. ; .

. ; .

Nabey Cattegirn.



Awan bersiap siap di langit Paris, sepertinya awan awan gelap rintik hujan kapan saja. Saya berteduh saat berada di salah satu kafe yang cukup terkenal di kawasan ini, ditemani kopi latte dengan lukisan di atas kopi menyerupai bangunan menarik kota Paris, menara Eiffel. Tanpa kusadari, saat aku sedang kopi seseorang saling menyapa dan tersenyum padaku. Di lubuk hatiku yang terdalam, aku terpana melihatnya tersenyum dengan mata sejajar dan garis senyumnya terlihat tulus. Dan dengan senang hati aku membalas senyuman pria berambut pirang itu.


Dia duduk di sebelah saya, dan bertanya "bolehkah saya duduk di sini?" Aku bingung, mengapa dia bertanya-tanya padahal tempat ini adalah tempat umum. Dan aku mengangguk sebagai jawaban, membalas senyumanku. Tuhan, indahnya karyamu. Ya ampun! Jangan biarkan aku jatuh ke dalam pesona tampannya. Aku menoleh ke belakang menoleh ke novel yang sudah menungguku untuk dibaca, novel yang kubaca sedikit romansa antara mengompori. Saya begitu fokus pada novel saya sehingga saya lupa bahwa seseorang dengan mata bergaris sedang memperhatikan saya. Saat aku memandangnya, ternyata dia juga sedang membaca novel yang sedang kubaca. Tidak butuh waktu lama, dia kembali mencari dan memberiku senjata manisnya. 


Tak terasa hari sudah mulai senja, dan hujan sudah lama berhenti. Aku berjalan keluar dari kafe dengan santai dengan pria yang menemaniku di kafe, aish melihat posturnya. Itu sangat cocok untuknya, jangan membuat rambut pirang sempurna dan wajahnya yang terpahat. Dia terpesona saat dia naik bus kota dan seperti biasa memberiku senyum manisnya. Hufttt mengapa saya tidak meminta nomor teleponnya!! Saya berharap saya bisa bertemu pria pirang itu. Tunggu apa?? MENGAPA SAYA INGIN MENJADI SEPERTI ITU HAISHH.


Report Page