draft

draft

Day Milovich,,

Sebelum menulis, saya taruh di sini.

Tidak perlu bot, tanpa beli follower. Yang penting, tahu cara-kerja Instagram. Ini dia 9 tips Instagram baru.

Location Scouting

Lakukan "location scouting", kenali lokasi lebih lekat dan dekat, sebelum memotret atau bikin video. Asal shoot, akibatnya sering mengecewakan. Bagaimana caranya "location scouting"?

Coba buka akun kamu di Instagram atau search di Google, informasi apa yang tersedia tentang tempat itu. Beruntunglah jika belum ada di peta, tetapi perlu waspada kalau tempat itu sudah ngehit. "Location scouting" itu semacam riset pendahuluan. Jangan sampai kamu memotret tetapi ternyata sudah ada foto "semacam itu", dari sisi pengambilan dan caption. Aktifkan GPS (secara default, ini selalu aktif) kemudian temukan nama tempat kamu berada sekarang, di Instagram. Kalau ada #hashtag, cari berdasarkan hashtag. Lihat, foto apa saja yang ada di situ. Tujuannya, agar fotomu tidak sama dan bisa mencari sudut-pandang berbeda.

"Location scouting" juga berfungsi untuk memperkuat ide foto. Untuk apa saya [harus] memotret di sini? Foto ini mau menampilkan apa?

Setelah mengintai apa yang sudah ada di Instagram dan Google, coba pandangi sekeliling, adakah yang lebih keren?

Seperti apa, warna, tekstur, dan backgroud yang ada di situ? 

  • Warna biasanya berkaitan dengan: tonal desaturasi, pastel, monokromatis, dan aksen terang. 
  • Tekstur biasanya berkaitan dengan: beton atau tembok, karat, ivy, dan kayu. Coba zoom, atau naikkan exposure di camera. Apakah keren kalau nanti close-up? Lakukan eksperimen awal.
  • Lighting, berkaitan dengan: bayangan, waktu, tempat, dan gerak. Biarpun ada lighting alami, gunakan bantuan tambahan. Banyak sekali tutorial tentang pencahayaan dari kelas studio sampai "paket hemat". Aplikasi seperti PlanIt! for Photographers bisa membantu mendapatkan informasi pencahayaan natural kapanpun dan di manapun. Bisa juga menggunakan Ephemeris yang bisa jalan di Apple, Android, versi Desktop, dan Web.
  • Background. Nah, ini termasuk masalah rumit.

Instagram menyukai background. Orang datang ke tempat wisata, misalnya, untuk mendapatkan background foto yang bagus. Instagram dapat mendeteksi keterkaitan fotomu dengan keyword. Begitu kamu upload foto ke Instagram, bisa langsung terdeteksi: fotomu berkaitan dengan [keyword] apa saja. Facebook juga demikian.

Aktifkan fitur bokeh atau Instagram Focus (tidak semua kamera, bisa aktif) hanya jika kamu benar-benar tahu apa akibatnya. Background kabur berarti menghapus keyword. Background kabur hanya cocok untuk selfie, namun itu berarti kurang "menjual", kecuali kamu adalah Selena Gomez atau Kim Kardashian.

Tempat yang jungkies, terbengkalai, dan kuno, kalau pintar mengolah, bisa menjadi beberapa foto menarik. Misalnya: puing-puing atau texture tembok lama, dipadukan dengan baju terang, bisa memperlihatkan kontras. Obyek lebih tampil. Berkas cahaya yang masuk, disajikan dalam bentuk "black and white" bisa menampilkan kontras paling tinggi.

Interaktivitas juga menjadi faktor pembentukan "emosi" dalam fotografi. Bagaimana foto bisa "bercerita". Interaktivitas itu bagaimana seseorang "mengalami" tempat. Seakrab apa ia di sana, bagaimana caranya "hidup" di tempat itu. Hampir semua acara festival atau live show, menghasilkan foto bagus, kalau penonton menyukai acaranya. Atau orang lokal yang sudah terbiasa di tempat itu. Sebelum foto, usahakan menyatu dengan tempatnya dulu.  

Perhatikan pula, peraturan setempat. Pernah lihat foto orang sedang snorkeling sambil memegang terumbu karang? Itu sama dengan membunuh terumbu karang yang butuh proses pembentukan lama. Ini terjadi karena orang tidak tahu "peraturan". Atau pernah melihat Kota Lama Semarang dicat warna-warni demi menyulap bangunan bersejarah menjadi spot foto yang instagrammable?

Memakai Hashtag Bukan Soal Mudah

Banyak tutorial menyarankan memakai hashtag, bahkan disarankan sampai 30 hashtag, tetapi menempatkan hashtag yang "asalkan relevan", tidak terlalu mengangkat popularitas foto di Instagram. Tentu saja, ada triknya.

Instagram (termasuk Facebook dan Twitter) menggunakan pendeteksi yang bisa mencari keterkaitan sebuah foto dengan hashtag yang sudah mereka kenal. Melalui pemrograman aplikasi Android, orang bisa menerapkan fitur yang sama.

Ini demonstrasi bagaimana sebuah foto bisa dibaca keterkaitannya dengan hashtag tertentu.

Buka Instagram Market Generator kemudian upload sebuah foto, dapatkan hashtag yang relevan, dan ada pula informasi popularitas hashtag itu. Jangan menggunakan hashtag yang tak-relevan. Aplikasi PhoterLoo juga bisa keywording terkait Instagram dan menggunakan teknologi "machine learning".

Keunggulan aplikasi ini, bisa mendeteksi keyword dari suatu foto, bisa memeriksa foto berdasarkan URL (tanpa perlu upload, asalkan statusnya bisa diakses publik), dan bisa memproses berdasarkan keyword.

Tool All Hashtag itu gratis, tanpa perlu register. Masukkan 1 kata, misalnya: "semarang", kemudian pilih, hashtag ini mau dicari apanya: bisa mencari "top" (terpopuler), "random" (acak), atau "live" (siaran-langsung). Klik "generate" untuk memproses hashtags. Berdasarkan cara ini, bisa tahu hashtag mana yang recommended.

Kalau terpaksa menggunakan #hashtag banyak, menurut algoritma Instagram terbaru, sebaiknya tempatkan di komentar. Tidak harus di foto/video. Banyak hashtag di foto/video justru memperburuk tampilan dan berpotensi di-crawl oleh bot script.

Yang terpenting, jika sudah menemukan kecenderungan mau upload jenis foto apa, pastikan mempunyai hashtag tertentu yang siap-pakai.

Hashtag selalu berkaitan dengan 3 hal: lokasi, foto, dan trending. Kalau saya tinggal di kota Rembang, misalnya, saya harus punya hashtag andalan terkait "rembang". Foto tidak selalu sama, pasti ada sesuatu yang berbeda, butuh hashtag tersendiri: foto pemandangan dan kuliner, tentu punya hashtag berbeda, yang bisa dicari dengan cara di atas. Sedangkan trending, itu hashtag yang sedang ngehit atau yang mau diperjuangkan, misalnya, website Metro Jateng punya hashtag #metrojateng.

Agar praktis, saya menggunakan catatan hashtag yang sudah saya riset dan bisa dipakai di mana-mana. Kalau mau pakai, nanti tinggal copy-paste di komentar Instagram.

#rembang #regrann #rembanghits #olshoprembang #explorerembang #souvenirrembang

#landscape #landscapephotography #landscapelover #landscapehunter #landscape_lovers #landscapeporn #landscape_lover

#portraitphotography #portraiture #portraits #portrait_ig #portraits_ig #portraitmood #portraitphotographer

Lebih Populer dengan Akun Hub

Akun hub berisi fotografi tematik.

Fotografi Makanan

Ternyata, sejarah fotografi makanan (food photography) sudah ada sejak 171 tahun yang lalu.

Orang suka kuliner, Instagram penuh foto makanan. Fotografi yang dikombinasikan dengan lokasi dan senyum puas pelanggan, menjadi sarana promosi paling ampuh. Seringnya, tanpa diminta, konsumen melakukan promosi, melalui ponsel mereka. Fotografi makanan menjadi pembahasan tersendiri di kalangan fotografer, penyajian makanan menjadi seni menarik perhatian. Singkatnya, jika suatu foto makanan disajikan di akun Instagram, sudah banyak pendahulu yang lebih keren.

Para food stylist bukan sekadar menata. Setiap menu punya gaya, disajikan berdasarkan sains dan riset, untuk menarik pembeli. Jadilah seperti food stylist yang pintar menarik perhatian orang dengan makanan.

Sebelum memotret makanan, ketahuilah bagaimana cara menata (komposisi) makanan dalam foto (style props), apa enaknya makanan ini (tidak harus mengatakan di caption, tetapi agar tahu ide foto yang mau ditampilkan), bagaimana manual focus, dan "riwayat" makanan ini. Tidak harus menjadi pengiklan, tetapi tunjukkan bahwa makanan ini punya tempat tersendiri di hatimu. 

Jangan terlalu klise. Pernyataan klise sering menampilkan ekspresi "puas" dan pemakaian kata-kata seperti "wow", "lezat", tetapi tidak memberikan informasi apa-apa tentang makanan itu. Lebih baik, deskripsikan di caption, secara singkat. Katakan apa yang tidak tampak di dalam foto atau video, jangan mengulang menjelaskan apa yang sudah jelas. Apalagi menyatakan, "Penasaran, kan? Datang saja ke sini..". Kebanyakan pengiklan sudah mengatakan kalimat semacam itu.

Para pengiklan makanan tidak jarang justru menipu konsumen dengan "make-over" berlebihan, tampilan agar foto makanan mereka menarik.

Gunakan porsi makanan yang sedikit, untuk menarik perhatian. Matikan flash, gunakan penerangan natural, namun jangan gelap. Fokuskan pada makanan (bahan atau rasa yang mau diutamakan), gunakan manual focus. Texture, warna, dan cara menyajikan, menjadi daya tarik tersendiri bagi makanan. Sejak lama, jika melakukan promosi, yayasan perlindungan konsumen melakukan larangan untuk menyajikan fotografi yang berbeda dari aslinya. Jangan menggunakan presets dan filter berlebihan jika itu akan mengecewakan orang yang belum mencoba. Sajikan background yang "bersih" dan tidak mengacaukan perhatian makanan. Selfie itu tidak menunjukkan makanan sebagai obyek utama dalam food photography. Cobalah beberapa angle yang berbeda, pilih yang terbaik, atau upload dalam bentuk gallery. Tidak perlu memasukkan semua obyek ke 1 frame. Lebih baik tampilkan beberapa foto, jika mau menyibak detail.

Makanan seperti pizza, kebab, sama halnya seperti gado-gado dan pecel. Memiliki texture dan bahan yang kompleks. Bukan berarti mudah di-shoot. Keju memiliki perlakuan sendiri, sambal juga demikian. Ada baiknya, sebelum memotret, melakukan percakapan dengan pemasaknya, atau melihat sendiri prosesnya (jika diijinkan) agar tahu di mana keistimewaan sajian ini. Jangan terburu-buru memotret. 

Biasanya, restoran punya rahasia dapur yang proses penyajiannya tidak boleh dilihat orang. Bahan tidak terlalu rahasia, yang rahasia itu cara memasak dan komposisinya. Asalkan tidak mengganggu proses, terutama di saat antrian panjang, pasti tidak masalah meminta ijin memotret dari jauh.

Bicara baik-baik dan menyampaikan rasa secara natural menjadi behind the scene (BTS) acara #mburuenak di Metro Semarang TV #mburuenak dengan jalan-jalan mencicipi kuliner Semarang.

Pengiklan atau bukan, orang-orang yang di Instagram perlu tahu pernyataan alami dari orang yang pernah mencicipi makanan ini. Natural advertisement, apa kata konsumen apa adanya, dalam bentuk cerita, lebih memiliki efek kuat daripada bujukan rasional yang tertera di bungkus makanan kemasan yang mengandung bahan alami dan dibutuhkan tubuh. Faktor "alami" dan "apa kata orang", lebih disukai konsumen lain.

Serius, Mau Pakai Watermark?

Asalkan tidak di setiap foto, tidak di awal sampai akhir video, dan sifatnya tidak intrusif. Kalau takut diambil orang, nggak usah pasang di Instagram.

Kalau mau pakai watermark sendiri, dengan logo brand, yang masih nyaman dilihat, bisa lihat video ShotOn Watermark Maker. Ini juga cocok kalau mau bikin brand dan acara. Bisa download gratis ShotOn Watermark Maker dari PlayStore.

Report Page