Beginning

Beginning

Laurensius Darrel.

Gue diam sejenak untuk berpikir apakah dengan gue bercerita bakal bikin gue sedikit lega atau malah membuat gue semakin pusing? Tapi jika gue memutuskan untuk gak bercerita, bagian yang gue ketik ini cuma akan berakhir di bagian pertama.

Karena menginginkan bagian yang lebih banyak, gue memutuskan untuk bercerita walau kayaknya Sonya bukanlah tempat yang tepat.

"Lu ikut masuk ke tim gue, tahun berapa?" tanya gue membuka obrolan. Karena akan percuma jika gue bercerita, tapi dia tidak mengetahui tokoh yang akan gue ceritakan.

"Dua ribu delapan belas," jawabnya singkat yang membuat gue menganggukkan kepala.

"Berarti kenal dong sama Yessenia?" Gadis itu mulai menatapku dan balik mengangguk. "Kenallah, itu mantan lu kan, Om?"

Gue terkekeh mendengar jawaban gadis tersebut dan menghisap rokok di tangan gue untuk terakhir kalinya kemudian mematikannya.

"Kemarin, gue ketemu dia." Kalimat singkat gue barusan berhasil bikin Sonya melongo kaget menatap gue. "Jangan becanda lu ...."

"Ngapain becanda? Kalo becanda, gue gak bakal berakhir di sini, bodoh!" kata gue sambil menyentil gemas dahi gadis tersebut.

"Aw! Sakit..."

"Gak apa-apa, itu upah orang bego." Sonya memanyunkan bibirnya menatap gue sambil mengusap-usap dahinya bekas sentilan gue tadi. "Trus gimana? Lu ngobrol sama dia?"

"Ngobrol sebentar, trus dia bilang ..."

"'Darrel bisa gak habis ini kita gak usah ketemu lagi?'"

Sonya kembali melongo menatap gue tidak percaya. "Serius dia bilang begitu?! Anjirrr, kurang ajar banget!" Aku mengangguk kepala sebagai jawaban.

"Memang kapan ketemunya? Maksud gue... jamnya?"

"Kemarin malam sepulang gue dari kantor pusat."

"Heh?! Berarti gak sengaja gitu ketemunya, kan?" Bukan, itu bukan suara Sonya, melainkan seorang pemuda manis berlesung pipi dengan dua bungkus makanan ringan di tangannya, Galih.

Report Page