Forever

Forever

Leewistown Keenan Wankétanla.
hyunsung os

Hansen dan Haris adalah sepasang kekasih, namun siapa sangka Axelino (mantan crush Hansen) yang ternyata diam diam menyukai Hansen, maka dari itu Axelino bersama teman temannya pun menghampiri Haris.


"Ris" panggil Axel kearah Haris

"Loh? Axel? lo yang mau ketemu gua disini?" tanya Haris kebingungan

"Iya, gua mau lo putusin Hansen."

"Lah, gabisa gitu lah anjir. Gua duluan yang dapet, siapa suruh dulu lo gamau sama dia" jawab Haris kesal

"Gua gamau putus, dan ga akan pernah putus, lo tanya aja sama Hansen, mau ga dia putus" tambah haris semakin kesal.

Mendengar perkataan Haris itu Axel terbawa emosi dan mulai memukuli Haris dibagian kepala & perutnya.

Diam, Haris diam dan tidak melakukan perlawanan sama sekali.

Setelah aksi Axel itu selesai, Axelino langsung meninggalkan Haris yang sudah terbaring tidak berdaya, Haris hanya berharap sang kekasih mengetahui hal ini, dan ya, tak lama setelah itu, Hansen langsung datang membawakan p3k untuknya.

"ADUH, KAMU KOK BISA BEGINI SIH" kata Hansen panik, sambil mengobati lukanya.

Haris hanya tersenyum melihat Hansen yang sedang mengobati lukanya.

"Kamu kok ga ngelawan dia? waktu itu kamu ngelawan dia untuk aku bisa kok, kenapa untuk diri kamu sendiri gabisa?" lanjut Hansen terheran.

Ya, sewaktu Hansen masih menyukai Axel, Hansen dulu selalu diancam oleh teman teman Axel, bahkan Axel sendiri, pada hari itu, Axel akan memukuli Hansen, namun ntah darimana Haris menyelamatkan Hansen dari hal tersebut.

"Karena kamu lebih penting dari apapun sen, kamu mungkin bisa hidup tanpa aku, tapi aku? aku gabisa." jawab Haris tersenyum kearah Hansen.

"Kamu itu penyelamat aku sen, kamu buat aku sadar kalau dunia ini ternyata indah". Tambah Haris

Hansen yang mendengar perkataan Haris itu mulai menangis. Beberapa air mata jatuh di pipi Hansen, "Tapi bukan gini caranya ris, ini sama aja kamu lagi nyari mati". Kata Hansen sambil menangis

"Sstt.. Jangan nangis, kamu jelek kalo nangis". Jawab Haris sambil mengusap air mata Hansen, "Kalo aku mati pun, aku bakal sama kamu, aku bakal tetep jagain kamu, sampai kapanpun juga akan begitu". Tambah Haris.

"Kamu capek ga sama dunia?" Tanya Haris kepada Hansen.

"Capek, capek banget" Hansen menjawab pertanyaan tersebut sambil menangis.

"Bawa aku ke tempat duduk disitu ya, kita istirahat bareng bareng". Haris sambil menunjuk kursi diujung atap sekolah.

Mendengar perkataan Haris, Hansen bergegas membawa Haris dan alat-alatnya kearah kursi tersebut. Mereka duduk bersama, Haris menyenderkan kepalanya ke bahu Hansen, sedangkan Hansen masih sibuk mengobati lukanya yang tak kunjung hilang.

Akhirnya, setelah luka Haris lumayan membaik, Hansen bertanya kepada Haris, "Kamu bilang kamu mau jaga aku selamanya kan?" pertanyaan ini membuat Haris bertanya-tanya, mengapa sang kekasih tiba-tiba menanyakan hal tersebut, "Iya sen, selamanya." Jawab Haris tersenyum melihat Hansen.

"Yaudah, ayo akhiri semuanya ris". Jawab Hansen serius.

"Kamu serius?" Tanya Haris yang masih heran dengan perkataan Hansen itu.

"Memang aku keliatan lagi bercanda?" Jawab Hansen

Haris menghela nafas beratnya, "Kalau itu maunya kamu, ayo sen." Haris yang masih heran itu bertanya lagi kepada sang kekasih, "Tapi.. kenapa?"

Hansen melihat Haris yang masih tidak berdaya, "Aku takut". Jawab Hansen.

"Takut kenapa?"

"Takut kehilangan kamu, aku gamau kehilangan kamu." Jawab Hansen tertunduk.

Haris yang mendengar perkataan kekasihnya itu, melihat kearahnya dan mengelus kepalanya.

"Kalau aku kehilangan kamu, belum tentu di kehidupan kita selanjutnya kita bertemu, ris." Jawab Hansen yang mulai menangis lagi.

"Kamu juga nyelamatin aku dari kehilangan kepercayaan sama kata-kata manusia." Lanjut Hansen, "Kalau bisa dibilang, aku masih bisa percaya sama diri aku sendiri dan orang lain itu semua berkat kamu."

Hening.

Haris tidak suka sang kekasih mengatakan hal itu, Haris benci menangis, Haris benci dengan keadaan seperti ini. Keadaan seperti ini membuatnya teringat akan ibunya.

Hansen menyadari perkataannya tersebut membuat Haris menangis, ia memeluk tubuh Haris, "Ris, dunia gabakal seindah ini kalo gaada kamu". Kata Hansen sambil menangis.

Dada Haris sesak, begitupun nafasnya, ia hanya bisa menutupi wajahnya di dada Hansen, mereka berdua hanya bisa terisak-isak.

"Ris, udah yuk, kita akhiri aja." Hansen menatap mata Haris dengan air mata yang masih menggenang di matanya itu. Haris menganggukkan kepalanya sebagai tanda ia setuju dengan perkataan Hansen.

Hansen menuntun Haris ke ujung depan atap sekolah, Hansen memegang erat tangan Haris, untuk terakhir kalinya Hansen mencium kening Haris. Dengan tekad, mereka berdua melompat dari gedung 8 lantai itu.


Ada satu siswa yang bersaksi akan kasus tersebut, ia adalah Axelino.


Report Page