...

...


"Woi, Sel" Raden menepuk pundak gw. Gw memberi isyarat kalau gw gak kenapa-napa. Gw tersenyum miring menatap punggung Kaluna yang melaju kencang dengan motornya.


Bisa-bisa cewek secantik lo mengendarai motor kayak begitu, mending boncengan sama gw. "Woi, Eksel!" Gw tersadar dari lamunan gw dan menatap Raden yang sedaritadi memanggil gw.


"Apaan sih, ganggu aja lu."


"Lo kenapa? Suka lo sama Kaluna?"


"Dih gak ngotak suka ama cewek modelan kayak gitu, ngeri cok," Gw memegang tengkuk leher gw merinding memikirkan Kaluna.


"Bagus dah, jangan sampai lo suka sama dia," Ucap Raden menepuk pundak gw. Gw semakin penasaran dengan dia. Se mengerikan apa sampai Raden bilang gini?


"Dik, Kaluna itu pembalap internasional yang pernah menang dua kali berturut turut di ajang Grand Pix. Dia juga juara satu karate nasional, bukan cewek gampangan," Ucap Yohan mendadak seakan tahu isi pikiran gw.


'Sialan tuh cewek keren banget' Batin gw.


"Pikir-pikir lagi, ya Dik."


"Dih anjir lu pada, siapa juga yang suka cewek bringas kayak dia."


────────────────────────

Gue memarkirkan motor gue, hari ini capek tapi gue juga happy karena bisa balapan lagi. Ah, agak kesel juga sama ketua baru phisiline, songong banget gila.


"Thank you buat hari ini, bubble," Ucap gue mengusap motor sport hitam yang gue beri nama bubble.


Gue mengambil handphone yang ada di saku gue, "Bunda nelpon, anjir. Gue ketahuan balapan lagi kah?" Ucap gue berbicara sendiri.


"Halo, Bund?"


'Kaluna, gimana kabar kamu? Baik-baik aja kan? Uang jajan mu kurang gak?' Ucap suara di seberang sana. Gue tersenyum kecil mendengar bawelnya Bunda.


"Aman, Bund. Uang jajan juga masih cukup kok."


'Baguslah, jaga diri baik-baik ya. Selesai disana cepet cepet pulang, Nak'


"Iya, Bund. Bunda maafin Luna.." Ucap gue pelan tapi gue yakin dia masih bisa dengar.


'Kenapa? Kamu balapan lagi?'


"Iya, bund. Maaf ya.. tadi seru-seru an sama temen."


'Yasudah, jangan lagi nanti ya. Fokus belajar dulu, Na. Nanti lulus kamu boleh kok balapan lagi'


"Iya, Bund. Luna matiin dulu ya, bunda jaga kesehatan jaga diri juga ya."


Gue mematikan telpon dan bergegas masuk ke dalam kost an, gue harus siap-siap latihan karate. Jadwal gue sepadat ini ya untuk ukuran anak muda kayak gue. Bahkan gue jarang nongkrong sama anak-anak.


"Anjirlah ini siapa lagi ngechat, perasaan grup gue silent dah."


BRENGSEK DIMANA LO DAPAT NOMOR GUE, BAJINGAN!!

────────────────────────

"Thank you, Bro" Ucap gw setelah Raden memberi gw nomor Kaluna.


Percaya-caya aja tuh bocah gw bilang pengen akrab sebagai ketua aliansi.


Anjir di read doang, mana belum di save. Ini cewek jual mahal amat, gue ganteng gini juga.




Report Page