911

911


setelah mendapatkan pesan dari rafka, dia bergegas keluar dari rumah dengan masih berpakaian baju tidur, jam menunjukkan pukul 12.45 dia menelpon supir karena merasa akan lebih aman jika ia di barengi dengan supir.

”mang usep, agak cepet ya nyetirnya” ucap debie dengan rasa khawatir sebab dia paham betul kondisi rafka sekarang, akan sangat kacau apalagi anak itu sedang tidak sehat, debie takut rafka kenapa’

setelah sampai di besment dia berlari menuju lift untuk menuju apartemen rafka, ketika lift terbuka dia berlari ke depan pintu apartemen rafka dan dengan cepat memencet beberapa digit sandi apartemen rafka yang sudah ia hafal di luar kepala.

setelah berhasil masuk ke dalam apartemen dia mencapai keberadaan laki-laki itu, dan ternyata di temukan di sofa sedang duduk sambil menundukkan kepala

”rafka, i’m here. need hugs?” ucapnya sambil tersenyum lalu merentangkan kedua tangannya untuk mengizinkan rafka memeluk nya, “menangis pun tak apa rafka, asal bersamaku aku tidak akan meledek kamu pria cengeng, come on” debie berujar lagi pada lelaki di depan nya ini dengan senyum setulus mungkin.

perlahan rafka berdiri dari duduk nya dan tak ragu menujukan wajah kacaunya ke hadapan debie, dia pun berjalan pelan dan mengulurkan tangan untuk menerima pelukan debie

”de-“ ucapan nya terpotong oleh debie “sut udah ya, gapapa gak perlu bilang apa’ cukup nangis, marah, diem sesuai keadaan lo sekarang, gue temenin” ucap debie lembut dengan mengusap rambut rafka pelan “911 lo disini, selalu” bisiknya


Report Page