Cookies ₊ ⊹

Cookies ₊ ⊹

Lily

⛧ Dengan ogah-ogahan, Yesha mulai membawa kakinya untuk melangkah ke arah rumah tetangga yang berada di sebelah kanan rumahnya, sedangkan tangan kanannya sibuk menenteng kotak yang berisikan beberapa pack cookies buatan mamanya. Kalau seandainya ini bukan karena suruhan dari mamanya, ngga bakal mau dia


Satu minggu setelah pindah, Yesha masih belum sempat beradaptasi penuh dengan lingkungan sekitarnya tapi mamanya sudah menyuruh dirinya untuk menghantarkan kue ini ke tetangga yang sama sekali belum ia temui ataupun kenal sekalipun


Tidak perlu waktu lama, akhirnya langkahan kaki Yesha telah sampai pada tujuannya. Hatinya sibuk merapalkan doa ketika bangunan rumah itu sudah tepat dihadapannya, berharap sang pemilik tidak berada didalamnya. Dengan helaan nafas panjang, Yesha segera memencet ragu bel di sebelah pintu putih menjulang itu. Tidak ada jawaban setelah lima menit berlalu, namun Yesha masih senantiasa menunggu berdiri walau tampak lega karena sedari tadi tidak ada sahutan dari dalam rumah


Disisi lain >>


"Jun, bel rumah lo bunyi tuh" ucap seorang pemuda menghentikan permainan ps-nya ketika mendengar bel milik tuan rumah berbunyi, menandakan tamu mungkin telah datang


Sang tuan rumah mendecak malas. "Siapa sih? Lo aja lah yang cek" jawab pemuda lain yang terlihat sibuk berkutat dengan layar pc dengan stick yang berada pada dalam kendalinya, dan sama sekali tidak tertarik untuk menemui dengan siapa yang telah datang saat ini


"Kalo itu nyokap bokap lo gimana coba"


"Ya enggak lah. Lagian kalo itu mami papi mereka langsung masuk, buru lo yang liat" ucapnya yang masih setia menatap layar pc di depan sana


Yang disuruh menatap sinis kearah teman disampingnya. "Bangke lo" final anak itu lalu melemparkan sembarang stick di tangannya ke arah temannya, ia melangkah dengan cepat menuju pintu masuk rumah guna mencari tahu sebab bel rumah baru saja berbunyi


Pemuda bersurai hitam pekat itu akhirnya membuka pintu dengan perlahan, tetap antisipasi kalau seandainya yang mencet bel badut keliling minta receh, kan serem. Ia mengintip untuk meyakinkan dari balik pintu, ah ternyata tidak ada badut keliling seram, yang ada hanya gadis tengah membelakanginya saat ini. Tanpa ragu lagi, pemuda itu segera membuka pintu selebar-lebarnya dan berhasil membuat atensi Yesha segera terpalingkan dan berganti menyorot kearahnya


Rambutnya terkibas begitu gadis itu memalingkan muka, terlihat jelas begitu wajah mereka kini saling berhadapan. Dengan rambut yang terkibas terbawa angin, membuat atensi mereka sibuk memandang satu sama lain


"Oh, hai?" sapa pemuda yang muncul dari balik pintu tadi, terlihat sedikit canggung dan terperanjat dengan kedatangannya


"Emm... Hai, gue baru pindah dari rumah sebelah. Ini ada gift buat lo" ucap Yesha berasumsi bahwa lelaki dihadapannya adalah sang tuan rumah, tanpa pikir panjang Yesha pun segera memberikan sekotak cookies yang dibawanya ke pemuda yang masih setia menatapnya


"Oh god. She so pretty, i can't-" batinnya di sela-sala lamunannya, dan buruknya lagi uluran kue yang diberikan hanya dibiarkan begitu saja oleh Rafel


"Siapa sih? Lama amat" celetuk pemuda satunya yang masih berada didalam rumah, pada akhirnya ia pun ingin tahu siapa yang tengah temannya temui hingga selama ini


Pemuda yang dipanggil Jun itu pun langsung menghampiri temannya- Rafel. Ia sedikit memicingkan matanya untuk mencari tahu siapa gadis yang terhalang dari balik punggung Rafel


Juna segera menggapai kotak itu. "Hai, thanks kuenya" sambung sang tuan rumah yang sebenarnya, lalu menerima dengan baik cookies yang gadis itu berikan, pun akhirnya juna keluar dari balik bangunan itu


Angin bertiup tepat saat Juna melangkah menerobos Rafel yang tengah mematung tidak jelas disebelahnya, membuat sedikit helaian rambut dark green-nya tersisir ke arah belakang. Juna sedikit terpukau melihat Yesha, begitupun sebaliknya


Pada saat itu juga, tanpa sadar keduanya mulai mengunci pandangannya masing-masing seakan tidak ingin melewatkan ukiran Tuhan yang tampak indah dipandang untuk pertama kalinya, melupakan keberadaan Rafel yang masih berdiri menatap heran keduanya


Yesha tertegun, lalu segera melambaikan tangannya guna menyapa pemuda lain yang telah keluar dari bangunan rumah ini. Entah berapa banyak lagi pemuda yang akan keluar dari rumah ini, sehingga dengan cepat ia berpamit. "Hai, so i'll go now, hope u like it" ucap Yesha berusaha untuk tersenyum hangat


"Oke, see you soon" jawab Juna malambai ke arah Yesha yang tampak melenggang pergi dari pandangannya


"Tunggu. Tadi, siapa ya namanya?" Batin Juna bertanya-tanya melihat kepergian Yesha dan tidak sempat menanyakan pertanyaannya yang kini masih ia utarakan dalam hati


Juna berganti menatap Rafel kali ini. "Lo ngapain sih? freak banget lo anjir ngeliatin dia kaya gitu, ada lo nanyain namanya?" Protes Juna ke arah Rafel yang senyum-senyum sendiri kaya orang stres


Rafel menggelengkan kepalanya menatap halaman rumah Juna dengan kosong. "Cakep banget cok gile" bukannya menjawab pertanyaan yang Juna berikan, justru pemuda tersebut menghujani Juna dengan pujian kepada gadis yang baru saja pergi dari rumahnya


"Inget Sheren, mau pindah haluan lo?"


"Lo juga"

Report Page