15.

15.

by B,

Jam menunjukan angka lima belas lebih sepuluh menit ketika motor scoopy milik Hagi berhenti di depan gerbang SMA Nusa Bangsa. Kata Manu, jam pulang biasanya pukul lima belas lebih lima belas menit, sekalian berjaga-jaga supaya sosok yang diincarnya gak kabur, Hagi sudah rela memakai jaket kulit hitam, helm hitam, juga masker bahkan sarung tangan — Brian atau Ian sampai terpingkal tadi ketika melihat penampilan Hagi yang kalau diliat-liat gak cocok sama motor yang dia bawa.

Tapi, Hagi mencoba gak peduli karena yang lebih penting dari penampilannya sekarang adalah harga dirinya yang sudah Rekha pertaruhkan. Dia harus berhasil membawa Rekha bertemu Ayumi untuk menjelaskan semuanya.

Mata coklat gelap Hagi berhasil menemukan Rekha yang berjalan beriringan dengan Nabil, ya Hagi gak mau mengelak kalau Rekha memang ganteng dan cantik di saat bersamaan. Wajah lugu itu sama sekali gak mencerminkan kelakuan Rekha yang sebenarnya. Maka sebelum kehilangan jejak Rekha lagi, Hagi bergegas, menyusul Rekha yang sudah terpisah dari Nabil karena cowok itu tentu saja dijemput supir.

”Lepasin!” Rekha meronta begitu Hagi memegang pergelangan tangannya. “Gue bukan anak SD! Liat nih gue pake seragam SMA! Jangan culik gue, please,” katanya dengan masih usaha lepas dari cengkraman tangan Hagi. Hampir saja cowok itu kelepasan ketawa.

”Lo emang bukan anak SD, tapi lo udah bikin ulah malah kabur dari masalah, mental lo itu kaya anak SD!”

Hagi melihat Rekha yang tadinya semangat meronta jadi terdiam dengan muka tegang. Sepertinya cowok itu sudah tau siapa yang menghalangi jalannya buat pulang sore itu.

“Ikut gue!” Hagi membawa Rekha ke arah motornya yang terparkir di depan warteg yang letaknya agak miring dari depan sekolah, tertutup banyak mobil yang terparkir di sana. “Gua ini bahkan gak minta duit, cuma minta lo jelasin semuanya ke Ayumi!”

“Gak!” Rekha mulai lagi, dia menarik tangan kirinya yang digenggam erat sama Hagi, bahkan kaki kaki kecilnya ikut menendangkan kaki Hagi yang terbungkus sepatu converse. “Lepasin gak! Urusin aja mantanmu itu sendirian!”

Hagi menatap Rekha kesal. “Kalo aja lo gak ikut campur, gua juga bakal urus Ayumi sendirian. Ini juga salah lo sendiri, stop menghindar bisa gak?”

Pemandangan Hagi yang berbicara serius dengan menatap langsung matanya dengan jarak kurang dari sepuluh sentimeter itu terlihat benar benar menakutkan di pikiran Rekha. Tapi, gak ada sedetik setelah memutus kontak mata, dengkulnya yang terbungkus celana seragam sekolah mendarat di daerah selatan Hagi dengan keras, sampai cowok berambut coklat gelap itu berteriak merasakan sakitnya. Genggaman tangan mereka terlepas dan Rekha langsung berlari menyebrang tanpa pikir panjang.

”Anjing emang bocah SMA. Masa depan gua kenapa ditendang sih babi!” Hagi menatap eksistensi Rekha yang mulai menghilang dari pandangannya.

Dia gagal lagi.

Report Page