Daydream

Daydream

Dev


Bianglala itu terhenti, dua pasangan yang baru saja menaikinya kini turun darisana dengan senyuman di wajah keduanya.

“seneng?” Tanya lelaki itu.

Ara mengangguk senang, “I’m so happy!”

Jeno tersenyum lalu memeluk  dan mencium kening pacarnya itu. “Aku juga seneng banget, jarang-jarang kan kita ngabisin waktu berdua gini?”

“Jarang apanya, kita tiap hari ketemu” jawab Ara.

Lelaki itu tertawa pelan, “tapi kan kalau jalan kaya gini jarang sayang,”

“Yaudah, mending sekarang kita ke wahana lain. Yuk!” ajak Jeno.

Ara mengangguk, dan mereka pun melanjutkan acara jalan-jalannya.

Ara dan Jeno adalah pasangan kekasih yang sudah berpasangan selama 2 tahun. Bisa dibilang Ara adalah orang paling beruntung yang mendapatkan Jeno, si lelaki yang nyaris sempurna dengan semua yang ia miliki.

Ara berhasil menjadi ratu dan di ratukan oleh lelaki bernama Jeno itu, sampai banyak wanita yang iri kepadanya.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, kini Arad dan Jeno tengah duduk di sebuah bangku yang ada ditaman bermain itu.

“Udah sore, pulang yuk” ajak Jeno.

Ara terdiam dan menunduk, lalu menggelengkan kepalanya.

“Gamau, hari ini terlalu indah. Kalau aku pulang aku akan berhadapan dengan mimpi buruk lagi” jawab Ara.

“Trus, kita mau kemana? Aku habis ini ada janji.” Kata Jeno.

Ara menghembuskan nafasnya, “yaudah, ayo pulang.”

Dan dengan berat hati mereka pun kembali ke rumah.

Hari sudah malam, dan Ara kini berada di kamarnya sambil memainkan ponselnya sembari menunggu pesan dari kekasihnya, Jeno.

TING!

HP Ara berbunyi nyaring. Ia cepat-cepat membuka hpnya, berharap ia akan mendapatkan pesan dari Jeno. Namun, alih-alih mendapat pesan dari pacarnya ia justru mendapat pesan dari sahabatnya yang menyuruhnya untuk menyusul ke sebuah Café.

Isi dari pesan tersebut membuat Ara langsung buru-buru mengambil jaketnya dan menyusul ke lokasi yang sudah dikirimkan oleh sahabatnya. Isi pesan tersebut berhasil membuat Ara penasaran dan nekat pergi malam-malam karena sahabatnya memberikan informasi soal Jeno.

Sesampainya, Ara langsung menguatkan dirinya dan berjalan menghampiri Jeno yang juga sedang berada di Café tersebut.

“Jeno,”

Lelaki bernama Jeno itu menoleh dan terkejut saat tau Ara berada disana.

“Ara, kok kamu disini?” Ia berdiri dan menghampiri Ara.

“Jadi ini, janji yang kamu maksud?”

“T-tunggu, Ara aku bisa jelasin,” Sela Jeno.

“Jelasin apa? Kamu buru-buru nganterin aku pulang karena ini, mau bermesraan sama wanita lain?”

Air mata Ara tak terbendung, ia menangis dan Jeno hanya bisa terdiam.

“Jeno, kamu tau kan keadaan aku sekarang? Mama aku selingkuh, Papa aku juga. Dan sekarang apa, Kamu?”

“Ara..”

“Kamu tau kondisi keluargaku, aku pikir kamu bakal paham dan gabakal ngelakuin itu Jeno!”

Suasana hening, beruntung café tersebut sepi sehingga tidak Ara berani berteriak marah didepan Jeno.

“Aku kecewa sama kamu, Jen.” Ucap Ara terakhir kali sebelum pergi meninggalkan café tersebut.

Ara pulang jalan kaki, sambil menangis hingga ia tidak sadar jika kini hujan telah mengguyur tubuhnya.

“Udah cukup aku trauma karena masalah mama papaku, Jen. Dan sekarang, kamu begitu juga” Ara berbicara sendiri ditengah derasnya hujan.

“ARGHH! ANJING, DUNIA JAHAT!” teriaknya.

Ia menangis dan berteriak-teriak frustasi ditengah hujan itu, hingga pada akhirnya seseorang datang menghampirinya.

“Ara! Hey sadar, Ara. Kamu kenapa?”

Wanita berpakaian serba putih itu menghampiri Ara yang sedari tadi berteriak-teriak histeris.

“Suster tolong panggilkan dokter!” ucap wanita itu. Setelah menyuruh temannya, wanita itu membopong Ara untuk dibawa ke kamar isolasi bersama temannya.

Ara, pasien gangguan jiwa yang menderita Skizofrenia itu kini kambuh dan kembali mengamuk. Masa lalunya yang buruk karena keluarganya seringkali membuatnya sering berhalusinasi dan membayangkan hal-hal yang membuatnya trauma. Tak jarang ia tiba-tiba menangis, tertawa, marah, dan seringkali memanggil kekasihnya yang bernama Jeno itu, walaupun sebenarnya nama Jeno tidak pernah ada dalam bagian hidupnya.


-by D

Report Page