32.

32.

sambatsambitlah

Sunghoon berlari secepat yang ia bisa setelah memutuskan untuk membolos dari sekolahnya. Ia memutuskan pulang menggunakan bus, meninggalkan mobil mahalnya itu disekolahnya. Tidak peduli bagaimana nanti.

Sunghoon mengatur napasnya ketika sudah berada didepan rumah Sunoo. Sunghoon berniat untuk merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan juga seragamnya yang sedikit tertekuk sebelum ia membuka pintu rumah sahabat kecilnya itu. Namun jantungnya berdetak lebih kencang ketika mendengar teriakan dari dalam sana.

“AAAAAAKK!!”

Tidak ada waktu lagi untuk Sunghoon mempersiapkan apapun, ia bahkan tidak bisa berpikir jernih dan hampir mendobrak pintu utama rumah Sunoo. Sunghoon berlari menaiki tangga yang berada di rumah itu, pikirannya kacau ia hanya ingin melihat Sunoo.

Cklek!

“SUNOO! KENAPA?!”

Sunghoon melihat Sunoo dengan selimut kue jahe kesayangannya—kado ulangtahun dari Sunghoon saat Sunoo ulangtahun ke 12— sedang berjongkok diatas sofa dengan posisi selimut putih itu menutupi kepala Sunoo.

Terlihat sebuah bongkahan kecil berwarna coklat gelap berlarian didekat sofa itu. Sunghoon mengelus dadanya dan bernapas dengan lega, karena ia melihat Sunoo tidak apa-apa.

Sunghoon tertawa melihat ekspresi ketakutan Sunoo yang berhasil mendapat tatapan tajam dari Sunoo yang masih dalam posisinya diatas sofa. Sunghoon berjalan mengambil semprotan anti serangga yang ada dikamarnya itu, Sunghoon bahkan masih hapal letak-letakan rumah Sunoo.

Setelah disemprotkan obat itu, kecowa itu terkapar kaku disana. Sunoo memandang itu dan bergidik ngeri membuat Sunghoon kembali tertawa. Sunghoon mengambil sapu dan memasukkan bangkai kecowa malang itu kedalam plastik.

“Udah engga apa-apa, udah mati kecowanya. Gue buang dulu ya.” Ucap Sunghoon lalu berjalan keluar rumah untuk membuang sampah itu kedalam tempat sampah yang berada diluar rumah.

Sunghoon kembali berjalan masuk kedalam rumah Sunoo setelah membuang sampah itu. Setelah itu ia berlari kecil menaiki tangga rumah Sunoo.

Ceklek!

Sunghoon tersenyum melihat Sunoo yang berada di sudut ruangan sedang berdiri dan tersenyum kearahnya dengan selimut menyelimuti pundak dan tubuhnya.

“Makasih banyak Sunghoon!” Ucapnya sambil memiringkan kepala dan tersenyum lebar. Sunghoon tertawa lalu mengeluarkan ponselnya dan mengabadikan momen itu.

Dengan cepat wajah Sunoo berubah menjadi terkejut ketika Sunghoon tiba-tiba memotretnya. “Hoon ih! Muka gue kaya gimana! Liat duluu!!”

Setelah itu terjadilah ajang Sunoo mengejar Sunghoon agar laki-laki itu memberikan ponselnya. Sunghoon tidak berlari secepat itu mengitari kamar luas Sunoo, ia tidak ingin Sunoo kelelahan karena berlarian.

“Cakep, Noo.” Ucap Sunghoon diiringi tawanya yang membuat Sunoo semakin kesal. Sunoo menyerah, ia mendudukan dirinya di kasur empuk dengan bibirnya yang ia majukan karena kesal dengan sahabat kecilnya itu.

“Nah kalo ini baru jelek, gue foto lagi nih.” Ucap Sunghoon yang sudah ancang-ancang memposisikan ponselnya untuk memotret Sunoo.

“Ihh Sunghoon!! Gue usir ya lo.”

Sunghoon tertawa kencang mendengar itu. Ia memasukan ponselnya kedalam saku celananya. Lalu melompat ke kasur empuk milik Sunoo itu, dan merebahkan dirinya disana.

“Emang paling bisa ya lo alesan gamau gue sendirilah karena lagi sakit, padahal lo emang males kan disekolah?” Ucap Sunoo memukul paha Sunghoon membuat sang pemilik mengaduh kesakitan.

Sunoo merebahkan tubuhnya disamping Sunghoon. Mereka sama-sama menatap keadah langit-langit kamar Sunoo. Hening beberapa saat hingga akhirnya Sunghoon membuka suaranya.

“Lo engga liat sekhawatir apa gue tadi?” Tanya Sunghoon lalu ia merasa pergerakan dari Sunoo. Sunghoon menoleh dan mendapati Sunoo membelakanginnya yang tanpa Sunghoon ketahui pipi Sunoo sedang memerah sekarang.

“Tapi gue udah tenang liat lo engga apa-apa. Jadi sekarang gue ngantuk, mau tidur.” Ucap Sunghoon lalu mengubah posisinya menjadi miring menghadap Sunoo.

Tanpa permisi atau apapun Sunghoon menarik tubuh mungil Sunoo mendekat dengannya, lalu ia memeluk Sunoo. Aksi Sunghoon itu bahkan membuat Sunoo menahan napasnya hampir 10 detik saking kagetnya, Sunoo tidak tau apa yang menghantui Sunghoon tapi setelah selama hampir 15 tahun bersahabat dengan Sunghoon dan sering tidur satu ranjang dengan Sunghoon baru kali ini Sunghoon memeluk tubuhnya dengan sengaja. Pipi Sunoo sudah memanas dan sangat memerah sekarang.

“Sunoo..”

Sunoo hanya berdehem menjawab panggil Sunghoon dengan suaranya yang terdengar seperti orang mengantuk.

“Jangan pernah tinggalin gue lagi.” Ini adalah kalimat yang sama yang Sunghoon utarakan ketika mabuk kemarin. Kemarin Sunoo pikir sahabatnya ini mengatakan itu karena sedang mabuk saja, namun kali ini ia tidak dalam pengaruh alkohol sama sekali.

“Gue engga bisa hidup tanpa lo, gue engga boong Noo.” Ucap Sunghoon yang sudah menutup matanya. Rasanya sangat hangat dan nyaman memeluk Sunoo seperti ini. Sunghoon menempelkan kepalanya dipunggung Sunoo, beberapa kali menduselkan kepalanya mencari posisi nyaman seperti anak kuncing.

Tangan Sunoo bergerak menepuk tangan Sunghoon yang melingkar di pinggang dan perutnya itu. Sunoo menepuknya lembut, memberikan kesan menenangkan bagi Sunghoon.

“Iya Hoon, gue disini.” Namun air mata Sunoo lolos begitu saja dari mata indahnya itu. Ia bahkan tidak tahu bisa bertahan berapa lama lagi.

Sunoo terlalu senang beberapa hari kebelakang ini, jika bisa memilih bahkan ia tidak ingin meninggalkan Sunghoon dan semua yang ada di hidupnya. Namun untuk kali ini, Sunoo akan berjuang sekuat mungkin untuk hidupnya.

“Jangan suka sama Haruto.”

Sunoo hampir tertawa mendengar itu. Sunoo menghapus air mata yang berada dipipinya. Benar-benar tiba-tiba membuat Sunoo bingung dengan ucapan Sunghoon yang ini.

“Ngomomg apa sih lo, udah sana tidur.” Ucap Sunoo yang mendapat kekehan kecil namun terdengar jika Sunghoon sekarang sedang mengantuk.

“Sunoo,”

“Apa?”

“Makasih.”

Sunoo tersenyum, ia tidak bisa melihat wajah Sunghoon begitupun dengan Sunghoon. Namun mereka sama-sama paham jantungnya berdegup kencang sekarang. Sunghoon mengeratkan pelukannya, ia tidak ingin Sunoo menghilang lagi ketika ia membuka mata seperti biasanya.


Report Page