Mari Menebar Cinta, Bukan Kebencian !

Mari Menebar Cinta, Bukan Kebencian !

We are NOTHING !

Gus Mus: "Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana ?"




Gus Mus: Kaum Beragama Negeri Ini




Mata Najwa Part 5: Gus Mus dan Negeri Teka-Teki: Macam-Macam Ulama Menurut Gus Mus


Gus Mus menekankan, “Seorang ulama harus memiliki perilaku Nabi, salah satunya tidak tahan melihat penderitaan umatnya. Jadi ulama seharusnya melihat umat dengan kasih sayang.”



Dewan Masjid Indonesia Sesalkan Khotbah Jumat Jadi Sarana Ujaran Kebencian


Imam Addaruquthni, masjid bukan untuk mengalirkan faham-faham sektarian atau kelompok kerena bersifat akomodatif menampung semua umat Islam.


Dewan Masjid Indonesia (DMI) cukup menyesalkan adanya temuan 60 persen khotbah Jumat salah satu masjid di Jakarta berisikan ujaran kebencian. Lain itu, khotbah tersebut dinilai melenceng dari nilai-nilai pesan khotbah yang seharusnya menyampaikan pesan kedamaian.


Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruquthni mengatakan, sejatinya fungsi dan peran masjid adalah sarana untuk memperkuat harmoni di masyarakat. Salah satunya melalui khotbah yang membawa pesan perdamaian demi kesatuan umat.


Artikel selengkapnya:

https://www.harianpijar.com/read/2017/06/17/19440/dewan-masjid-indonesia-sesalkan-khotbah-jumat-jadi-sarana-ujaran-kebencian



Politik Masjid: Khotbah Kebencian dan Benih Radikalisme



Kita tampaknya harus berkaca pada Timur tengah yang hancur pasca gelombang Arabian springs. Kita tahu bagaimana pola penghancuran ini di mulai. Semua di mulai dari masjid. Saat khutbah mulai berbicara politik, saat kritik pemerintah di lancarkan dari menara masjid, saat demonstrasi menentang pemerintah d mulai usai sholat Jum”at.


Hanya dalam lima tahun saja, perang telah membuat Syria kehilangan lebih dari enam juta warganya. Ratusan ribu mati sia-sia, lainnya lari mengungsi. Mereka yang masih tinggal di negeri porak-poranda itu pun terpaksa hidup tanpa kelayakan manusia.


Artikel selengkapnya:

https://seword.com/politik/politik-masjid-khutbah-kebencian-dan-benih-radikalisme



Gus Sholah: Nabi Muhammad Tidak Pernah Menebar Kebencian dalam Berpolitik


KH Solahudin Wahid (Gus Sholah), Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang yang juga adik mantan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur), mengajak para politisi di Indonesia meneladani cara berpolitik Nabi Muhammad SAW.


Kata Gus Sholah, di momentum Maulid Nabi Muhammad SAW, banyak sifat-sifat nabi yang bisa diteladani politisi di Indonesia dalam konteks komunikasi politik. Diantaranya, nabi selalu berkomunikasi dengan cara yang baik dan tidak menebar kebencian dan permusuhan.


"Dalam Alquran Surat Ali Imron 159 disebutkan bahwa Nabi selalu menyampaikan pesan dengan santun, lemah lembut dan tidak pernah menebar kebencian, tidak memaksa dan tidak menyerang orang dalam perkataannya," kata Gus Sholah dikonfirmasi, Senin (19/11/2018).


Artikel selengkapnya:

https://regional.kompas.com/read/2018/11/19/15251161/gus-sholah-nabi-muhammad-tidak-pernah-menebar-kebencian-dalam-berpolitik



Khotbah: Antara Kebebasan dan Ujaran Kebencian



Gagasan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, berdasarkan aduan sebagian masyarakat Muslim, untuk membatasi materi khutbah-khutbah Jum’at yang memuat anjuran kebencian terhadap kelompok lain yang berbeda, patut didiskusikan manfaat dan risiko-risikonya.


Menteri Lukman membantah bahwa yang ia maksudkan adalah sertifikasi khatib. Menteri Agama lebih menitikberatkan materinya, mengingat sangat sulit untuk melakukan sertifikasi, seperti Wakil Presiden Jusuf Kala juga berpendapat.


Artikel selengkapnya:

https://geotimes.co.id/kolom/agama/khutbah-antara-kebebasan-dan-ujaran-kebencian



Benarkah Khatib Jum'at Banyak Menebar Ujaran Kebencian?



Khotbah Jumat di masjid-masjid Jakarta rupanya banyak dijadikan menebar ujaran kebencian. Temuan ini diungkapkan peneliti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mas'ud Halimin.


Menurut Mas'ud, di Jakarta saat ini ada 3.047 masjid. Jika masjid itu semua digunakan untuk salat Jumat maka ada 3.047 khatib. Dari jumlah itu, kata Mas'ud, sebanyak 60 persen khatib yang ceramah di masjid bicara tentang ajaran agama yang tidak mendamaikan.


Masalah itu terjadi, kata dia, lantaran mayoritas takmir masjid tidak mengatur jadwal khatib dan tema ceramah sehingga khatib bisa ceramah apa saja yang dikehendakinya.


"Para takmir harusnya bisa menjadwal khatib dan menyusun tema yang ingin dibicarakan. Jangan serba mendadak. Khatib untuk jumat baru dihubungi Kamis, kalau begitu kan tidak bisa dikontrol dia ngomong apa di atas mimbar," kata Mas'ud seperti dilansir Metrotvnews.com.


Artikel selengkapnya:

https://beritagar.id/artikel/berita/benarkah-khatib-jumat-banyak-menebar-ujaran-kebencian



Khatib Jangan Menebarkan Kebencian



MASJID dan khatib yang menjadi juru dakwah semestinya menjadi pembawa kedamaian, keluhuran budi, persaudaraan, juga menebar kesalihan. Bukan sebaliknya, menebar kebencian dan kenistaan.


"Jika menebar kebencian, itu namanya masjid dhiror. Jika mendapati yang demikian, jemaah masjid bersangkutan harus proaktif. Jika mereka merasa terganggu dengan ujaran kebencian, mereka berhak untuk menolak atau melaporkan kepada yang berwajib," kata Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), KH Masdar F Masudi, saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.


Artikel selengkapnya:

https://mediaindonesia.com/read/detail/91530-khatib-jangan-menebarkan-kebencian



Apa Pentingnya Standarisasi Penceramah Shalat Jum'at?



Masdar Mas'udi, yang menjabat Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, menilai standarisasi dan sertifikasi khatib shalat Jum'at mendesak diterapkan karena selama ini khatib "tidak berada dalam wadah tertentu yang terdisiplin" sehingga "sangat subyektif, suka-sukanya saja".


"Karena itu, wacana standarisasi khatib ini penting supaya khotbah bisa menggambarkan wajah sejati Islam yang damai, yang menghormati sesama, bahkan berbeda agama sebagaimana disebutkan Lakum Dinukum Waliyadin atau bagimu agamamu dan bagiku agamaku," kata Masdar kepada BBC Indonesia.


Dalam pengamatannya, Masdar menilai ada sejumlah khatib yang isi khotbahnya "memprovokasi, menebar kecurigaan, kebencian kepada orang lain".


Artikel selengkapnya:

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38805823



“Khotbah Jum'at yang Kontroversial tidak Diperkenakan, Apalagi yang Menebar Kebencian”



Suatu ketika, sejumlah pekerja profesional dan eksekutif di kawasan bisnis Sudirman, Jakarta, mendatangi Mantan Rektor UIN Jakarta Komaruddin Hidayat. Mereka mengeluh soal khutbah Jumat yang disampaikan di beberapa masjid di sana. Di satu sisi mereka ingin melaksanakan salat Jumat, tapi di sisi yang lain mereka enggan mendengarkan khutbah.


Menurut mereka khutbah yang disampaikan tidak lagi memberi ketenangan, justru membuat gelisah. “Khutbahnya mengajak berperang,” tulis Komar dalam kata pengantar buku Benih-benih Islam Radikal di Masjid; Studi Kasus Jakarta dan Solo (Center for the Study of Religion and Culture [CSRC] UIN Jakarta, 2010) menirukan ucapan mereka. Karena itu, mereka selalu datang lebih akhir ke masjid agar terhindar dari khutbah yang provokatif.


Ilustrasi di atas adalah satu dari sekian cerita yang lazim didengar belakangan ini. Fenomena ini tentu tidak terjadi begitu saja. Kelompok Islam radikal yang dikenal agresif dalam berdakwah disinyalir telah merambah gedung-gedung perkantoran dan menjadikan masjid-masjidnya sebagai basis baru mereka. Dari sini mereka kemudian menyampaikan pandangan-pandangan yang radikal kepada para pekerja maupun profesional yang bekerja di sana melalui pengajian mingguan maupun melalui mimbar Jumat.


Artikel selengkapnya:

https://www.madinaonline.id/sosok/wawancara/khutbah-jumat-yang-kontroversial-tidak-diperkenakan-apalagi-yang-menebar-kebencian/?pps=full_post



Khatib Jum'at Masjid IPB Sebar Ujaran Kebencian



Sebaiknya Polisi dan intel kembali memperkuat pengawasan khotbah2 Jumat. Ada dugaan materi khotbah yang berbau hate speech terhadap pemerintah maupun umat Islam sendiri (di luar golongan si khotib), kembali marak


Contohnya adalah khotbah di Mesjid Alumni IPB siang ini.. Khotib bicara ttg buruknya kerja pemerintah dalam masalah Freeport. Lalu menyalahkan sistem pemerintahan demokrasi. Solusinya adalah khilafah. Dia bicara tentang penindasan thdp ideologi khilafah juga

(Dengan suara yang keras walo sudah memakai mikrofon)


Saya baru tahu bahwa Mesjid Alumni IPB dikuasai oleh pengusung khilafah. Walo sudah curiga sejak lama. Ada sebagian nama senior di list pengurus. 

(Zaman saya kuliah yang "nguasai" kelompok tarbiyah)


Artikel selengkapnya:

https://redaksiindonesia.com/read/khatib-jumat-masjid-ipb-sebar-ujaran-kebencian.html



Kisahku Mendengarkan Khotbah Jumat yang Justru Jadi Martil Perpecahan



Kisahku Mendengarkan Khotbah Jumat yang Justru Jadi Martil PerpecahanBeberapa kali saya ringkuh dengan khotbah yang panjang dan juga lama. Apalagi khotbah yang disampaikan dengan menggebu-nggebu, energik, dan tak karuan gesture dan intonasinya.


Benar saja, jika khotbah merupakan rukun salat Jumat. Tidak sah Jumatan bila tanpa adanya khotbah. Hingga khotbah diatur tanggal dan tema agar, sesuai dengan momen, yang meskipun demikian belum tentu kontekstual. Khotbah adalah lahan basah.


Belum dengan soal khotbah yang berisi ujaran kebencian, teror, dan isu SARA. Menyudutkan—kebanyakan berwujud fitnah dan persoalan pribadi—satu pihak dengan dalih agama, lantas membenarkan pihaknya sendiri. Seperti pengalaman yang pernah dialami oleh beberapa muslim laim yang mendeengkan khotbah provokatif ketika melaksanakan ibadah Sholat Jumat di berbagai tempat.


Serta beberapa aduan soal isi khotbah Jumat yang provokatif, yang diterima oleh Menteri Agama. Seperti yang juga pernah terjadi di Gunung Kidul, ketika salat ied, khatib menyinggung kasus penodaan agama dengan ujaran kebencian yang mengakibatkan jamaah bubar.


Persoalannya kemudian, khotbah itu bertempat di masjid. Sedangkan masjid merupakan tempat ibadah. Lantas apakah masjid, secara personifikasi, juga membenarkan usaha mengadu-domba? Mengumbar aib orang lain? dan menyeru untuk bermurka?


Tentu tidak! Hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam. Laa masjida ussisa ‘ala at taqwa. Ketakwaan telah menjelma dalam koridor niat dalam membangunan masjid. Takwa itu dianasirkan melalui niat menyediakan ruang beribadah dengan baik, bukan malah digunakan untuk menerjang dan menerpa ketakwaan itu sendiri, sebagaimana perilaku pengkhotbah tadi.


Artikel selengkapnya:

https://islami.co/kisahku-mengarkan-khotbah-jumat-yang-justru-jadi-martil-perpecahan



Merawat Panggung Khotbah dari Ideologi-Sektarian dan Ujaran Kebencian



Meruahnya keluhan masyarakat melalui berbagai media, utamanya sosial media, perihal kerap terjadinya praktik-praktik khotbah (utamanya pada shalat Jum'at) yang disinyalir bermuatan ideologis-sektarian, ujaran kebencian (hate speech), hingga takfir (di dalamnya tercakup penyalahan dan penyesatan pada amaliah-amaliah pihak lain yang telah mapan dan diterima luas di kalangan umat Islam Indonesia) telah direspons sejak lama oleh Manteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. 

Publik kemudian mengenalnya sebagai wacana sertifikasi khatib. Pro dan kontra pun terjadi. Dan, yang terbaru, Kementerarin Agama merilis rekomendasi (catat: rekomendasi) sejumlah nama dai, muballigh, dan khatib yang dinyatakan “otoritatif” –sembari tak menafikan pertambahan-pertambahan atau koreksi-koreksi yang bisa dikembangkan kemudian. Ini pun memicu pro dan kontra.


Artikel selengkapnya:

https://bangkitmedia.com/merawat-panggung-khutbah-dari-ideologi-sektarian-dan-ujaran-kebencian



Wasathi Ajak pasa Penceramah Tinggalkan Da'wah Kebencian



Wadah Silaturahim Khatib Indonesia (Wasathi) mengajak para penceramah untuk tidak menyebar kebencian lewat aktivitas dakwahnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


“Kami menolak dan melawan dengan tegas segala bentuk praktik provokasi, ujaran kebencian, fitnah, makar, kebohongan dalam aktivitas penyampaian khutbah Jumat atau dakwah,” kata deklarator Wasathi, Arif Fahrudin, pada acara Deklarasi Wasathi di Jakarta, Ahad (25/2) malam.


Artikel selengkapnya:

https://islamic-center.or.id/publik/wasathi-ajak-para-penceramah-tinggalkan-dakwah-kebencian



Tegas! Singapura ‘Usir’ Khatib Jum'at Penyebar Kebencian dan Perpecahan



Dengan tegas Singapura menolak ujaran-ujaran kebencian lewat dakwah agama. Hal ini terbukti saat pemerintah Singapura mendeportasi seorang khatib Jumat yang berasal dari India. Beliau ketahuan menyebarkan ujaran kebencian terhadap umat Kristen dan juga Yahudi saat khotbah.


Meski Nalla Mohamed Abdul Jameel Abdul Malik ini sudah mengaku bersalah dan meminta maaf karena khotbahnya tertanggal 6 Januari yang lalu, kementerian Dalam Negeri Singapura tetap menegaskan tidak dapat mentoleransi apa yang telah diperbuatnya.


“Dia akan dikirim pulang. Setiap pemimpin agama dari setiap agama yang mengeluarkan pernyataan seperti itu akan diminta bertanggung jawab dengan tindakan mereka,” papar juru bicara Kementerian Dalam Negeri, seperti yang tertera di tempo.co.


Artikel selengkapnya:

https://www.suratkabar.id/36711/news/tegas-singapura-usir-khatib-jumat-penyebar-kebencian-dan-perpecahan



Tidak Mungkin Interupsi, Teman Saya Pilih "WO" Saat Khotbah Jum'at Menyiarkan Kebencian



“Khotbah jum'at tidak mencerahkan malah membuat emosi,” tutur suami saya sambil bersungut-sungut. Bukan sekali itu saja suami saya ikut sholat jum'at dengan pengkhotbah yang membuat emosi. Saking tidak hanya sekali, suami sudah bisa menandai masjid yang memberikan khotbah jum'at yang cenderung ‘keras’, menebarkan 'kebencian', permusuhan, dan mengkotak-kotakkan minoritas, salah satunya dengan memberikan pemahaman untuk tidak memilih pemimpin non-muslim.


Artikel selengkapnya:

https://www.kompasiana.com/sucihistiraludin/5831641082afbd2609e1f3b4/tidak-mungkin-interupsi-teman-saya-pilih-wo-saat-khutbah-jumat-menyiarkan-kebencian



Hukum Walk Out saat Khotbah Jum'at karena Berisi Ujaran Kebencian



Assalamu ‘alaikum wr. wb.


Redaksi Bahtsul Masail NU Online, pengaruh pilkada DKI Jakarta 2017 masuk jauh sampai forum khotbah Jum'at. Tidak sedikit khotib di Jakarta terseret arus politik dan menjadikan mimbar khotbah sebagai orasi politik yang mengandung ujaran kebencian bahkan melemparkan tuduhan munafik dan kafir terhadap sesama Muslim.


Apakah saya berdosa ketika seorang khotib menyampaikan materi khotbah yang tidak etis dengan semangat kebencian dan permusuhan, lalu saya keluar dari masjid (walk out) untuk meninggalkan ibadah Jum'at dan pulang ke rumah membawa kekecewaan? Saya tidak sendiri. Tetangga dan sebagian karyawan dari kantor di sekitar saya ikut juga walk out. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb. (Beni/Kebayoran Lama)


Artikel selengkapnya:

https://islam.nu.or.id/post/read/98701/hukum-walk-out-saat-khotbah-jumat-karena-berisi-ujaran-kebencian



MUI Bolehkan Interupsi Khotbah Jum'at, Ini Caranya



Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan interupsi khotbah Jum'at dapat dilakukan dalam kondisi tertentu. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan interupsi.


"Seandainya memang mau melakukan interupsi, ya sampaikan saja dengan baik," terang Ketua Bidang Kajian MUI Choli Nafis pada ROL, Rabu (7/1).


Jika memang dirasa perlu untuk melakukan interupsi saat khotbah berlangsung, interupsi tersebut sepatutnya disampaikan dengan santun. Akan tetapi, Nafis menjelaskan bahwa interupsi ini boleh dilakukan jika interupsi tersebut ada hubungannya dengan khotbah Jumat ataupun shalat Jumat itu sendiri.


Artikel selengkapnya:

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/01/07/nhsntf-mui-bolehkan-interupsi-khotbah-jumat-ini-caranya



Khotbah Jum'at Berisi Ujaran Kebencian dalam Perjalanan Umat Islam



Khotbah Jum'at di Indonesia beberapa tahun belakangan ini terindikasi mengandung ujaran kebencian dan caci maki dengan unsur SARA yang ditujukan ke sejumlah arah. Praktik seperti ini keliru karena praktik ini jauh dari misi khotbah agama yang menyampaikan nilai-nilai ketakwaan dan mencederai kemuliaan hari Jumat. Fenomena ini menjadi catatan hitam dalam perjalanan sejarah umat Islam.


Khotbah Jum'at dengan kandungan ujaran kebencian bukan fenomena baru. Praktik ini pernah terjadi beberapa tahun di awal kepemimpinan Dinasti Bani Umayyah. Bahkan khotbah agama dengan ujaran kebencian pada masa itu merupakan diatur dalam sebuah regulasi yang mengikat.


Artikel selengkapnya:

https://www.nu.or.id/post/read/98740/khotbah-jumat-berisi-ujaran-kebencian-dalam-perjalanan-umat-islam



Perlukah Sertifikasi Ulama?



Kementerian Agama yang merekomendasikan daftar 200 ulama yang dianggap "kompeten" menuai banyak reaksi dari masyarakat. Ide dasarnya sebenarnya ingin memangkas gejala radikalisme yang berawal dari "dakwah" para da'i yang berpotensi menguatkan radikalisme agama. Hanya saja, membatasi hanya 200 orang saja kiranya sebuah simplifikasi yang akan menggiring pada permasalahan baru. 


PBNU misalnya menyoal, mengapa harus yang baik yang direkomendasikan, mengapa tidak mengeluarkan daftar hitam saja. Masalahnya di Indonesia banyak ulama yang sebenarnya sudah melakukan dakwah secara moderat. Yang dakwahnya radikal dan sering buat polemik paling hanya itu-itu saja.


Sebenarnya, hal senada juga sempat ramai pada tahun 2012. Badan nasional Penanggulangan Terorisme (BNKT) pernah mengusulkan tentang sertifikasi pemuka agama, yang juga menuai berbagai respon. Tujuaanya sederhana, memotong mata rantai radikalisme di sektor hulu, melalui ceramah dan dakwah keagamaan yang bernuansa radikal dan menimbulkan perpecahan. Sampai sini, perlukah kiranya sertifikasi pemuka agama atau mubaligh?


Artikel selengkapnya:

https://www.kompasiana.com/muhamad6530/5b023ab7ab12ae71116abd42/perlukah-sertifikasi-ulama?page=all



Sertifikasi Ulama, Penting atau Tidak?



Pada tahun 2012, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) disebut mengusulkan adanya sertifikasi ulama. Ide dasarnya adalah banyak penceramah (muballigh) yang menebar pesan radikalisme hingga terorisme. Walau sempat dibantah oleh mereka, tapi bola terlanjur bergulir. Wacana ini masih saja menjadikan pro dan kontra. Belakangan, isu ini mencuat kembali.


Kalangan yang mendukung menilai sudah saatnya ulama dan muballigh disertifikasi agar tidak semakin banyak ulama gadungan yang menebar pesan-pesan radikalisme. Sementara pihak kontra menyebut bahwa ustad dan ulama bukan jabatan yang perlu disertifikatkan.


Artikel selengkapnya:

https://islami.co/sertifikasi-ulama-penting-tidak



Mempertimbangkan Kembali Usulan Sertifikasi Ulama



Sebenarnya akhir-akhir ini sangat banyak isu akademik yang mencuat di publik, sayangnya isu tersebut digoreng dengan kepentingan politik. Alhasil, perdebatan isu yang terjadi hanya sebatas debat kusir yang tidak menemukan satu titik kejelasan.


Pernyataan Rocky Gerung "kitab suci adalah fiksi" merupakan salah satu isu yang seharusnya bisa membuat anak bangsa makin berpikir kritis. Namun lagi-lagi isu tersebut digunakan untuk kepentingan politik.


Termasuk isu terminologi "kafir dan non muslim" yang akhir-akhir ini ramai jadi topik pembahasan. Harusnya kemunculan polemik ini dapat merangsang pikiran kritis orang banyak, khususnya yang bearagama Islam. Tapi lagi-lagi kepentingan politik menyerang dan membuat semuanya jadi tidak asyik.


Artikel selengkapnya:

https://www.kompasiana.com/king_izzu/5c807e53aeebe104c35fb603/mempertimbangkan-kembali-usulan-sertifikasi-ulama?page=all



Ulama di Negara Muslim Ini Harus Bersertifikat


Mesir Berlakukan Sertifikasi Bagi Para Penceramah


Pemerintah Mesir membuat kebijakan yang ketat bagi para penceramah yang belum memperoleh sertifikasi dari lembaga terkait. Selain larangan berceramah, para pelanggar bakal didenda hingga Rp 82 juta.


Mesir memberlakukan aturan baru berupa larangan berkhotbah bagi penceramah yang tidak memiliki sertifikat. Larangan itu diatur dalam sebuah dekrit yang dikeluarkan pada hari Sabtu kemarin, menandai langkah lebih jauh dalam upaya resmi Mesir mengekang pengaruh Islam.


Keputusan yang dikeluarkan oleh kantor Presiden interim Adly Mansour juga mengancam akan menjatuhkan hukuman berupa denda dan penjara bagi imam masjid tak bersertifikat. Terutama jika mereka mengenakan simbol-simbol yang terkait dengan universitas Islam terkenal di Mesir, Al-Azhar.


Artikel selengkapnya:

https://www.dream.co.id/news/ulama-di-negara-muslim-ini-harus-bersertifikat-1406092.html



Gus Nadir: Musibah Akhir Zaman, Banyak Ulama Karbitan


Berikut kultwit Gus Nadir soal maraknya ‘Ulama Karbitan’



1. Profesi paling gampang di dunia ini kayaknya jadi ustad yah. Gak perlu punya sertifikat profesi atau ijazah pesantren/madrasah/IAIN


2. Anda mau jadi dokter ya harus kuliah lama dan susah. Mau jadi ekonom juga gitu. Jadi Hakim pun sama. Tapi jadi Ustad paling gampang deh


3. Sekarang artis gampang sekali berpindah peran jadi penceramah. Lulusan sekolah umum jadi da’i. Atau keturunan Nabi langsung dianggap ulama


4. Sememtara itu yang ulama beneran malah dinistakan dan dicaci-maki. Yang ustad karbitan malah diikuti umat. Ini musibah di akhir jaman


5. Parahnya lagi para ustad jadi-jadian itu bukan hanya merasa paling alim soal agama tapi juga sok tahu dalam urusan kedokteran, sains, ekonomi


6. Jadilah negeri kita overdosisi urusan beragama. Semua masalah mau dicari jawabannya apa kata ustad. Tidak lagi dipilah-pilah sesuai bidangnya


7. Masalah vaksin, bukan nanya dokter malah nanya ustad. Perempuan sulit melahirkan mau disesar malah diruqyah.


8. Bumi bulat atau datar bukan nanya saintis malah nanya ustad. Perempuan sulit hamil eh kata ustad gara-gara pakai pembalut, umatnya percaya


9. Kalau dinasehati, jawabannya para saintis dan ilmuwan itu tengah berkonspirasi melawan Islam. Semua dianggap musuh Islam


10. Islam itu mengajarkan keadilan untuk menempatkan sesuatu sesuai proporsinya dan sesuai keahliannya


11. Tapi kalau sekarang kita bicara sesuai keahlian malah dibilang sombong. Yang penting itu aqidah katanya. Bukan ijazah berderet.


12. Sudah saatnya Kemenag menertibkan para ustad jadi-jadian. Yang mualaf atau artis dan terlanjur dianggap ustad, suruh ikut kursus keislaman


13. Hanya mereka yang lulus kursus keislaman dan kursus etika penceramah yang boleh dikasih ijin untuk khutbah atau tampil ceramah


14. Kalau ini tidak dibenahi maka siapapun bisa mengklaim jd ustad. Ini berbahaya. Kualitas umat gak pernah naik kelas jadinya.



Ikatan Khatib DMI Dorong Khatib Bersertifikat: Tanggung Jawabnya Dunia-Akhirat



Jakarta - Pengurus Ikatan Khatib Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengatakan pihaknya akan menerapkan sistem khatib bersertifikat. Hal tersebut dikemukakan usai bertemu dengan Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin siang tadi.


"Ikatan khatib juga akan memberlakukan sistem dan mekanisme profesi khatib bersertifikat, bukan sertifikasi khatib ya, menurut standar ikatan khatib Indonesia bekerja sama dengan MUI, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan seluruh lembaga. Termasuk masjid kampus seluruh Indonesia," kata Wakil Ketua Umum Ikatan Khatib DMI Munawar Fuad di kantor Wapres, Jalan Veteran III, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (14/1/2020).


Artikel selengkapnya:

https://news.detik.com/berita/d-4858890/ikatan-khatib-dmi-dorong-khatib-bersertifikat-tanggung-jawabnya-dunia-akhirat?single=1



Ma'ruf Amin Dorong Sertifikasi Khatib: Pemahaman Agamanya Harus Lurus



Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendorong penceramah disertifikasi. Menurut dia, penceramah harus betul-betul membawa kemaslahatan.


"Khatib itu omongannya betul-betul harus membawa kemaslahatan. Makanya perlu ada sertifikasi khatib, yang bacaannya benar, komitmennya benar, diberi sertifikat. Nanti Ikatan Khatib DMI (Dewan Masjid Indonesia) mempertanggungjawabkan itu," kata Ma'ruf saat membuka Rakernas II dan Halaqah Khatib Indonesia di Istana Wapres Jakarta, seperti dikutip Antara, Jumat (14/2/2020).


Artikel selengkapnya:

https://news.detik.com/berita/d-4900108/maruf-amin-dorong-sertifikasi-khatib-pemahaman-agamanya-harus-lurus?single=1


Report Page