Ringkasan Buku Paradox of Choice
Lebih banyak pilihan tidak membuat orang menjadi lebih baik karena adaptasi, penyesalan, kehilangan kesempatan, meningkatkan harapan, dan perasaan, tidak mampu dibandingkan dengan orang lain.
Eksperimen di Supermarket. Produk dalam kemasan stoples kecil yang dibeli: 30% dibeli. Kemasan stoples besar: 3%.
Pemaksimal selalu ingin menjelajahi setiap opsi terakhir sebelum mereka membuat keputusan, yang harus optimal dan akhirnya tidak membeli apa-apa. *) Seperti kasus seorang perempuan ingin membeli kebutuhan dapur, kemudian keliling pasar selama 2 jam, hasilnya: ia membeli minyak goreng karena ada diskon dan ember plastik karena murah.
Pilihan-kecil bisa menjadi tirani. Kita lelah dan tidak mengambil keputusan. Apakah layak pergi ke toko 101 ketika kamu sudah pernah ke toko 100?
Terlalu banyak pilihan, membuat orang jarang hanya menikmati apa yang mereka miliki, tetapi juga mencari lebih banyak dan siap melompat ke kesempatan atau pilihan berikutnya.
Orang membuat keputusan berdasarkan utilitas yang diharapkan. Kalau sudah pernah sebelumnya, orang membuat keputusan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Heuristik Ketersediaan. Apa yang lebih memengaruhi kita adalah apa yang lebih jelas dalam ingatan kita.
Anchoring. Mengingat yang utama, kemudian keputusan kita berdasarkan pembandingan dengan yang utama tadi --- sekalipun itu tidak berarti apa-apa.
Framing. Menmpatkan bingkai. Diskon vs. Biaya Tambahan. Sebenarnya, diskon itu buatan, untuk menciptakan efek psikologis bahwa kamu berhemat. Yang perlu dipikirkan adalah biaya-kehilangan. Orang lebih suka diskon daripada memikirkan biaya tambahan. Lebih suka menabung daripada kehilangan.
Loss Aversion. Kita benci kehilangan sesuatu, takut melewatkan sesuatu, misalnya: discount berlaku sampai 24 jam ke depan.
Efek endowment. Menganggap semua yang kita miliki, lebih bernilai.
Maximiser. Harus melihat dan mencoba setiap alternatif terakhir.
Suficer. Mudah puas, tidak mengkhawatirkan kemungkinan yang lebih baik. — puas dengan cukup baik, tidak khawatir tentang kemungkinan yang lebih baik.
Pemaksimal kurang menikmati peristiwa positif — kurang bahagia, lebih tertekan. Kesejahteraan pemaksimal membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih — penyesalan pembeli. Pemaksimal cenderung merenung.
Kita harus memutuskan kapan pilihan benar-benar penting dan memfokuskan energi kita di sana!
Mengambil pilihan dari kita membuat kita lebih bahagia dan kita dapat fokus pada pilihan penting — pernikahan, agama, teman, komitmen — meskipun itu mengikat kita dengan cara membebaskan kita .
Orang yang melakukan pernikahan selamanya (tidak bisa berbalik-mundur) ternyata lebih bahagia daripada yang menjalankan pernikahan yang bisa berbalik-mundur.
Mengikuti aturan menghilangkan pilihan yang merepotkan.
Standar dan praduga menetapkan aturan yang kita ikuti.
Kita paling menyesali hal-hal yang tidak kita lakukan, bukan yang kita lakukan.
Dalam jangka pendek kita menyesali romansa yang rusak; dalam jangka panjang kita melewatkan kesempatan romantis.
Dalam jangka pendek kita menyesali pilihan pendidikan yang buruk; dalam jangka panjang kita melewatkan kesempatan pendidikan.
Kita menerima apa yang kita miliki sebagai pemberian, tidak peduli berapa banyak yang kita peroleh.
Kita berada di treadmill hedonis. Tidak peduli seberapa cepat kita berlari, kita tidak bisa ke mana-mana. Apapun pilihan kamu, bagus atau menyenangkan hasilnya, kamu masih berakhir di tempat kamu memulai, dalam hal pengalaman subyektif.
Tips Menjadi Bahagia
Bersyukurlah atas apa yang kamu miliki! Jangan selalu manjakan diri kamu --- simpan untuk acara khusus. Pilih telaga yang tepat, jangan bandingkan diri kamu dengan semua orang. Orang-orang bahagia mengalihkan perhatian mereka dan melanjutkan, tidak mau banyak merenung. Kendalikan hidup kamu sendiri. Jangan menyalahkan diri sendiri.
Memilih yang Tepat
Pilih kapan harus memilih --- buat pilihan yang benar-benar paling penting kemudian fokuskan energi ke sana. Jadilah pemilih (chooser), bukan asal-pilih (picker) --- ciptakan peluang kamu sendiri. Pikirkan biaya-peluang ketika membuat keputusan. Buat keputusan kamu tidak dapat diubah. Jalankan sikap bersyukur, berterima kasih --- sikapnya, bukan ucapannya. Antisipasi, adaptasi, dan ingatkan diri sendiri bahwa dulu kamu belum kaya dan belum bahagia. Kendalikan harapan. Batasi perbandingan sosial.
The Paradox of Choice: Why More Is Less Paperback – January 18, 2005
Publisher : Harper Perennial; New edition (January 18, 2005)
Language : English
Paperback : 304 pages
ISBN-10 : 0060005696
ISBN-13 : 978-0060005696
Item Weight : 8.3 ounces
Dimensions : 5.31 x 0.68 x 8 inches
Download
Paradox of Choice, Barry Schwartz, January 18, 2005 EPUB 551KB
https://id1lib.org/book/16769548/68de5e
Catatan Tambahan:
Menjebak pemakai dan pembeli ke dalam "pilihan" menjadi -jalan- bagi online shop dan menjadi user interface yang membuat orang memilih-untuk-membeli.
Saya jelaskan cara menjebak orang ke dalam pilihan untuk membeli di sini:
11 Alasan Orang Mau Klik
https://sakjose.com/alasan-orang-klik-8200
Taktik ampuh lengkap dengan contoh, agar orang mau klik tawaran kamu. [dm]