️️ ️️️️️️️️️ ️️

️️ ️️️️️️️️️ ️️

yuzuha


Saya bawa diri menuju lazuardi. Rahsa saya terlanjur mati diiringi gusar yang menggerogoti. Simfoni yang menemani terdengar ironi. Setiap langkah yang saya jalani amat repui. Seolah, sesuatu dalam diri ber-negasi.


“Selamat, ya.” 


Ujar saya, kepada sang Ajisaka yang saya puja. Kerajaan yang saya dambakan kini sirna, karena sejatinya, dirimu hanya melirik dia. 


Benar kata orang, seharusnya saya tahu diri. Saya hanyalah adam yang hina, tidak pantas disandingkan denganmu yang amat dipuja.


“Terima kasih, Ven.”


Saya tarik pigura, dada saya terasa sesak seketika. Saya balikan daksa, tidak sanggup menahan lara. 


Pada langkah ketiga, saya terpaku. Saya angkat hasta saya menyeka pigura, sontak, saya melihat merahnya rudira. Saya abai pada orang-orang yang menghampiri saya. 


Karena saya sudah mengerti. Kini saya berdiri pada hamparan kasturi. Dan saya sudah mengerti, ini adalah akhir. Karena sampai detik ini, perasaan yang saya simpan, tidak terbalaskan.



Report Page