11.

11.


“Jen, lo yang bener aja..” Oceh Beomgyu ketika melihat pagar tinggi yang sudah ditumbuhi banyak tanaman rambat.

“Udah buruan naik.” Jeno membantu Beomgyu untuk mengambil langkah pertamanya memanjat pagar tinggi itu.

Setelah menghela napas dan meyakinkan dirinya berkali-kali Beomgyu akhirnya memberanikan diri memanjat pagar yang menurutnya tinggi itu. Setelah sampai diatas, Beomgyu melihat kebawah dan bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia menoleh dan menatap Jeno yang ada dibawah.

“Terus gimana lagi?” Tanya Beomgyu sedikit berteriak. Jeno terlihat menahan tawanya.

“Tunggu disitu.” Beomgyu terlihat bingung dengan kalimat Jeno. Beomgyu kembali menoleh kearah luar sekolahnya, sebenarnya pagar ini tidak setinggi pagar utama sekolahnya namun tetap saja ini tinggi menurut Beomgyu.

“Jen,” Beomgyu tidak melihat keberadaan kakaknya ditempat sebelumnya. Wajah Beomgyu berubah menjadi panik, ia harus bagaimana sekarang.

“Loncat.” Beomgyu menoleh kearah luar sekolah terlihat Jeno sudah berada disana sambil tertawa menatap Beomgyu yang masih berada diatas.

“JENO! LO NGERJAIN GUE YA?!”


“Kenalin nih. Adik gue, Beomgyu.” Ujar Jeno setelah mereka sampai di warung yang Jeno bilang. Jeno memperkenalkan Beomgyu pada temannya yang ada disana.

“Soobin.” Ujar laki-laki tinggi yang tersenyum dengan lesung pipinya itu sambil menyodorkan tangannya pada Beomgyu. Beomgyu tidak menyangka Jeno memiliki teman setampan ini. Selama ini Jeno adalah orang yang jarang membawa temannya kerumah.

“Beomgyu, kak.” Ujar Beomgyu malu-malu sambil menjabat tangan Soobin. Jeno yang melihat tingkah Beomgyu itu dengan cepat memutus jabatan tangan mereka dengan tangannya.

“Sunghoon.” Ujar laki-laki yang duduk disebelah Soobin itu sambil menyodorkan tangannya pada Beomgyu.

“Beomgyu.” Ujar Beomgyu dengan senyum manis tak lupa menjabat tangan Sunghoon.

“Jay.” Beomgyu rasanya ingin berteriak melihat semua teman Jeno ini. Bagaimana bisa kakaknya memiliki teman tampan dan tidak memberitahukannya.

“Beomgyu.” Setelah memperkenalkan diri pada semua orang yang ada dimeja itu, Beomgyu duduk disamping Jeno tepat disebrang Soobin.

Rasa kesal Beomgyu karena Jeno jahili tadi seolah lenyap begitu mengetahui teman-teman Jeno yang tampan ini.

“Lo yang waktu mpls pingsan kejang-kejang itu ya?” Tanya Soobin membuat Beomgyu rasanya ingin tenggelam saja saat ini. Ia benar-benar menyesal telah melakukan drama aneh itu sekarang.

Beomgyu hanya dapat tertawa canggung sambil mengusap tengkuknya yang tidak gatal. “Hehe, iya kak.”

Sunghoon tertawa geli mendengar itu. Jeno sebenarnya sudah pernah menceritakan tentang ini sebelumnya.

“Lo lucu banget sih.” Kali ini giliran Sunghoon yang bersuara. Beomgyu hanya dapat tertawa canggung dan sedikit menunduk. Percayalah, ia malu sekarang.

Jeno ikut tertawa melihat Beomgyu yang terlihat malu itu. “Mau pesen apa?” Tanya Jeno membuat Beomgyu akhirnya mengangkat kepalanya.

“Apa aja yang enak.” Ucap Beomgyu karena ia tidak tahu menu yang ada di warung ini.

Sebenarnya tempat ini adalah warung nasi. Tempatnya terlihat cocok dijadikan tongkrongan karena tempatnya yang nyaman namun tidak terlalu repot dengan hal-hal yang memaksa aesthetic. Hanya warung nasi dengan aksen kayu yang terkesan jadul. Sederhana namun nyaman.

“Lo harus cobain nasi bali krispi, Gyu. Itu enak.” Ucap Soobin merekomendasikan menu pada Beomgyu. Beomgyu mengerjapkan matanya berkali-kali secara cepat ketika melihat senyum manis Soobin dihadapannya.

Jeno menyenggol Beomgyu membuat laki-laki manis itu tersadar dari kekagumannya pada pesona Soobin. “I-iya itu aja mau.”

“Oke. Minumnya?”

“Es teh manis aja.” Ujar Beomgyu namun matanya tidak lepas menatap pergerakan Soobin dihadapannya.

Jeno beranjak dari bangkunya dan berjalan untuk memesan pesanan Beomgyu.

“Kakak semuanya sekelas sama J— bang Jeno?” Pencitraan. Ia harus menjaga image adik yang baik didepan teman-teman Jeno dengan memanggil Jeno dengan embel-embel bang.

“Iya sekelas semua.” Jawab Jay yang duduk di dekat Beomgyu. Beomgyu hanya mengangguk-angguk mengerti.

“Lo kelas berapa?” Tanya Sunghoon karena Jeno tidak pernah menyebutkan kelas adiknya itu.

“10-4 kak.”

“Loh? Lo kenal Sunoo dong?” Tanya Sunghoon dan dijawab anggukan oleh Beomgyu.

“Oh si adik kelas yang lo incer itu?” Goda Soobin pada Sunghoon. Sunghoon hanya tertawa lalu meminum es teh manisnya.

Beomgyu terkejut mendengar fakta itu. Ia tidak menyangka sahabatnya itu disukai laki-laki setampan Sunghoon.

“Kak dia sahabat gue dari dulu btw.” Mendengar ucapan Beomgyu, Sunghoon dengan cepat menatap Beomgyu dengan tatapan terkejut.

“Serius?” Tanya Sunghoon dengan wajah terkejutnya. Beomgyu mengangguk sambil tertawa kecil.

“Dia udah punya pacar belum?”

“Belum. Dia susah dideketin kak.”

Akhirnya obrolan itu mengalir begitu saja. Bukan hal sulit bagi Beomgyu menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Ia adalah orang yang mudah bergaul berbanding terbalik dengan kembarannya, Sungchan.

“Oi!” Semua orang yang ada dimeja itu menatap kearah laki-laki yang baru datang.

“Sorry baru gabung. Gue abis dipanggil pelatih.” Ucap laki-laki tinggi yang baru saja datang itu.

“Sok sibuk lo, Jun.” Cibir Jay yang dibalas tawa oleh laki-laki itu.

Laki-laki tampan itu menatap kearah Beomgyu lalu menatap Soobin. “Siapa?” Tanyanya tanpa suara.

“Adeknya Jeno.” Jawab Soobin membuat Beomgyu terkejut karena ternyata ia menjadi bahan obrolan singkat antara keduanya.

Laki-laki itu mengangguk lalu duduk disebelah Beomgyu—tempat Jeno sebelumnya. “Hei, Yeonjun.” Ujarnya memperkenalkan diri.

Beomgyu menjabat tangan Yeonjun. “Beomgyu.”

“Minggir lo, tempat gue.” Usir Jeno yang datang dengan nampan berisikan pesanan Beomgyu.

“Rese ye orang ini.” Ujar Yeonjun lalu bangkit dan duduk disebelah Soobin.

“Makasih bang.”

Sebenarnya ingin sekali Jeno meledek Beomgyu karena tiba-tiba memanggilnya dengan embel-embel bang. Tapi Jeno paham, Beomgyu pasti sedang menjaga imagenya didepan teman-teman Jeno.

“Makan, abis itu balik lagi kesekolah. Jam istirahat udah mau selesai.” Ujar Jeno yang hanya mendapat anggukan dari Beomgyu.

“Cepet amat. Gue baru dateng, Jen.” Ujar Yeonjun lalu memakan bakwan milik Soobin.

“Bakwan gue, tai.”

Yeonjun hanya mencubit pipi Soobin gemas. Beomgyu tertawa kecil melihat itu lalu melanjutkan makannya.

“Sungchan adek lo juga jen?” Tanya Yeonjun tiba-tiba. Pembicaraan ini sedikit menarik perhatian Beomgyu.

“Kok tau?”

“Karena kau telah— anjing sakit Bin.” Ujar Yeonjun sambil mengelus lengan atasnya dengan dramatis padahal Soobin tidak sekencang itu memukulnya.

“Soalnya marganya sama kaya lo.” Ucap Yeonjun lalu melanjutkan memakan bakwan hasil curiannya itu.

Jeno hanya mengangguk. “Kayanya dia mau jadi ketua futsal selanjutnya.”

Mata Beomgyu membola. “Kok bisa? Kan baru masuk?”

“Performanya bagus. Dia juga futsal dari kecil kan? Dia bakalan jadi kapten di pertandingan dua bulan lagi.”

Beomgyu sebenarnya bangga dengan pencapaian kembarannya ini, tapi ia pasti akan meledek Sungchan habis-habisan nanti.

“Lo kembar sama Sungchan?” Tanya Yeonjun ketika menyadari jika kedua adik Jeno berada di sekolah ini.

Beomgyu mengangguk. “Engga mirip ya?”

“Ya.. mirip sih. Tapi engga mirip kaya yang kembar identik banget gitu.”

Beomgyu tertawa mendengar jawaban Yeonjun. Sebenarnya sejak kecil beberapa orang ada yang tidak percaya jika Sungchan dan Beomgyu adalah saudara kembar, namun begitulah faktanya.

“Gyu, bel lima menit lagi.” Ujar Soobin mengingatkan Beomgyu karena makanan Beomgyu belum habis.

“Eh? Bang ayo anterin. Makanannya lo abisin ya.” Ucap Beomgyu lalu meminum es teh miliknya dan berdiri dari duduknya.

“Kak, gue balik duluan ya. Seneng bisa kenal kalian.” Ucap Beomgyu lalu menarik Jeno agar berdiri dan pergi mengantarnya.

“Gyu!”

Beomgyu berhenti lalu menoleh. Yeonjun yang memanggilnya. “Iya?”

“Nomor lo.” Beomgyu terdiam. Ini adalah pertama kalinya ada yang meminta nomornya secara langsung. Jeno juga diam menatap kedua orang tersebut. Sebenarnya Jeno itu sangat posesif pada Beomgyu namun kali ini Jeno membiarkan Beomgyu yang menentukannya.

Beomgyu melirik Soobin yang duduk disebelah Yeonjun. Soobin terlihat tidak peduli dengan nomor Beomgyu, ia terlihat asik berbicara dan tertawa bersama Sunghoon dan Jay.

“Eum.. nanti minta aja sama Bang Jeno. Bang, nanti kasih nomor gue ke Kak Yeonjun ya.”

Yeonjun tersenyum. “Jen, denger tuh.”

Jeno hanya berdehem lalu menarik Beomgyu agar kembali berjalan meninggalkan warung makan itu.


“Gue engga mau ya manjat-manjat pager kaya orang bego lagi.” Oceh Beomgyu saat mereka berjalan menuju pintu belakang tempat mereka keluar tadi.

Jeno tertawa mendengar ocehan Beomgyu itu. Sebenarnya ada pintu kecil yang terletak di tembok samping pagar tinggi itu. Tidak semua orang tau jika pintu itu masih dapat dibuka dan dapat menjadi akses keluar karena terlihat seperti pintu tempat sampah karena ukurannya yang tidak terlalu besar.

“Jen,” Beomgyu memanggil Jeno ketika melihat ada seorang laki-laki tengah berusaha memanjat pagar tinggi itu.

“Ternyata ada yang bego juga selain gu— lah Jen?” Beomgyu hanya dapat memandang aksi kakaknya yang tiba-tiba berjalan cepat menuju pagar tinggi itu.

“Butuh bantuan engga?” Tanya Jeno sedikit berteriak.

Laki-laki yang sedang memanjat pagar itu menoleh kebawah dan mendapati Jeno tengah menatap kearahnya.

“Ssstt! Jangan berisik.” Jeno tertawa mendengar itu. Tidak ada satpam atau guru yang pernah datang kesini jadi seharusnya mereka tidak perlu khawatir.

“Tenang aja, engga akan ada yang denger.” Ucap Jeno lalu mulai memanjat pagar itu.

“Ternyata dia sama begonya.” Gumam Beomgyu lalu berjalan santai menuju pintu kecil yang ada disana.

“Lo telat?” Tanya Jeno basa-basi. Laki-laki itu hanya mengangguk.

“Telat lo lama juga, sampe jam istirahat gini.” Tidak ada jawaban. Jeno diacuhkan.

“Jeno.” Ujar Jeno memperkenalkan diri ketika mereka sudah berada diposisi sejajar.

“Nama gue, Jeno.” Jeno memperjelas ucapannya karena laki-laki itu menatap Jeno dengan tatapan selidik.

“Oh.”

“Nama lo siapa?” Tanya Jeno ketika mereka sudah sampai diatas pagar itu.

“Engga penting.” Jawabnya acuh dan mencoba turun dari atas pagar itu. Jeno bergerak lebih dulu dan cepat sehingga laki-laki dengan eye smile itu menginjak tanah lebih dulu.

“Loncat aja. Gue tangkep.” Ujar Jeno sungguh-sungguh. Ia sudah berhasil menangkap Beomgyu sebelumnya.

“Gue bisa sendiri.” Ucapnya lalu bergerak turun dengan hati-hati. Jeno menatap tajam kearah Beomgyu yang sedang menahan tawanya.

“Tas lo.” Jeno memberikan tas yang tadi tergeletak di tanah. Laki-laki itu mengambil tas miliknya dari tangan Jeno dengan kasar dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.

“HAHAHAHA JEN JEN LO KASIAN BANGET.”

“Diem lo.”


Report Page