04.

04.

Julian



Pada pukul 13.00 WITA, 2 rombongan bus study tour itu sudah sampai ditempat makan siang, kali ini mereka diberi waktu hingga pukul 14.00 WITA agar bisa sampai di pantai tepat senja tiba. 

Ketika makan siang, awalnya biasa saja tapi tiba tiba seorang dosen dari bis kedua mengumumkan jika ada pembagian kamar. Buru buru Helmi meminta 2 kamar untung gangnya, kali ini Helmi bersama Joe, Jeyan dan satria, sedangkan Sean, Jean dan Nico jadi satu kamar. Setelah menyerahkan daftar nama kamar, tiba tiba saja Rafka datang mendekati Helmi yang sedang bersama para dosen. 

"Helmi, aku udah janji sama Jean kalau kita sekamar, jadi masukin nama aku juga ya?" Kata Rafka tepat dihadapan dosen dan Helmi. 

Helmi ingin sekali menolak karena melihat keadaan Jean yang sudah capek karena ulah Rafka, tapi sayang sang dosen malah mengiyakan dan mengambil kertas daftar nama itu. "Sudah bapak tulis ya, kamu bisa sekamar sama Sean, Jean dan Nico," ucap sang dosen.

Rafka hanya tersenyum manis dan mengucapkan terimakasih, sedangkan Helmi sudah menghembuskan nafasnya. Sudah dipastikan Sean akan mengamuk.



Selama perjalanan, Helmi bercerita kalau tadi Rafka meminta satu kamar dengan Jean lakuin grub chat, Jean liat itu semua dan langsung mematikan ponselnya. Kesal, perasaan Jean sangat kesal saat ini. Bahkan Jean meletakan ponselnya dengan keras serta menaikan kedua kakinya keatas kursi untuk menyembunyikan wajahnya. 

Sean tau jika Jean kesal, tapi jika dosen dibantah mereka akan mendapat sangsi nantinya, mau tak mau mereka harus terima keadaannya kan? 



Tepat pada pukul 15.45 WITA, mereka sampai di pantai Pandawa Bali. Dipantai inilah semua tugas dilakukan karena mereka mendapat tugas wawancara dengan warga asing, Joe dan Nico sudah berceloteh semangat diikuti Helmi yang senyum senyum melihat kelakuan Joe. Sean dan satria sudah bergandengan tangan, sedangkan Jeyan.. 

"Hel, lu mau gandengan ma gue ga?" Tanya Jeyan tiba tiba yang sudah ada di sebelah Helmi. 

"Apaan Lo??? Nyebut Lo, yakali gue gandengan ma Lo?" Helmi langsung menolak mentah mentah, bahkan wajahnya kini memandang Jeyan dengan padangan aneh. 

Jeyan menghela nafas dan tangannya terangkat menunjuk Jean yang bagaikan diselimuti hawa hitam dengan ekspresi wajah yang mengeras. "Gue ga mau bangunin kucing garong.." gumam Jeyan. 

Helmi yang melihat keadaan Jean itu langsung merinding dan ia merangkul Jeyan memberikan semangat. Bahkan sekelas Helmi saja tidak bisa menghentikan amarah Jean, Sean saja tidak bisa apalagi Helmi, sudahlah. 


Dipantai Pandawa ini, Damned Gang berjalan bersama sama tanpa ketua mereka, meskipun begitu mereka harus menyelesaikan tugas dan mendapat 1 bule yang sedang bersantai disana, ketika mereka akan kembali, mata Nico menangkap Jean yang sudah sendirian. 

"JEAANN!!!" Seru Nico, ia berlari kearah Jean yang sedang menunduk, ketika Jean mengangkat kepalanya seketika langkah Nico terhenti. 

"Lo kenapa..." Nico cukup terkejut melihat wajah Jean yang memerah padam. 

Jean tak membalas tapi tangannya mengepal kuat kuat lalu ia berdiri, takut jika dirinya akan di tonjok Nico langsung bersembunyi di balik punggung Sean yang baru saja datang. 

"Je, Lo kenapa??" Tanya Joe bingung. 

"BANGSAAATTT!!!! DIA NYOBEK BUKU CATATAN GUE ANJING!!! LAPORAN GUE DISANA SEMUA BANGSAATT MATI KEK LU MATIIII!!" tiba tiba saja Jean berteriak dan menginjak injak pasir pantai. Dengan cepat Sean memeluk Jean untuk menenangkan si adik kembarnya, sangat terasa tubuh Jean sangat panas, mungkin Jean kelelahan. 

"Sabar je sabar.. lu boleh pake catatan gue kok, sabar ya..?" Joe ikut menenangkan dengan cara mengusap rambut Jean. Tangis Jean pun pecah dipundak sang kakak, melihat Jean menangis Jeyan mau menyusul Rafka tapi ia ditahan sama Helmi karena Rafka saat ini sedang bersama Dika.

"Kita jangan berpisah lagi." Itulah kata kata Satria sebelum mereka melanjutkan kepantai kuta. 




Iya niatnya jangan berpisah, tapi ketika sampai dipantai Kuta, Jean sudah di tarik Rafka keujung pantai yang sangat jauh dengan teman temannya. Bahkan Sean tidak sempat menahan Jean tadi, mau mengejar pun tidak sempat karena Jean itu kecil. 

"Sialan, Jean di culik lagi," umpat Jeyan. 

"Kita tugas dulu baru kita cari Jean gimana?" Usul Nico. Sebelumnya di bis, Jean sempat bilang apapun yg terjadi selesaikan tugas masing masing. Mau tak mau mereka harus menyelesaikan tugasnya baru sempat mencari Jean. 

Tepat pada pukul 17.30 WITA, tiba tiba saja Rafka dan Jean datang menghampiri Helmi dkk yang baru saja berkeliling juga. 

"Helmiii!! Kamu tau gak, aku tadi dapet wawancara banyak lohh! Tapi Jean ga mau ngomong, jadi dia ngga dapet deh," adu Rafka pada Helmi. Helmi hanya tersenyum kikuk saja. 

"Ga mau ngomong kata Lo??? Lo ngomong mulu ga kasih kesempatan gue bangsat!" Umpat Jean. 

Wajah Rafka langsung berubah sedih. "Loh kamu kok salahin aku? Itu kan salah kamu juga kenapa kamu diem aja?? Harusnya ngomong! Masa kalah sama aku sih??" 

Jean tidak menjawab, melainkan ia malah melanggang pergi meninggalkan teman temannya dan Rafka. Dirinya sudah muak. 




Dimalam harinya setelah dari pantai, tujuan mereka kali ini adalah ke toko oleh oleh. Sean dan Jean sudah berpencar duluan karena mencari lilin aroma terapi titipan sang ibunda, sedangkan Nico, Satria dan Helmi sudah menjelajahi pie susu dan memborong banyak. Jeyan dan Joe sudah berada dibagian camilan dan membeli berbagai camilan yang nanya agar bisa dimakan saat di kamar nanti. 

"Ini wangi nih kak," kata Jean sambil menunjukan sebuah lilin yang cantik kepada kakaknya.

Sean tersenyum cerah ketika menghirup aroma lilin tersebut. "Heumm.. iya wangi banget, khas Bali ini, ambil 3 deh bunda pasti seneng!" Kata Sean. Dengan cepat Jean mengambil 3 pack lilin tersebut dan memasukan kedalam keranjang, mereka kembali melihat bagian oleh oleh sampai akhirnya mata Jean menatap penuh harap pada jejeran coklat. 

"Mau?" Tiba tiba saja Jeyan mendatangi Jean. 

"Mau kak! Tapi ini mahal banget.." gumam Jean diakhir kalimatnya. Tanpa melihat harganya, Jeyan mengambil beberapa jenis coklat dan memasukannya di keranjang, lalu ia mendekatkan kepalanya ke telinga Jean untuk berbisik. 

"Datang ke kamar kakak kalau kamu mau coklatnya ya?" Bisik Jeyan pada Jean. 

Jean tersenyum cerah dan mengangguk semangat. 

"Jangan lupa ajak Nico dan Sean, oke??"

"Oke kakak!!" 

Ah mood Jean kembali bagus malam ini. Berterimakasih lah kepada coklat dan dompet Jeyan yang tak abis abis isinya. 









Isi chat sebelum sampai pantai Pandawa.



Report Page