Prolog; Experiment.

Prolog; Experiment.

Noah Pangestu.



ㅤㅤㅤㅤTangannya tergenggam dengan erat di pinggir tempat berbaringnya itu, tempat yang seharusnya tidak menjadi miliknya di usia saat ini, tempat yang menjadi saksi kejamnya dunia luar terhadap anak yang memiliki kelebihan sepertinya, Noah Pangestu.


ㅤㅤㅤㅤPandangannya gelap, sebenarnya dia sudah terbiasa dengan pandangan membusukan ini, tepat di bawah tempat berbaringnya, terlihat begitu banyak darah berceceran, oh Tuhan.. entah apa lagi yang mereka lakukan pada tubuh nya kali ini. Dia bukannya tidak bisa merasakan sakit atas banyak nya darah yang keluar pada tubuh nya itu, dia hanya berusaha tidak merasakan itu semua.


"Sialan, kali ini berlebihan banget." Gerutunya sambil memakai pakaian yang sudah di siapkan untuknya sedari awal, lalu berjalan melewati ruang yang paling di bencinya itu.


"Pagi, tuan."

"Pagi, Estu."

"Pagi, noaah!"


ㅤㅤㅤㅤDan entah sapaan-sapaan selamat pagi lainnya yang biasanya dia selalu dapat. Yaa itu sudah pasti kan? jika ada salah satu dari mereka yang bahkan tidak berlutut ketika dirinya lewat, mungkin saat ini mereka tidak bisa menghirup udara lagi.


"Tuan, bagaimana istirahat mu malam ini? bukan kah lebih nyenyak dari biasanya?" Tanya seorang pelayan yang memang sengaja untuk menyalut emosinya, 'istirahat? melakukan keinginan orang itu semaunya kau bilang istirahat? bangsat.' Pikirnya dalam hati.


"Haha, tentu saja itu sangat nyenyak, terimakasih sudah bertanya." Jawabnya dengan nada yang berusaha selembut mungkin sambil tersenyum tipis, jika saat ini orang itu tidak sedang mengawasinya, mungkin dia sudah membunuh pelayan tidak berguna di hadapannya.


ㅤㅤㅤㅤKalian mungkin bertanya-tanya kan? sebenarnya apa yang kau maksud? lalu siapa yang kau sebut 'orang itu?' ah aku malas menceritakan kisah menyedihkan ini, jadi ini adalah kisah ku, kisah seorang anak laki-laki muda yang memiliki sedikit kelebihan tetapi selalu di salah gunakan, kisah aku; Noah Pangestu yang menjadi bahan percobaan ayah ku sendiri.



Report Page