk sebaya.


Kami ke rumah sakit tempat Sigit dirawat. Awalnya aku tidak ikut masuk karena peraturannya anak kecil dilarang masuk. Lalu ayahku melihatku kasihan menunggu dan mencuri-curi masuk sebentar. Kusaksikan Sigit terbaring lemah dengan selang infus dan kulit di sekitar mulutnya ada banyak luka yang mengering alias koreng. Selain itu kondisinya juga tertidur ga jelas. Rupanya itu saat terakhir aku melihat Sigit yang masih bernyawa, bahkan itu adalah terakhir aku melihat Sigit. Masih sangat jelas terbayang dalam ingatanku bagaimana Sigit merasa sakit terbaring lemah.


Saat aku keluar dari kamar pasien itu, hanya selang beberapa menit kudengar kabar kalau Sigit telah tiada. Dia rupanya hanya menungguku menjenguknya sebelum dia pergi untuk selamanya. Aku tidak tahu saat itu sepertinya tidak menangis karena memang tidak tahu rasanya sedih. Beberapa saat kemudian kami pulang, tapi ayahku tinggal disana untuk membantu mengurus pemulangan jenazah Sigit.


Kehilangan teman terdekatku memang cukup menyedihkan buatku. Selama seminggu aku sering mengigau memanggil-manggil nama Sigit. Rupanya memang tanpa aku sadari kalau aku cukup merasa kehilangan. Karena masih kelas 2 SD aku tidak terlalu merasakan sedihnya kehilangan teman, tapi dalam hati kecilku pada waktu itu aku merindukannya.


Teman dekatku memang tidak hanya 2 orang itu saja. Ketika itu aku juga punya seorang teman dekat yang ternyata kelak mengantarkanku menjadi seperti sekarang ini. Ternyata makin banyak teman makin banyak rejeki. Petuah orang dulu yang aku plesetkan dari "banyak anak banyak rejeki".


Agung namanya, seorang temanku yang badannya besar, larinya kencang dan pintar serta setia kawan. Dia adalah anak dari ahli elektronika yang hebat. Apapun bisa dibetulkannya. Terakhir Agung sendiripun sudah menjadi ahli elektronika yang lumayan sakti.


Kala itu nintendo adalah game dengan teknologi yang canggih. Aku sering memainkannya di rumah Agung. Karena dia punya nintendo, sedangkan aku bermain komputer jadul yang ga diupgrade-upgrade. Walaupun aku juga sering bermain nintendo di rumah Wawan, tapi ada hal yang cukup mengasyikkan ketika aku bermain bersama Agung, yaitu sama-sama hobi ngoprek. Apalagi Wawan ternyata dipindahkan sekolahnya di pesantren dan dia mondok disana. 


Aku tidak ingat betul, tapi pada waktu itu aku SMP kelas 2. Agung memang terpaut 1 tahun kelasnya dibawahku, tapi sebenarnya usianya sama denganku (barangkali 😂). Saat itu aku sudah mulai bosan dengan permainan komputer yang jadul. Jaman itu pentium sudah berkembang dengan windowsnya namun aku masih pake 286 dengan layar CGA. Bayangkan saja tidak bisa berbuat banyak karena prosesor dan memorinya benar-benar minim. Di waktu itu aku diberikan majalah infokomputer yang benar-benar membuka mataku mengenai teknologi saat itu. Benar-benar cukup mengubah cara pandangku terhadap dunia kala itu. Aku dan Agung banyak membahas mengenai perkembangan komputer dengan bantuan majalah itu. Cukup aneh klo aku pikir dengan obrolan kami yang benar-benar cupu.


Ayahku dulunya seorang programmer mainframe di kantornya. Dia mungkin menguasai beberapa bahasa pemrograman. Aku sendiri tidak tahu... Hahahaha 😂. Dari kelas 6 SD, aku dijanjikan akan diajari bagaimana membuat program komputer. Tapi pada akhirnya hanya diajari beberapa baris sintax program. Yah lumayan lah diajarin sedikit daripada tidak sama sekalI.. Makasih Ayah... 😘


Karena hanya memiliki komputer yang cukup jadul itu, aku punya program namanya Norton Commander disingkat NC. Kehebatannya dia bisa melihat isi direktori disk, menamai file, merubah nama file, jam, tanggal dan sebagainya. Tapi ada kemampuan yang aku benar-benar salut, yaitu kemampuan mengedit file 😂. Mungkin kedengarannya biasa saja, tapi di kala itu aku belum tahu apa-apa. Hanya mengerti cara memanggil nama program dan memainkannya (aku hanya menggunakan komputer untuk bermain game). Saat itu beberapa game aku edit dengan NC tersebut.


Paratrooper atau biasa dinamakan paratrup, adalah game sederhana yang cara bermainnya kita diberikan meriam untuk menembaki paratrooper atau penerjun payung, helikopter yang mengangkutnya dan pesawat yang akan mengebom meriam kita. 







Report Page