001

001

ariasriy

Tulisan pertama untuk yang terkasih, tercinta, tersayang, terdunia, terdepan dalam penglihatan, tak jauh tak pernah pergi, menetap kekal dalam hati.

Dalam pergi dan pulang berbagai macam pikiran dalam otak ku, sosok sosok mu selalu menjadi tameng akal sehat ku.

Dalam rangka apapun, memikirkan skenario hebat cerita tentang kita berdua dalam satu waktu dimasa depan merupakan hobby yang aku geluti semenjak mengenal nama mu. Nama yang membangun banyak memori dan peradaban maju dalam pikiran ku, gedung-gedung pencakar langit yang tidak menembus apapun dalam ruang sempit pikiran itu, lantai yang setiap tingkatannya berisi rencana, berisi cerita, berisi khayalan berisi reka adegan yang terus berulang setiap beberapa tingkatan berikutnya. Begitu aku mengulang-ngulang sosok mu dalam pikiran. Terus bertumbuh layaknya kota metropolitan dengan para boss yang tak kenal lelah melakukan ekspansi demi uang, sangar dan tak peduli waktu, perasaan itu menyeruak melewati tangkai-tangkai dan hutan kota yang kini berganti dengan perumahan dan gedung bertingkat penuh pekerja, mengolah data betapa berharganya dirimu dalam kehidupan dunia milik ku.

Cerita ku omong kosong, cerita ku juga lebih murah dari buku cerita bergambar khas anak sekolah dasar yang berisi cerita horor, ataupun cerita azab dan nabi-nabi khas anak 90-an. Tapi isinya bermakna untuk yang mengerti, bernilai untuk yang memahami, berharga bagi yang menikmati, yaitu aku sendiri. Dulu, tapi kini, kamu pun terlihat menikmati, terlihat memahami, terlihat mengerti cerita ini. Cerita yang aku mulai dengan tidak runut, berantakan, dan penuh emosi. Kamu tenggelam didalamnya dan berkata "Lanjutkan lagi cerita itu", lalu aku mengatakan "ceritanya berakhir kemarin, hari ini jika cerita itu berlanjut maka akan ada kamu sebagai salah satu tokoh yang mungkin mengalami berbagai macam rasa yang beberapa mungkin tidak dapat di-ikhlas-i, apakah kamu bersedia?"

Dengan enteng kamu berkata, "tentu bersedia, aku kemari bukan hanya untuk mendengar dan menyaksikan kisah hidup mu yang mungkin tidak lebih dari ujung kuku, aku akan menjadi tangan dan pemikiran mu, mari kita lanjutkan cerita ini, besok sampaikan lagi pada ku, seperti apa cerita tokoh ku dalam cerita mu", dalam pikiran aku mulai melukis latar belakang untuk cerita ini, warna-warna manis dengan suasana asri nan alami, sejuk, dan penuh nuansa romantis. Kamu duduk dengan wajah ditekuk, penuh tanda tanya dan emosi, tapi tidak terlihat menakutkan, tidak terlihat menggemetarkan, hanya terlihat lucu dan manis, tangan yang menopang pipi mu tidak terlihat seperti sedang berencana membunuh atau memukul, mungkin jika aku tidak terlambat datang waktu itu, aku akan kamu peluk dengan rindu.


Report Page