# 1

# 1

Jecaffe

"Dir?" Panggil Owen selagi tetap fokus menyetir.

Adira menoleh ke samping, sedikit menaikkan satu alisnya sebagai tanda tanya.

"Ini mau kemana dulu? Ke kafe atau perpusnas?" Tanya Owen.

Adira melirik ke arah jam tangan yang ia kenakan. Jam sedikit lagi menunjukkan pukul 1 siang. "Kalau ke kafe dulu, gimana?" Ujar perempuan itu.

Owen mengangguk pelan, "Ke pertamina dulu ya bentar, gue lupa ngisi bensin tadi hehe."

Adira hanya tersenyum sebagai jawaban. Perempuan itu menoleh ke arah laki-laki yang tengah menyetir di sebelahnya. Samar-samar ia cium aroma wangi parfum yang tidak pernah Adira temukan. "Lo pake parfum apa?" Tanya Dira.

Owen menghentikan mobilnya selagi menunggu giliran pengisian bensin. Laki-laki itu menoleh sambil tersenyum sumringah, "Kenapa? Wangi ya?"

Adira mengangguk pelan.

"Dior sauvage," Jawab Owen sebelum kembali menyalakan mobilnya kemudian maju sedikit untuk segera mengisi bensin mobil.

"Pantes, parfum mahal," Celetuk Adira.

"Lo sendiri pake parfum apa?"

"Chanel coco Mademoiselle," Jawabnya enteng.

"Tcih, Adira kayaknya hobi merendah untuk meroket ya?" Sontak keduanya terkekeh pelan.

Owen membuka jendela mobilnya, memberikan sejumlah uang kepada petugas. Laki-laki segera menyalakan mobilnya dan keluar dari pertamina itu.

Hening beberapa saat, sebelum Owen kembali membuka pembicaraan. "Adira."

"Yaa?"

Satu tangan Owen terangkat menggaruk pipi kanan yang tampaknya tidak gatal. "Lo itu..." Ucapnya setengah-setengah

Adira mengerutkan kening, berusaha memahami apa yang sedang dibicarakan Owen. "Apa?"

"Muka lo..." Ucap Owen pelan namun masih bisa di dengar jelas oleh Adira.

"Hah? Muka gue kenapa?" Adira sontak membuka tas dan mengambil handpone nya, memperhatikan wajah miliknya melalui pantulan layar handpone.

Raut wajahnya khawatir, takut jika ternyata ada sesuatu yang menganggu di wajahnya yang tidak ia sadari.

"Cantik." Suara itu sangat pelan. Hingga Adira perlu beberapa detik untuk memastikan apa yang barusan ia dengar.

"Apa?"

"Cantik?"

"Siapa?"

Owen menolehkan kepalanya sebentar. "Lo."

Adira tak lagi mampu menahan rasa malu. Ia remas ponsel di tangannya karena salah tingkah.

"Hahaha sorry kalau buat lo nggak nyaman." Owen tertawa pelan, berusaha menghilangkan kecanggungan di antara keduanya.

"Nggak kok," Jawab pelan Adira yang masih tersipu malu. Perempuan itu tak lagi mampu menatap laki-laki di sampingnya, ia putuskan untuk melihat pemandangan jalanan melalui jendela mobil.

Report Page