10

10

esa

Belva berjalan tak semangat ketika memasuki gerbang sekolahnya. belva menyingkirkan sejenak ketika gerombolan teman kevin tiba dengan motor besar. belva bisa melihat kevin yang membonceng aluna diantara mereka . belva menghela nafas lega dan berjalan dengan cepat. ia tak ingin berpapasan dengan kevin dan teman-temannya.

Belva memasuki kelasnya dengan nafas terengah. ia langsung duduk dan membuka buku pelajaran. kebetulan hari ini, pada jam pertama ada ulangan harian.

Belva membaca buku, mulutnya komat-kamit mengingat hapalan yang sudah ia hafal semalam. belva bukan siswa yang cerdas, ingatannya saja kadang tidak bertahan lama.

Terkadang belva harus puas dengan nilai yang hanya berangka delapan dan nol. sangat berbeda dengan nilai-nilai kevin yang nilainya hampir mendekati seratus.

━━━━━━━━━━━━━━━━━

Kevin menghela nafas melihat belva yang sangat kentara menghindarinya. pesan dari kevin saja tidak di balas oleh belva. yang membuat kevin merasa tak karuan adalah ketika belva merasa atau kecewa. belva selalu memilih untuk menjaga jarak.

Kevin masuk kedalam kelas belva, bisa dilihat dari tempatnya berdiri belva tengah berusaha menghafal. melihat keberadaan kevin, belva hanya menatap sekilas lalu menunduk.

"bel" sapa kevin ketika berdiri di samping meja belva.

Belva memasang earphone pada telinganya dan menaikkan volume. ia kembali membaca materi tanpa memperdulikan keberadaan kevin. kevin hanya bisa menghela nafas, sedangkan bya menggeleng pelan ke arah kevin. kevin berbalik keluar kelas belva dengan tak semangat sedangkan belva menatap kepergian kevin dengan raut biasa saja.

━━━━━━━━━━━━━━━━━

Hampir seharian ini raut wajah belva tidak menunjukkan perubahan. datar. saat ini belva tengah berjalan seorang diri menuju kantin, bya sudah terlebih dahulu bersama farhan.

belva menatap teman-teman kevin yang duduk bersama dengan tatapan tak minat, bahkan ketika menyadari tatapan kevin terarah padanya, belva hanya berlalu tanpa menyapa.

Melihat sikap belva membuat teman kevin merasa jengah. belva terlalu tak tau diri. fikir mereka.

belva merutuki kantin sekolahnya, meja yang tersisa hanya meja yang berada disamping enfant. belva mau tak mau duduk disana, perutnya sudah berteriak minta diisi sejak pagi. biasanya belva duduk di bangku tersebut ditemani kevin, namun kali ini ia hanya duduk seorang diri.

Bisik-bisik tak enak terdengar, belva juga menyadari banyak mata yang terarah padanya. belva menghela nafas, ia memakan makanannya tanpa peduli pada sekitar.

━━━━━━━━━━━━━━━━━

Belva berdiri menunggu angkutan umum didepan gerbang sekolahnya. ia sengaja pulang lebih lama untuk menghindari kevin, namun tanpa disangka kevin menghentikan motornya dihadapan belva bertepatan dengan angkot yang berhenti, belva dengan cepat masuk kedalam angkot tanpa menoleh lagi kearah kevin.

Kevin menggaruk kepalanya yang tak gatal. semuanya salahnya. belva pasti marah besar karna omongan kevin yang sembarangan dan sikapnya. setelah menanyai temannya ternyata benar mereka melarang belva masuk, kevin tak bisa marah. apalagi marah pada aluna yang menghapus pesan dari belva dan history panggilan.

Tiga hari berlalu, sikap belva tidak menunjukkan perubahan sedikit pun. kevin harus dibuat sabar karenanya. hari ini dengan tekad kuat kevin datang kerumah belva, sekarang masih pagi di hari weekend.

kevin masuk kedalam rumah belva dengan ijin pembantu belva. kevin bisa merasakan rasa sepi menjadi belva, tinggal dirumah besar seorang diri.

belva datang dari dapur, ia hendak naik menuju kamar ketika melihat kedatangan kevin. kevin dengan cepat menahan belva yang sudah berada ditangga. "belva please"

belva enggan menatap wajah kevin, masih terlalu menyakitkan. belva menurut ketika tangannya ditarik dengan lembut menuju ruang tamu.

kevin mendudukan belva di sofa dan kevin berjongkok dihadapannya. kevin menggenggam tangan belva, ia mengecupnya sekali. "maaf bel, maaf untuk sikap aku yang keterlaluan sama kamu."

"maaf untuk apa? kamu ngga salah." sahit belva.

"bel stop bersikap kaya gini. kalau kamu marah ngomong, pukul aku juga gapapa, aku lebih suka kamu ngomel dibanding kamu kaya gini. diem tapi ngehindar." kevin menatap dalam mata belva yang berkaca.

"emangnya aku bisa apa? mukul kamu aja ngga tega. liat kamu bawaannya mau nangis, boro-boro mau marah. aku yang salah disini vin." belva menunduk, melepas kontak mata dengan kevin.

kevin mengubah posisi duduk. ia duduk disamping belva, ia memeluk belva dengan erat. "aku mohon jangan ngejauh lagi. maaf bel, maaf, maaf, maaf, maaf atas sikap aku ke kamu."

belva membalas pelukan kevin, kepalanya mengangguk.

pertahanannya runtuh sudah. tak lama belva melepas pelukan kevin. tangannya menelusuri wajah kevin, kevin sendiri memejamkan mata. tangan belva mengelus bekas jahitan dikening kevin,

"masih utuh tapi bekas lukanya ganggu." lapor belva setelah selesai memastikan keadaan kevin.

kevin terkekeh, "nanti aku pake salep penghilang bekas luka deh. biar kevinnya belva tetep ganteng."

━━━━━━━━━━━━━━━━━

belva dibuat melongo akan perlakuan kevin. bagaimana tidak, belva kira kevin akan mengajaknya jalan-jalan ya paling tidak ke dufan. kevin malah mengajaknya ke tempat enfant latihan basket.

Belva seneng sih sebenarnya, kapan lagi kevin mau ngajak dia kumpul sama anak enfant.

kevin menuntun belva menuju kursi penonton. "kamu disini gapapa kan? nanti pulang kita cari makan."

belva kira kevin akan mengajaknya duduk bersama pacara anggota enfant. belva tersenyum, "siap. udah sana, itu temen kamu liatin aku udah kaya mau direbus."

kevin berjalan cepat meninggalkan belva, ia mengganti pakaian menjadi kaos hitam polos dan celana sebatas lutut. belva terpukau, kevin terlihat semakin tampan. mata belva asik menjelajah sekitar, senyumnya mengembang, 'jadi ini rasanya kumpul sama anak enfant? pantes aja bya seneng banget.'

Permainan dimulai, seisi gor riuh dengan teriakan anak enfant. belva hanya menjadi penikmat, sesekali kevin melemparkan senyum ke arahnya.

ilustrasi kevin


aggota enfant mencapai 100 orang lebih dari tiga angkatan. yang paling menonjol dari geng tersebut ada ardan, kevin, farhan, sandi, dion, andri, fajar, reza dan arga.

belva ikut bertepuk tangan ketika permainan berakhir. kevin terlihat berjalan ke arahnya namun tertahan oleh aluna yang memberikan air mineral botol dan handuk kering.

belva menatap tisu ditangannya, malang sekali nasibnya.

setelah melewati aluna, kevin baru bisa mendekati belva. kevin tersenyum dan duduk disamping belva.

"panas banget bel" keluh kevin, ia mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah.

belva mengeluarkan kipas angin portable dari dalam tasnya. kevin yang terlalu sibuk mengibaskan tangan tidak sadar. lalu saat hawa sejuk terasa diwajahnya, kevin memejamkan matanya.

"makasih." seru kevin tanpa menatap belva.

belva menyerahkan kipas pada kevin, tangannya meraih tisu dan mulai menghapus jejak keringat di kening kevin. kevin tetap memejamkan matanya, menikmati perlakuan belva.

"biasanya bel, aku tuh berasa jomblo banget, yang lain pada nyamperin pacarnya, nah aku cuma bisa sendiri" curhat kevin masih dengan mata tertutup.

"kan ada aluna vin" celetuk belva asal. tangannya mengembalikan tisu kedalam tasnya.

"ya beda dong, orang pacar aku belva." kevin membuka matanya dan mengembalikan kipas belva.

kevin memanggil salah satu temannya. ia mengajak belva berdiri, "woy dri fotoin gue ya."

andri melirik malas ke arah belva. walau begitu tangannya menerima ponsel tang disodorkan kevin. kevin merangkul pundak belva, sedangkan tangan belva berada di pinggang kevin.

keduanya tersenyum kearah kamera.

"gue itung. 1 2 3 . . . "

belva dan kevin mengambil 3 foto dengan gaya berbeda. kevin mengucapkan terimakasih, ia merasa puas dengan hasil foto andri.

"bel kamu keluar duluan aja. aku mau pamit sama mereka dulu."

belva meraih tasnya dan berjalan keluar gor. ia menunggu kevin di pintu keluar, karna matahari pagi masih menyorot dengan terik, belva berlindung dibawah pohon yang tidak terlalu besar. tubuhnya ia sandarkan disana.

selang sepuluh menit kevin keluar, masih dengan pakaian santainya. belva mendekati kevin, wangi parfum kevin kembali tercium. "wangi amat si vin."

kevin tertawa, ia menarik tangan belva menuju motor. sekarang saatnya mencari makan.


— esa.

Report Page