The Truth Of Life

The Truth Of Life

Daisu Arisugawa

"Mama, lihat ini!" Seru ku sambil memberikan mahkota bunga kepada Mama.

"Wah, indahnya..." Mama mengambil mahkota bunga tersebut dan memakainya,

"Cantik tidak?"

"Mama selalu cantik~!" Cengirku.

"Bagaimana kalau Mama membuatkannya untuk Daisu-kun juga?"

"T-tidak usah, Mama saja yang memakainya. Anggap saja hadiah dari aku."

"Ahahah~ baiklah Daisu-kun." Lantas Mama menggendongku dan membawa diriku masuk ke dalam istana.

"Mama, aku lapar..."

"Akan Mama suruh salah satu maid untuk membawa camilan ke kamarmu, sekarang kita belajar dulu, oke?" Mama mengacungkan jari kelingkingnya.

"Oke!" Aku pun membalasnya.

---

"Mama...?" Gumamku pelan sambil mengintip dibalik lemari.

Suara dentingan pedang terdengar sangat jelas, rasanya seperti sangat dekat. Bahkan dia berkali-kali memanggil namaku dengan suara seraknya...

"Putra Kerajaan, Daisu Arisugawa..."

Jangan mendekat, kumohon...

Aku kembali masuk ke kotak lalu menguncinya dari dalam sebelum pria itu merusak lemari.

---

Aduh, aku ketiduran...

Langsung saja aku membuka kotak dan melihat kekacauan istanaku, hancur lebur...

Bahkan mayat pria yang terus-terusan memanggilku tersungkur dalam keadaan mengenaskan, aku langsung pergi mencari Mama.

"Mama!"

Aku berkeliling istana yang rubuh, tetapi tidak ada respon apapun dari makhluk hidup maupun Mama.

"Mama..." mataku berkaca-kaca.

Tiba-tiba aku teringat dengan para rakyatku, aku langsung berlari menuju keluar istana.

Bau menyengat dari para mayat-mayat yang berhamburan terus menusuk hidungku, berkali-kali aku tersandung karena mayat mau pun senjata. Aku bahkan tidak tahu Planet ini memenangkan pertempuran atau tidak.

Oh Bintang, kabulkan lah harapanku...

Tolong buat Planet ini memenangkan pertempuran ini, walau Mama cacat dan hidup, setidaknya aku akan menggantikan posisi Mama menjadi Raja yang bijak dan agung.


Report Page