04.

04.

Manusia

Andreas serta Nore berjalan dengan santai di lorong kelas 10, tatapan mereka sedikit awas sebab takut tiba tiba saja ke gep oleh satpam atau pertiga disana.

Ini hari Minggu, kesini untuk mencari bukti.

Mali, Jeo serta Gisha mencari tau dengan menginterogasi beberapa teman yang terakhir bersama Bintang. Glen juga Eve mendapatkan tugas mencari ke tempat tempat yang Bintang kunjungi terakhir kali.


Sisanya nanti dimintai tolong ketika butuh.


"Mau nge hack CCTV nya dulu, ga?" Nore melirik bingung, namun tak urung Ia mengangguk.

"Emang bisa?"

Andreas tersenyum kecil, "Harusnya dengan gua selalu unggul dari kalian di pelajaran TIK, kalian tau kalau gua ini ngerti Teknologi."

"Lah, dikata gua kagak tau?"

"Lebih dalem, Nore."

"Ambigu anjing." Andreas hanya tertawa, langkah mereka dibawa ke ruang Lab Komputer, dekat sekali dengan ruangan Bintang ditemukan.

Menduduki salah satu Komputer, Andreas mulai fokus pada dunianya, mengabaikan Nore sejenak yang dimana kini Nore tengah bermain Cooking mama di Handphone Andreas.

"Lo kok punya cooking mama?"

"Anak gua suka mainin."


Tatapan Nore terkejut, bahkan melotot ke arah Andreas dengan mulut yang sedikit terbuka. "L-lo udah punya anak? Udah nikah? Nganunya sama siapa."

"Keponakan asu, anaknya kakak gua itu." Jawab Andreas sinis.

Nore mencibir "Ya lo bilangnya anak, kan gua jadi salah faham."

"Siap salah." Kemudian hening.


Nore pov

"Teza mau kesini."

Andreas mengangguk kecil, "Tumben, biasanya jam segini di hari Minggu dia ikut jualan ayam sama orang yang ngga dia kenal di pasar."

"Atau kosplay jadi ranting pohon sehabis jogging bareng Dean atau Jeo." Dan keduanya mentertawakan tingkah random kawannya.


Tak lama, bau asap rokok mulai tercium. Keduanya kompak menoleh pada Teza yang dengan santainya merokok, namun ketika menghampiri keduanya Teza mematikan gulungan nikotin tersebut, lalu menyengir.

"Hehe, haha, gimana? Apa yang udah di dapet?"

"Kita baru datang lima menit sebelum lu ngechat, Teza." Nore menjawab malas, Teza hanya menganggukkan kepalanya lalu duduk di atas meja samping meja komputer Andreas.

Berhadapan langsung dengan Nore, Nore di kursi dengan anggunly, Teza di meja dengan barbarly.


"Ayo kita cek dulu ruangan sebelah." Andreas berujar cepat, kemudian pergi dari sana yang langsung diikuti dua temannya, tergesa.

Menerobos garis polisi yang terpasang di pintu ruangan, tatapan mereka mengedar. Teza berjongkok di tempat dimana mayat korban ditemukan.

Andreas menatap sekitar, tidak ada CCTV kecuali satu CCTV yang berada tepat di atas pintu yang ditutup kain. Namun Ia yakin, bahwa disini itu ada tiga CCTV.

Dia mantan kelas sini soalnya dulu.


"Gua nemuin sapu tangan." Nore bersuara, semuanya menoleh menatap sapu tangan yang diacungkan Nore.

"Jadikan barang buk-"

"Itu kayak sarung tangannya Deandra."

Ketiganya terdiam, menatap Andreas bingung. Namun jika ditelisik lebih lanjut, itu memang sapu tangan milik Deandra, terbukti dengan tanda tangan yang Deandra bubuhkan di pinggirnya.

Teza menggaruk tengkuknya, "Tapi Dean bilang dia sapu tangannya hilang, ingat?" Lagi, mereka mengangguk.

Andreas dengan cepat kembali menelisik ruangan, menemukan beberapa CCTV di daerah yang sangat terpencil. Dengan semangat 45, Ia mengambil kamera CCTV tersebut untuk Ia periksa nanti di Lab.


"Teza, tolong periksa ke toilet."

"Oke, sekalian mau boker sambil nyebat."

Nore menoleh dengan tatapan wajah Ilfeel, Teza terkekeh kecil. "Hello, ada cewek cakep disini minimal tau gengsi lah."

"Temen sendiri doang." Lalu Ia pergi dari sana.

Report Page