46.

46.

Yellow by sambatsambitlah

“Selamat pagi, Hee.” Heeseung terkejut ketika melihat Jake yang sedang memandangnya dengan senyum manisnya. Heeseung tersenyum. Entah sejak kapan laki-laki manis itu terjaga sambil menatap kearah wajah kekasihnya.

Sepertinya ini adalah pagi terindah yang pernah Heeseung alami selama hampir 18 tahun hidup didunia. Senyum Jake bahkan lebih hangat dari mentari pagi ini.

“Mau sarapan di resto atau dianter kesini? tadi ditanyain sama pihak hotel.” Tanya Jake karena pagi tadi ia mendapat telfon dari pihak hotel mengenai sarapan.

“In bed.”

Cup!

Setelah mengatakan itu Heeseung mengecup singkat bibir Jake. Heeseung mengusak rambut halus Jake.

“Selamat pagi, sayang.” Heeseung tertawa kecil melihat Jake yang masih terdiam dengan wajah merahnya. Menggemaskan.

“Aku cuci muka dulu terus kita sarapan ke resto aja, kamu mau jalan-jalan kan?” Tanya Heeseung lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Jake mengangguk antusias. Ia benar-benar ingin melihat seisi hotel ini.

“Okey, wait a minute.”

***

“Aku pikir restonya akan rame, aneh kenapa sekarang malah engga ada orang.” Ucap Jake bingung karena sedaritadi tidak melihat ada orang masuk kedalam sini. Karyawan dan beberapa orang juga membungkuk pada mereka tadi.

“Engga tau tuh, aneh.” Ucap Heeseung lalu tertawa kecil. Heeseung menuangkan susu kedalam sereal miliknya.

Jake hanya mengangguk-angguk seperti orang bodoh. Lalu ia melahap bubur yang tadi ia pesan.

“Enak banget.” Jujur ini adalah bubur terenak yang pernah Jake makan. Jake juga heran mengapa semua makanan disini adalah makanan yang sempat ia sebutkan ketika Heeseung bertanya semalam. Bubur ayam, sereal, omelets, jus jeruk yang manis, dan beberapa kue juga puding ada disana. Sebenarnya Jake tidak tau apa yang disajikan di restoran mewah, ia hanya menyebutkan asal semalam. Ia hanya berkaca pada sarapan hotel biasa yang dulu pernah ia datangi bersama keluarganya.

“Suka?” Tanya Heeseung dengan senyumnya sambil menatap Jake. Jake mengangguk girang lalu kembali melahap makanannya.

Heeseung tersenyum senang melihat Jake yang senang dengan makanannya. Ini adalah restoran khusus untuk Heeseung dan keluarganya. Biasanya jika teman-temannya menginap disini mereka akan makan di sini juga. Restoran untuk umum berada di bawah sedangkan dilantai ini, mereka bisa menikmati makanan sambil menatap pandangan kota Jakarta dari atas sini.

Kata lainnya adalah, hotel ini milik ibu Heeseung. Ah tidak, ini milik Heeseung. Heeseung adalah nama yang tertulis resmi disertifikat tanah dan gedung ini.

Namun Jake dengan bodoh tidak mengetahui seberapa kaya kekasihnya itu. Ia hanya masih mengagumi rasa bubur dan pemandamhan diatas sini.

“Pelan-pelan makannya.” Ucap Heeseung lalu tersenyum dan mengusap sisa bubur yang terdapag di sudut bibir Jake.

“Lukanya masih sakit?” Tanya Heeseung. Jake menggeleng, matanya masih berbinar karena sekarang ia sedang mencicipi kue yang menurutnya sangat lezat.

“Aku mau nangis, ini enak banget.” Ucap Jake membuat Heeseung tertawa lalu memgusap kepala Jake.

“Kamu jangan gini terus, Jake.”

Jake berhenti mengunyah namun didalam mulutnya masih terdapag kue membuat kedua pipinya menggembung lucu. Mata Jake sedikit lebih bulat karena ia bingung, apa ia melakukan kesalahan?

Heeseung rasanya ingin memeluk Jake sekarang juga. Kekasihnya ini sangat menggemaskan, Heeseung tidak bohong. Jantungnya rasanya ingin meledak melihat wajah lucu Jake.

“Takut yang lain bisa jatuh cinta sama kamu.”

Ah, cheesy. Namun tetap berhasil membuat Jake berdebar dan pipinya berubah menjadi memerah. Jake menggeleng. Ia dengan cepat menelan makanan didalam mulutnya.

“Engga ada yang mau jatuh cinta sama aku, Hee.” Ucap Jake lalu meneguk air mineral yang tadi disediakan untuknya.

“Aku.”

“Iya kamu doang. Itu juga kayanya kamu aku pelet deh Hee.”

Heeseung tertawa kencang mendengar itu. Jake benar-benar menggemaskan.

“Aku bisa berantem kok.” Ucap Heeseung tiba-tiba. Ia menumpu dagunya dengan kedua tangannya yang ia letakan diatas meja, ia menatap Jake. Ia seperti tidak ada bosannya menatap wajah itu.

“I know.” Ucap Jake lalu memakan kue dengan jenis yang berbeda dan lagi-lagi matanya berbinar saking enaknya. Jake tau Heeseung bisa berkelahi, ia sudah membuktikannya saat bertengkar dengan Haruto kemarin.

“Kalo ada yang macem-macem sama kamu, aku engga akan segan-segan nyakitin mereka atau bikin mereka menderita.”

Jake juga tau hal ini. Bahkan sebelum mereka resmi berpacaran Heeseung sudah pernah melakukan ini. Itulah mengapa Jake sering menyembunyikan orang-orang yang merundungnya. Jake tau kekasihnya ini memiliki banyak kekuasaan, ia kuat dan bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Jake hanya tidak ingin Heeseung menyusahkan hidupnya karena dirinya.

Jake memegang tangan Heeseung yang sekarang berada di atas meja. Heeseung sudah tidak menopang dagunya dengan kedua tangannya.

“Hee, aku engga apa-apa kok. Engga usah khawatir okey?” Ucapan Jake itu seperti sihir bagi Heeseung. Sangat menenangkan hatinya yang sejak malam gelisah.

Sejujurnya ia juga takut jika Jake semakin menjadi sasaran anak-anak sekolahnya. Heeseung takut semakin banyak hal buruk menimpanya. Namun sekarang kekhawatiran itu sedikit berkurang.

“Jake,”

“Iya?” Jake menatap kearah Heeseung yang sedang menatapnya.

“I..” Sungguh rasanya Heeseung ingin memukul bibirnya yang seakan kelu ini. Heeseung hanya ingin mengatakan jika ia mencintai Jake sekarang namun lidahnya seakan mendadak kelu.

Jake masih menunggu Heeseung melanjutkan ucapannha. Jake bahkan tidak tau jika Heeseung ingin mengatakan ia menyayanginya.

“I.. lo—

“Permisi tuan,”

Shit. Jake dengan cepat melapaskan tangannya yang tadi memegang tangan Heeseung. Mereka berdua sama-sama terkejut ketika pelayan itu menghampiri mereka.

“Apa ada tambahan lain?”

Jake tertawa kecil melihat wajah kesal Heeseung. Jake menggeleng lalu tersenyum kearah pelayan itu.

“Tidak ada mba, terimakasih ya. Makanannya enak.”

Pelayan itu tersenyum. Ia pamit pergi darisana dan sedikit membungkuk kearah mereka. Jake hanya berpikir seluruh karyawan disini sangat sopan.

“Yuk kekamar. Kamu engga mau mandi?” Tanya Jake. Jake masih dapat melihat wajah kesal Heeseung.

“Hee,”

Heeseung menatap Jake yang tengah tersenyum kearahnya.

“I love you too.”

Setelah mengatakan itu Jake bangkit dari duduknya dan berjalan mendahului Heeseung. Heeseung tersenyum lebar sekarang.

Heeseung baru tau, jatuh cinta semenyenangkan ini.

Report Page