Dandelion.

Dandelion.

Jibran Sagara.
just me, you, us.

"kak, aku kedinginan." keluhku kepada orang yang masih menggenggam tanganku dengan erat. dia menatapku dengan tatapan matanya yang penuh dengan kepercayaan bahwa aku akan tetap berada disisinya.

"hey kitten, you need a hug?"

"ah, ya.."

hanya dengan dua kata, tanpa aku sadari aku sudah berada didalam pelukan hangatnya, ini lucu. aku sedikit tenggelam didalam dekapannya, berada dibawah bintang yang menghiasi langit pada malam indah. tentu saja dengan sedikit alunan musik dari handphone miliknya yang mengiringi setiap detik pergerakan kami berdua, berdansa diatas rumput mungkin menarik, tapi tidak ada diantara kami yang memiliki kemampuan berdansa.

mengingatnya, aku terkekeh. kenapa dulu aku tidak belajar mengerakkan tubuh yang memiliki unsur seni dan diiringi alunan musik klasik yang indah, seindah wajahnya yang disinari cahaya bulan. sepertinya dia tidak akan melepas pelukan ini, namun aku memiliki sedikit rencana agar malam yang indah ini tidak berlalu terlalu cepat. "kau tau ini?" tanyaku sambil perlahan melepas pelukannya, menunjuk kearah rerumputan hijau yang sepertinya sedikit ditumbuhi tanaman liar. aku bahkan tidak tahu apa yang aku tunjuk, tapi disini ada satu bunga berwarna putih yang cantik. ini dandelion? sepertinya.

"itu dandelion, sayang."

"aku tahu" jawabku sambil sedikit mengerucutkan bibir, padahal aku sangat ingin menjawab itu terlebih dahulu. tapi orang disampingku ini seperti membaca pikiran, dia menjawab duluan. saat melihat ekspresi ku tadi, dia hanya tertawa kecil dan mengusap pipiku dengan sangat lembut.

melihat dandelion, benar-benar mengingatkan diriku pada dirinya. Dandelion itu sendiri yaitu pengharapan, cinta, kebahagiaan, keceriaan, serta kesetiaan. sedalam itu arti dandelion, aku sangat kagum. namun ditengah kegaguman itu, orang disampingku ini memetik satu bunga nya dan meniupkannya agar bisa terbang sejauh mungkin. perlahan, dia menggerakkan tanganku untuk memetik satu bunga lagi, dan meniupnya bersama-sama.

"I hope we will be together, forever"

"I promise, we will always be together"

bunga itu berterbangan ditiup angin, meskipun terkadang dandelion dianggap hama, tapi entah mengapa aku selalu menganggap bunga ini indah. kami berdua menatap kepergian bunga cantik itu, selamat jalan dandelion. aku harap keinginanku untuk selalu bersamanya, akan tetap berada walau dibawa oleh angin.


"nareswara, sekarang pulang. aku kedinginan" sinis ku kearah nares, dia tertawa melihat tingkah ku yang sepertinya memang tidak bisa tahan dengan udara dingin malam. tanpa aba-aba nares mengangkat tubuhku kedalam pelukannya, dia benar-benar mengangkat diriku seperti karung beras.

"let's go babe"

"babe Pala Lo meledug, dingin."

lagi-lagi dia tertawa, aku hanya pasrah didalam pelukannya.






Report Page