FIRST CHAPTER - 4

FIRST CHAPTER - 4

Leonath.

hari itu sudah menunjukan waktu sore hari, dan Neira belum pulang sama sekali. namun, Legasa sama sekali tidak cemas justru dia akan merasa cemas ketika anaknya, Nathan tidak kunjung pulang. Legasa menoleh ke arah Nathan yang sedang menonton tv dan berniatan untuk bergabung, saat Legasa duduk di sampingnya, Dika menelpon dan berbicara dengan tergesa gesa "anjir.. anjir.. anjir.. gue liat istri lo sama Darryl lagi ciuman di deket dermaga, gue kirimin fotonya ke lo ya" dan Legasa pun berkata iya, Legasa tidak terkejut dengan ini karena dia tau kalau istrinya selalu bermain di belakangnya dengan orang lain, Nathan memandang ke arah ayahnya. Legasa tampak sudah lelah dan juga tidak ada semangat, namun entah mengapa menurut Nathan justru itu yang membuat Legasa tampak sangat tampan dan juga... sexy(?) ah entahlah, kepala Nathan juga ikut pusing karena memikirkan hal bodoh. Nathan pergi ke dapur sedangkan Legasa terdiam melihat foto istrinya yang sedang berciuman dengan orang lain. oleh karena itu, Legasa berkehendak untuk menghubungi istrinya lewat chat, dan meminta penjelasan. namun chatnya tidak kunjung dibalas, dan itu membuat Legasa lelah dengan istrinya. Legasa pergi ke dapur dan melihat Nathan yang mempersiapkan makan malam, jika dilihat dari belakang, tubuh Nathan sangatlah cantik namun gagah. Nathan menoleh dan mendapati Legasa sudah duduk dan memandang dirinya, Nathan membawa sajian makanan dan duduk disampingnya. "mmm.. makan dulu sa" Legasa mengangguk dan menyantap makan malamnya, lalu setelah itu mereka pun kembali ke kamar dan mereka berencana untuk tidur satu kamar, karena kondisi Legasa kali ini membuat Nathan khawatir


sesampainya di kamar, Legasa hendak membersihkan badannya sebelum tidur dan membuka bajunya di depan Nathan, lagi lagi ini membuat Nathan blushing. karena baru kali ini dia melihat Legasa mengganti bajunya di depan muka dia, begitu juga sebaliknya. Gasa merasa perasaan yang aneh saat melihat tubuh cantik nan gagah milik anaknya itu, walaupun anaknya memiliki badan yang lebih kecil dari dirinya. setelah mereka selesai mengganti baju, mereka pun berbaring berdampingan, mereka saling berbincang membicarakan banyak hal sampai Nathan tertidur, Gasa tersenyum melihat anaknya yang tertidur dan mengusap kepala anaknya itu, tanpa disadari... Nathan mendorong tubuhnya menyentuh tubuh Gasa yang lebih besar darinya. Gasa mendekap tubuh anaknya dan memeluknya dalam gelapnya malam, Gasa dapat merasakan kehangatan dari pelukannya dan juga anaknya itu.

keesokan paginya, Nathan kaget saat mendapati dirinya terlelap di pelukan ayahnya dan yang membuatnya lebih kaget saat dia melihat bahwa dia dan ayahnya itu tidak mengenakan pakaian, Nathan panik. keringat menetes dari wajahnya tangannya pun penuh dengan keringat. tidak lama setelah itu, Gasa bangun dan melihat anaknya yang berkeringat itu "lo gapapa? kok keringetan? mimpi buruk?" Nathan mengangguk pelan saat mendengar pertanyaan ayahnya. Gasa kembali memeluk anaknya itu, Gasa menjelaskan mengapa mereka tidak mengenakan busana seakan akan dia tau kalau Nathan akan bertanya demikian, setelah dijelaskan oleh ayahnya, Nathan pun mengangguk dan dia bangun untuk bergegas menyiapkan dirinya pergi ke sekolah, Gasa menahannya. Gasa menarik tubuh kecil milik anaknya itu lalu mengajaknya untuk tidur lebih lama, Nathan bingung dan menatap Ayahnya itu, Gasa tersenyum "jangan liat gue kayak gitu, lo gemes banget anjing. sumpah." Nathan melihat ke arah lain lalu Gasa memberikan kecupan untuk leher Nathan, "ah, lo apaan sih sa? anjing banget" kata Nathan sembari mengusap bekas ciumannya itu. Gasa tertawa puas, "kan biasanya ayah cium anaknya." Nathan mendecak kesal "tapi gak gitu!" dan Gasa kembali tertawa, "bolos yuk, sayang?" Nathan memukul wajah Gasa "tolol. bolos mah bolos aja ngapain pake sayang sayang" Gasa mengusap wajahnya lalu membalas perkataan Nathan dengan bisikan tepat di telinga anaknya "gue ga peduli, mau lo anak gue apa bukan... gue suka sama lo" Nathan kembali di kejutkan oleh perkataan ayahnya yang gila ini, Nathan mendorong Gasa sekuat tenaga tapi apa boleh buat, Gasa memiliki tubuh lebih besar darinya. Gasa memeluknya "bercanda anjir, lo tetep gue anggep anak gue sendiri." entah mengapa perkataannya ini membuat Nathan sedikit sedih namun lega, dan mereka melanjutkan aktivitas rumah mereka bersama sama.


Report Page