Aline

Aline

mbasic.facebook.com

Untuk Penulis Pemula Sepertiku

Hai, apa kabar?
Sudah sampai di mana pengetahuan kalian akan literasi?
Kalau aku, sih, walaupun masih jauh dari kata sempurna. Sedikitnya aku sudah mulai paham tentang cara penulisan.
Terkadang, ide banyak di pikiran kita, tetapi untuk menuangkannya menjadi tulisan itu sulit apalagi untuk membuatnya menjadi karya yang indah. Akan tetapi, jangan karena hal itu membuat kita patah semangat. Ingat, tak ada orang yang bisa langsung sukses dan mendapatkan apa yang diinginkan. Kita harus berjuang dulu, sama seperti kamu memperjuangkan dia. Eh ....

Skip.

Di sini banyak sekali aku dapatkan cerita yang menarik, tetapi dengan tulisan yang amburadul. Peletakan tanda baca yang salah, penggunaan huruf kapital, tetapi tidak masalah kalau baru pertama nulis. Aku pun pernah seperti itu. Menempatkan koma saja salah. Untungnya aku tak pernah salah menempatkan cintanya di hatiku. Eaakkk ....

Nah, aku mau cerita sedikit pengalamanku. Aku gabung di KBM karena banyak sekali cerita keren. Mulai dari cerita romantis, humor, sampai cerita horor semua ada. Lengkap, komplit, pokoknya bikin baper. Ih, apaan sih!

Lanjut.

Pertama kali aku gabung, aku tertarik dengan cerita berjudul Lahiran punya Kak Agni Analiwua, sumpah cerita itu bikin aku ngakak, guling-guling di kasur. Terus aku mulai baca yang lain juga, aku lupa penulisnya, judul ceritanya (Menurutku) Istriku Pelit , sampai cerita milik Kak Sumarni atau biasa dikenal dengan author baby face pun aku baca, tiada hari tanpa membaca karya-karya orang lain.

Keinginan menulis pun semakin kuat. Apalagi aku memang suka menulis mulai SD. Aku bikin status di wall tentang keinginan menulis itu, eh, tau gak? Kak Agni Analiwua mampir di postingan aku, trus dia komen. Komentarnya itu bikin aku semangat.

Akhirnya aku memberanikan diri menulis. Pertama kali aku membuat cerpen berjudul Gamis yang Hilang. Cerpen itu dibaca orang dan diberi like sampe ratusan. Terharu dong aku .... ternyata karya receh itu dibaca orang juga. Nah, itu membuatku bersemangat, apalagi muncul komentar yang bikin tambah terharu. Ada juga yang memberi kritikan lewat komentar. Katanya tulisanku rapat banget kayak perawan. Trus, aku kecil hati? Oh, tidak Ki Sanak. Itu membuatku tambah semangat, berarti orang itu mau liat karyaku lebih bagus lagi.

Mulailah aku rajin posting, masuk di grup-grup literasi lainnya. Karyaku dibabat habis-habisan, dikritik sampai di akarnya. Itu tak membuat semangat menulisku kendor, aku perbaiki apa yang salah. Belajar lewat tulisan orang lain. Hampir semua komentar di karya orang lain aku baca. Kapan lagi dapat ilmu gratis kek gini. Iya, 'kan?

Apa yang tidak aku tahu aku tanyakan. Apa yang dikoreksi langsung aku perbaiki. Ini membuat orang yang mengkritik tadi tetap memberikan kritikan jika melihat ada kesalahan dalam tulisanku. Jadi, aku merasa karyaku sangat diperhatikan.

Sampai akhirnya aku ikut event, event apapun itu, sampai event horor sekalipun. Kenapa? Di situ aku mendapat ilmu baru lainnya. Ilmu yang tidak aku dapatkan di grup satu aku dapatkan di grup lainnya. Semua itu membuahkan hasil, aku mendapat juara dan juga salah satu cerpenku akan diterbitkan. Itu membuat aku bangga? Tentu saja! Itu artinya yang aku pelajari tak sia-sia. Namun, bukan berarti aku sudah merasa pintar dan tidak ingin belajar lagi, lho. Orang yang udah punya novel ribuan aja masih terus belajar, apalagi aku yang baru dibuatkan antologi, iya, 'kan?

Nah, untuk para pemula sepertiku, berkaryalah, walau masih salah. Jika ada yang memberi kritik jangan baper lantas berputus asa. Hei, presiden aja masih dikritik. Kalau kita baper dan tak mau lagi berkarya, siapa yang rugi? Diri sendirilah!

Kritikan itu jangan kamu pandang sebagai momok yang menyebalkan, tetapi pandanglah sebagai ilmu. Jangan baper, tetap semangat. Ingat saat dikritik perhatikan apa isi kritikan itu. Jika dalam penulisan kita ada yang salah, perbaiki. Jangan dibiarkan, istilahnya orang tadi memberi ilmunya jadi sia-sia.

Jangan berpikir saat kamu membuat karya terus orang like dengan jumlah yang fantastis membuatmu besar kepala hingga mengabaikan komentar orang tentang cara menulismu yang salah. Ingat, like atau komentar next bukan berarti karyamu layak. Perbaiki dulu, pelajari materinya. Jika membuat cerbung jangan langsung mengikuti kemauan pembaca yang bilang next, next, dan next. Kenapa? Pembaca tak peduli dengan tetek bengek urusan tanda baca, elipsis atau apapun itu. Mereka hanya peduli dengan jalan ceritanya juga akhir ceritanya, apakah berakhir dengan happy ending atau tidak.

Setelah mereka habis baca, mereka akan mencari bacaan yang lainnya. Terus kamu dapat apa? Like dan next saja, 'kan? Ibaratnya, karyamu akan begitu-begitu saja. Kamu tidak akan berkembang. Cobalah, hiraukan segala kritik yang diberikan untukmu. Saat kamu buat cerbung, jangan langsung bikin part dua sampe part-part berikutnya. Perhatikan dulu part satu, sudah betulkah dialog tagnya, sudah betulkah komanya, sudah betulkah elipsisnya, dan lain sebagainya.

Di sini aku bukan merasa pintar atau sok tahu. Apa salahnya aku berbagi sedikit pengetahuan, daripada mubadzir disimpan sendiri. Orang kadang malas memberikan kritik pada kita kalau kita tak mau memperbaiki kesalahan yang sudah pernah mereka beritahu. So, jangan baper dengan kritik. Semangat berkarya dan semangat mencari ilmu.

Salam literasi dari Peri Aline yang mungil dan gemesin. Untuk bagian ini dilarang protes. Udah, peri mo terbang dulu. Bye-bye cipok online atu-atu.

Source mbasic.facebook.com

Report Page