đŸŒ·đŸ’đŸŒˆ

đŸŒ·đŸ’đŸŒˆ

D-Cloudie!♡
"master..."


bunny Cloudie lost his tail. he said that fur ball was inside his hole—it sometimes happened when he was in a heat. so, he asked his master to took it off. but what should master Isaiah do if that tail was something unexpected?



tags; anal sex, kissing, rimming, unprotected sex, rough sex, nipple play, multiple orgasm, Cloudie as bunny hybrid and Isaiah as his master. :9



___________________________________




“y-you get it, M-aster?”





“mh—no, not yet. let me try again.”





dua telinga panjang berbulu itu kian menekuk seiring dengan rangsangan yang buatnya mengejang. Odie, yang kini tengah menungging gemetaran, cengkeram ujung seprai kuat-kuat begitu sesuatu terasa jilati dinding lubang, buatnya lantunkan desahan tertahan. dua kelopak elok yang semula sembunyikan manik kini pelan-pelan merekah, tampilkan kerlip konstelasi dalam hazel cokelat terang. bulatan indah itu lantas tengok kondisi sang Master di belakang sana—tengah jepit sisi pipi pantat dengan jemari, juga kepala yang masih sibuk cari posisi untuk raih target dalam sarang.


“M-master?” Odie bercicit ketika sesuatu mulai terasa bergerak di dalam lubang—akibatkan dirinya tak tahan untuk tak rapatkan dinding kemerahan itu sampai buat sang Master mengumpat kesenangan.


“fuck. stay still, baby bunny,” Isaiah berkata rendah setelah keluarkan lidah. ia sapu bibirnya yang merekah basah untuk kemudian ia usap di cincin anal Odie, buat lubang yang mengerut lapar itu tampak cantik mengkilat—sangat menggoda untuk ia santap—dan buat Isaiah meneguk hingga tergerak untuk tatap lamat-lamat.


“Master ... please ... h-elp ...” Odie merintih dengan buliran air yang mengaliri pipi ketika rasa panas kembali datang dari dalam anal. ia menggaruk seprai dengan tak sabar, tak lupa kaki jenjangnya yang menekuk ia gunakan untuk tendang udara, seolah hendak tunjukkan bahwa ia benar-benar terbakar sekarang.


Isaiah mana mungkin tak teguk saliva ketika panorama dan melodi paling panas itu buatnya bergelora. hingga desisan rendah ia uar begitu saja, sementara jemari besarnya ia gunakan untuk singsingkan ujung kemeja sewarna arang hingga siku, lantas cengkeram pinggang Odie demi balikkan posisi kelinci itu. kini tubuh elok yang melekuk sempurna dengan pakaian pelayan itu terlentang dengan kedua kaki mengangkang—buat sebuah geraman penuh nafsu terdengar karena pemuda dominan itu tak pernah menyangka bahwa tubuh molek Cloudie dapat tampak begitu nyata.


“i know this is a sin,” Isaiah berkata dengan suara paling maskulin yang pernah Odie dengar, kemudian raih dua sisi kaki yang tersaji di depan mata seraya tatap maid cantik—yang tengah gigiti jari dengan seksi—itu dengan tatapan penuh puja. “but as long as the sin is fucking you, i don’t mind.”


Isaiah tarik dua kaki itu mendekat dan labuhkan beberapa kecupan basah di tiap sisi—bahkan sampai ke paha. manakala belah delima yang ia punya sudah berlabuh di selangkangan Odie yang terbuka, Isaiah angkat kepala—hanya untuk tatap rupa cantik Odie yang tengah tutupi mulut dengan punggung jemari, halau raut kacaunya agar tak terlihat oleh sang Master tercinta. namun, tetap saja, goresan semerah rekahan sakura yang hiasi pipi, molekul sekresi yang bermunculan dari pori-pori, juga genangan air di tiap sisi mata itu sudah dapat menunjukkan secantik apa Odie saat ini.


“i’m gonna take it off.”


Odie secara impulsif pejamkan manik manakala kepala Isaiah kembali terjun ke bawah sana—ke hadapan lubang analnya. hingga jilatan dan hisapan yang sedari tadi buat tubuhnya bergelora kembali ia rasa, buat desahan demi desahan kembali tercipta.


liukkan lidah itu buat dinding anal Odie tergelitik, apalagi ketika organ itu pelan-pelan berhasil raih sebuah bola dalam lubang. rasa manis lantas menyebar cepat hingga manik Isaiah terbelalak dalam sekejap. sementara kelinci cantik itu masih merintih, sang Master terjebak dalam euforia paling fana yang buatnya segera cengkeram bagian dalam selangkangan Odie—demi mudahkan akses ketika raup tiap tetes yang tersebar dalam anal.


“akh!” satu jeritan mengudara ketika bola dalam lubang berhasil lakukan satu putaran mendekati pintu keluar. “M-master! akh! no—”


tubuh Odie gemetaran, kepalanya tak ayal ia lempar ke permukaan bantal. rangsangan yang kelinci itu dapatkan terlalu besar, hingga kedua kaki yang semula tersampir di pundak sang Master ia gunakan untuk kembali tendang udara, kali ini disertai dengan jemari yang dengan gemas coba raih kepala Isaiah untuk hentikan liukkan lidah yang tengah bergerak liar dalam lubang. namun, bukannya kepala, kelinci itu malah disodori telapak tangan lebar—yang langsung ia cengkeram ketika desah ributnya kian melengking penuhi indra dengar.


Isaiah mabuk kepayang akan manisnya rasa dari tiap jengkal dinding yang ia jelajahi—bahkan cincin anal sang kelinci berkali-kali ia sesap untuk resapi rasa bagai nirwana yang buatnya lupa akan dunia. hingga suara kecipak basah dominasi hawa yang ada, tetapi tak buat Isaiah lupa akan tujuan utamanya gali lubang itu dengan penyecap. pelan-pelan ia kembali coba raih bola misterius—yang entah bagaimana si kelinci anggap ekor—di dalam sana, disertai dengan beranjak kuatnya remasan Odie akan telapak yang telah ia beri.


“hnngg—Master!”


lengkingan Odie kembali terdengar nyaring manakala lubang yang semula terasa begitu panas dan penuh itu kini mendadak terasa hampa. hingga buat diri sang kelinci yang sedari tadi merintih itu melega, pelan-pelan mekarkan kelopak mata, dan intip selangkangannya sendiri hanya untuk tengok kondisi sang Master tercinta.


tiba-tiba Odie terpana, masih dengan napas terengah, ketika pemuda di belakang sana angkat kepala, tunjukkan rupa luar biasa menggoda dengan satu bola serupa mutiara yang diapit dua bilah delima, jemari yang sugar surai hingga beberapa tetes keringat turun seperti hujan, juga manik penuh kabut nafsu yang penjarakan Odie dalam berahi semu.


“i don’t know either it’s a pearl or tail or candy,” Isaiah beri pernyataan dengan satu kekehan kecil, alihkan bola dari bibir ke telapak tangan—buat cairan sewarna pelangi itu menetes turun pada permukaan paha sang Kelinci yang masih tersampir cantik di pundak. “but it melts and tastes sweet.”


“ah—and ... very addictive,” tambah Isaiah seraya dengan sensual jilati bola yang ia genggam—pun dengan manik tertuju pada Odie yang masih tatap dia dengan hazel sayu, tampak tertarik dengan bola itu.


“m-my tail ...,” Odie berbisik kecil, kini sepenuhnya berikan atensi pada mutiara yang masih lelehkan likuid serupa goresan bianglala. “Master, my tail?” ulangnya sekali lagi dengan manik polos kentara, berikan rupa manis seolah meminta.


“here you go, cutie.”


bola mutiara itu kini tersodor cantik tepat di hadapan manik Odie. kelinci manis itu kemudian beberapa kali lakoni kedip ragu sebelum akhirnya raih bola itu—tatap dengan retina penuh akan kesima, seolah bola pelangi itu merupakan sebuah hal baru. sementara itu, Isaiah tampilkan seringai semu seraya lagi-lagi sugar surai dan hela napas pendek, lantas lantunkan kata, “but it’s your turn to give me a help ...” kemudian jemarinya turun untuk raih dan lebarkan paha, hingga lubang yang indah luar biasa itu tersaji di depan mata.


“ssshhh—” desisan bariton itu teruar dari rapatan gigi sang Master, terdengar sarat kagum akan lubang pelik yang jadi santapan manik. ia kemudian lirik celananya sendiri yang tampilkan siluet kejantanan besar, mengacung penuh gelora nafsu hingga tak sanggup ditanggung oleh kain berwarna abu. ia lantas bersuara, “are you hungry, baby bunny? want a carrot?”


Odie, yang baru saja jilati permukaan bola—yang katanya ekor sendiri—itu tiba-tiba tatap Isaiah dengan raut antusias dan pupil penuh konstelasi bintang. kedua telinga berbulu yang tertanam di antara helai surai pun ikut berdiri tegak seolah semarakkan ketertarikan.


“carrot?” dia bertanya dengan senyum lebar yang manisnya serupa gula. kemudian ia jauhkan bola dari bilah delima, gunakan telunjuknya yang cantik untuk tuduh mulut yang sudah terbuka sembari berkata, “yes, please, Master!” dan abaikan bola yang kini jatuh pada permukaan dada dan menggelinding sampai di atas seprai.


Isaiah tampilkan seringai seraya longgarkan dasi, sekali lagi tatap kondisi Odie dengan desisan penuh kesima yang menyertai. dua telinga berbulu putih itu terlihat begitu bersih dan lembut, surai sewarna perak berkilaunya serupa dengan bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar telinga, rupa yang si kelinci punya pun tampak luar bisa jelita—dihiasi sebaran rona merah muda di berbagai sisi, tak lupa tubuh molek nan putih yang hanya terbalut pakaian tipis pelayan—bagian dadanya tampak robek sampai ke perut dan rok hitamnya sudah tanggal entah ke mana.


“prettiest bunny ever,” Isaiah bergumam demikian dengan jemari yang mulai lingkupi pangkal paha, lantas tak buang kesempatan untuk mainkan kejantanan yang lebih mungil hingga satu desahan nyaring mengudara. “i'm gonna feed you, cutie, with a fucking huge carrot. but not at that mouth,” lanjutnya sembari dekatkan rupa, tak lupa dengan jemari yang merayap manis di sisi pinggang sampai ke pinggir dada, buat Odie lantunkan erangan parau yang kentara.


“this one,” kata Isaiah seraya usap belah delima bawah sang Kelinci dengan ibu jari. “will be fed by this one,” lanjutnya seraya kembalikan gumpalan jari terbesar itu pada belah bibirnya sendiri, ciptakan raut terseksi yang tak pernah Odie temui, buat rona malu lahir dari rupa si kelinci.


dua pasang manik elok itu kemudian saling tatap penuh nafsu, seolah tahu ke arah mana sentuhan mereka akan tertuju. hingga ketika pelupuk selembut kelopak bunga milik Odie pelan-pelan meredup, Isaiah buat langkah maju dengan segera raup belahan delima itu tanpa ragu. keduanya nikmati ciuman hingga saliva berserakan di bibir dan dagu. jemari Isaiah lantas mulai bergerak turunkan resleting celana, bebaskan sebuah kelamin panjang nan besar—ah, atau mungkin, sebuah wortel raksasa—yang sedari tadi terus mendesak untuk dikeluarkan dengan segera.


ciuman itu terasa begitu manis karena masing-masing dari dua penghuni dunia fana itu sudah cicipi lelehan bianglala, buat euforia penuh gelora kian tercipta. apalagi ketika lidah Isaiah terjulur untuk sapa benda serupa di dalam sana, lakukan lilitan dan jilatan basah yang buat Odie segera cengkeram kuat bagian depan kemeja—yang saat ini sentuh penuh dada telanjangnya.


“mmmhh—Master,” Odie bercicit setelah lepas ciuman seraya menggeliat sedikit ketika kelamin kecilnya digesek kasar oleh benda serupa yang lebih besar, buatnya bergidik dengan telinga yang kembali menekuk karena baru saja terima rangsangan penuh gelenyar. kendati demikian, pinggul Odie malah beri gesekkan balik, bahkan dengan nakal lingkari pinggang sang Master dengan kaki hingga kejantanan itu bergesekkan dengan permukaan lubang analnya sendiri.


“why?” Isaiah bertanya seraya gigiti sisi pipi si kelinci, kemudian terkekeh karena kejantanannya kini rasakan permukaan cincin anal yang tengah mengerut lapar, benar-benar meminta untuk segera digagahi. “guess your another mouth is really hungry, huh?”


Odie pejamkan manik amat erat dan lantunkan desah pasrah ketika jemari Isaiah mulai pijiti permukaan puting, buatnya pusing tujuh keliling. kuncup-kuncup bunga yang semula tertanam rapi dalam kepala seolah meledak dan jatuhkan kelopak merah muda serupa camelia, sejalan dengan berahi yang sudah kuasai tiap inci kepala. hingga buat Odie kehilangan instingnya sebagai manusia dan biarkan tubuhnya dikuasai oleh insting kelincinya sendiri—terbukti dengan lebaran retina dan sebaran cokelat tua di tiap sisinya.


“Master—” Isaiah terkejut ketika Odie tiba-tiba raih dua sisi pipi saat ia baru saja gigiti telinga panjang si kelinci, bawa rupa sang dominan untuk bersimuka dengan rupanya sendiri—tak lupa sajikan raut sayu yang sarat akan gebuan nafsu ketika ia lanjutkan kata, “—feed bunny please ... bunny is hungry, really hungry. Want Master Isaiah’s huge carrot ...”


Isaiah mengerjap tak sangka, sebelum akhirnya lantunkan kekehan sinis seraya pejamkan kelopak mata. setelah puas tahan diri untuk tak segera lahap habis kelinci itu dalam sekali sesap, Isaiah kembali rekahkan pelupuk manik demi tangkap rupa paling menggoda yang tak pernah ia kira. Odie tampak lebih bernafsu dari sesi berahinya tadi, lebih merah muda, lebih jelita, lebih lunglai, dan sangat amat cocok untuk dijadikan santapannya malam ini.


“okay, bunny, i got it.” Isaiah lantas raih salah satu jemari si Kelinci untuk kemudian ia genggam dan kecupi. “i'll give you the most delicious carrot ever,” lanjutnya seraya mulai ciumi dada di hadapan mata, buat erangan parau menguar, apalagi ketika pemuda itu dengan sengaja hisap puting hingga aerola tak lagi tampak di sana—dia lakoni sesapan kuat itu seraya tatap Odie dengan raut terseksi yang pernah ada, berhasil buat si kelinci kembali gesekkan lubang analnya dengan cara paling brutal yang pernah ada.


“wait—akh shit!”


Isaiah terpaksa pejamkan manik dan lantunkan desah kacau setelah pinggang Odie mulai cari-cari posisi agar lubang itu segera dimasuki. kepala dominan tampan itu jatuh bersandar di dada sang mangsa, sedang lidahnya masih beri hiasan saliva di aerola, timbulkan getar-getar euforia di masing-masing benak dan kejantanan mereka.


“damn. since you were being brassy before, i swear my way to feed you will be the most addictive thing you've ever had, lil bunny.”


tubuh kokoh itu kini tegak sempurna tepat di hadapan mata, ciptakan sebuah refleksi yang lingkupi keseluruhan tubuh setengah telanjang di bawah sana. hingga Odie arahkan jari telunjuk pada belah bibirnya sendiri untuk kemudian ia gigiti—tampak penuh dengan gebuan nafsu kala sang Master mulai meraih satu per satu buah baju.


manakala helai kain hitam itu sudah terbuang, pun dengan sajian badan penuh otot sewarna tan, Odie tak buang kesempatan untuk labuhkan jemari pada sisi bisep besar milik sang dominan—beri beberapa jejak cakaran. kelinci itu lantas lantunkan desah parau ketika lubang analnya dimasuki jemari—ditusuk sedemikian rupa hingga dindingnya mengetat kuat sesekali. kain putih terakhir yang semula hinggapi tubuh kini sudah terbengkalai, pun dengan gigitan brutal yang ia dapati di beberapa spot. ia dirusak di sana-sini, tetapi yang ia tahu hanyalah sebuah fakta bahwa ia ingin segera diberi.


“Master, feed me ... feed me please ...” Odie berbisik lemah ketika Isaiah mulai mainkan dua bola kembar yang berada tak jauh dari anal. “mmmhh—Master ... akh—”


jejak jajahan dari telapak kasar Isaiah bawa sebuah sensasi baru yang buat nafsunya capai titik tertinggi—seolah mulai keluar dari nalar. hal itu buat Odie rasakan pening di kepala, timbulkan sebuah erangan hingga ia langsung bawa mulutnya sendiri menuju pundak lebar Isaiah. ia lantas labuhkan gigi-giginya di sana, berikan jejak cukup dalam yang hampir tembus epidermis sang dominan.


di atas tubuh polos si kelinci, Isaiah pejamkan manik seraya rayapi selangkangan—raih kejantanannnya sendiri untuk ia guncang kemudian, buat cairan precum meleber keluar hingga basahi permukaan kelamin Odie di bawahnya. setelah dirasa cukup tegang, ia bawa jemari untuk raih bola mutiara di samping tubuh si Kelinci, lantas tampung lelehan molekul sewarna bianglala itu dengan satu telapak.


“before you eat, i want your mouth to become messy.”


“M-master!”


Isaiah buat seringai serupa dengan yang tadi manakala Odie lepas gigitan hanya untuk gaungkan nama kehormatannya—sebagai respons akan rasa dingin dari cairan yang baru saja Isaiah sapukan di permukaan anal. setelahnya, ia lapisi dinding dalam lubang yang bisa jemari raih dengan cairan itu, buat Odie meringis dengan tangis karena lagi-lagi lubangnya digagahi oleh jemari.


“Master ... hiks—i-it tickles!”


Isaiah beri kecupan di pipi sebagai tindakan penenang. ia lantas sapu lembut ujung poni Odie dengan ibu jari kiri hingga keduanya buat kontak mata dengan tatapan penuh akan atensi—nafsu dan cinta yang melebur jadi satu, ciptakan rasa baru. dengan hati-hati, ia bebaskan empat jemari kanan yang semula kacaukan lubang anal si kelinci, tinggalkan bulatan lubang yang sudah sedikit melebar dari semula, pun buat desahan lega Odie mengudara.


“why are you crying? did I hurt you?”


Odie—yang masih tersedu—pejamkan sebelah manik ketika Isaiah beri kecupan di sisi mata, coba hilangkan buliran yang menggenang di sana.


“n-no ...” kelinci itu buat gelengan manis saat usak sisi kepala pada pipi sang Master terpuja. ia dekatkan belah delima pada telinga di depan mata, lantas labuhkan sebuah bisikan berupa, “it feels so good that i can't stop myself from crying.” kemudian berikan gigitan di tindik Isaiah yang terletak elok di sana.


lantunan desis kacau sapa telinga setelah jemari kasar Isaiah raih pipi pantat Odie dengan terburu, labuhkan remasan dan tamparan kuat hingga jejak kemerahan amat jelas terlihat. pemuda itu lantas raih sisi paha dan lebarkan dua kaki si kelinci sampai teriakan nyaring mengudara.


hybrid kecilnya tampak berantakan karena terlalu banyak terima rangsangan, tetapi Isaiah mana mau peduli kalau sudah dibuat sefrustasi ini. jadi, dia cepat-cepat turunkan kepala untuk kemudian berikan banyak sekali gigitan di selangkangan Odie hanya demi buat si kelinci tersiksa akan gelora. sapuan kemerahan terlihat di berbagai sudut dari kulit paha, raungan tangis mengudara, dan tak terhitung berapa bulir air yang keluar dari sisi kelopak Odie—bahkan sudah tampak jejak urat merah di sklera.


“akh—it hurts! d-don’t bite, please!”


“i don’t,” sanggah Isaiah, tetapi kemudian ia gigit kuat sebuah celah yang menjadi sekat antara kelamin dan anal Odie, buat satu jejak kemerahan tampak.


Odie seolah terkena kobaran api ketika kelaminnya rasakan sengatan ngilu, buat sebuah dorongan semu hingga ia tahu bahwa akan ada sperma yang meluncur keluar. kendati demikian, sepertinya Isaiah tahu akan hal itu dan segera raih batang yang tadi sibuk ia jilati, tutupi lubang kecil di puncak dengan satu jemari, buat Odie mengerang tak terima.


“please! let me cum—”


“no.”


ultimatum; mutlak, buat Odie lantunkan geraman seraya tekan kepala ke permukaan bantal dan remas sisinya kuat-kuat untuk salurkan rasa frustasi yang meluap. dengan respon pasrah itu, Isaiah tampak puas luar biasa. ia raih kejantanannya sendiri untuk ia posisikan di pintu anal, kemudian ia dekatkan bilah delima pada telinga Odie hanya untuk bersuara, “bon appĂ©tit, Cloudie.”


hybrid kelinci itu tercekat seraya lebarkan kelopak dan mulut ketika satu kelamin besar masuk dan langsung raih prostat, terobos dinding analnya yang tertutup rapat. ia merintih dan mengerang tak jelas setelah kelamin itu ditarik keluar dan masuk lagi dalam sekejap, buat kelopak camelia seolah bermekaran dalam kepala, hingga salivanya menetes keluar tanda nikmat luar biasa.


“how is it?” Isaiah bertanya seraya tampilkan seringai puas setelah sebelumnya sisir jemari pada helai surai dan lakukan tusukan dalam. “is it delicious, huh? do you like my carrot?”


“akh!”


satu tusukan kembali Odie terima, buat kedua kakinya yang mengangkang gemetaran dengan jemari mengerut salurkan efek dari rangsangan.


saat ini, Odie tampak lebih dari kata kacau—dan Isaiah suka kelincinya berantakan sambil meracau. maka dari itu, Isaiah gigit sudut bibir seraya tatap kejantanannya yang tengah bersemayam dalam mulut anal berlumuran lendir mutiara—ia akan rekam panorama itu hingga melekat serekat perekat dalam benak.


“be ready, bunny, i'm gonna feed you roughly.”


kemudian desahan mereka mengudara, bersatu padu hingga timbulkan suara seirama, apalagi ketika Isaiah tambah tempo tusukan pada lubang hingga pipi pantat kenyal Cloudie gemetar seperti agar-agar. manakala itu terjadi, baik Odie maupun Isaiah sudah benar-benar kehilangan akal sehat hanya ada nafsu dalam benak yang meledak-ledak.


“Master ... please—hiks ...”


Odie terus coba rapatkan paha akibat sensasi menggelitik dari ejakulasi yang terpaksa ia tahan karena tak diberi kesempatan. pemuda itu hanya bisa lantunkan desah parau ketika kelamin besar Isaiah terus menerus tabrak prostat cukup kuat hingga tubuhnya kini menggelinjang hebat.


“tell me. is it delicious? you want it goes deeper to taste it better, nhm?” tawar Isaiah, masih dengan kasarnya hantam buntalan pantat molek yang sedang kelaminnya tabrak.


“y-yea—akh!”


splash!


Isaiah singkirkan ibu jari yang menghalangi lubang kelamin sang kelinci, buat cipratan air mani meluncur keluar dan mendarat di perut hingga permukaan pipi. kendati demikian, Isaiah tidak berhenti. kejantanan besar itu masih sibuk tabrak kuat dinding anal Cloudie dalam tempo cepat—tiap tusukannya akibatkan satu semprotan sperma keluar dari kelamin si submisif, benar-benar seperti hujan mani.


sehabis ejakulasi, Odie terkulai dalam kondisi lunglai parah—tetapi sepertinya ia masih punya sedikit tenaga untuk tetap lantunkan desah. ia tekan sisi pipi kiri di permukaan bantal, tutup kelopak, gigit bibir kuat-kuat, dan coba resapi sensasi digagahi ini dengan nikmat. kemudian ia coba buat celah dalam kelopak, intip sang master yang tengah hantam lubangnya dengan brutal seraya meracau kata, “argh! shit! fuck!” dengan begitu erotis di depan mata—buat ia terpana.


Isaiah lantunkan erangan kasar ketika raih sisi pantat—tarik mendekat, kemudian hantam lubang anal Odie lebih cepat. ia rapatkan geraham dan tutup kelopak kala dinding anal itu remas kelaminnya cukup kuat, bawa sensasi gila yang buat Isaiah tak sanggup untuk hentikan hantaman—hingga yang ada hanya bunyi kecipak basah dari peraduan masing-masing kulit di sekitar kejantanan.


“baby, oh—shit! so good ...,” Isaiah uar bariton dalam di antara gelora nikmat yang terasa lebih sempurna dari nirwana. ia kemudian kulum kelamin kecil Odie yang masih semburkan sperma—ia telan cairan cinta itu tanpa ragu, buat satu lengkingan lemah mengudara. Setelah tak ada lagi yang tersisa, Isaiah jilati perut mulus Odie yang dipenuhi sperma, masih dengan tabrakkan cepat di anal, serta jemari yang pijat kuat puting juga elus halus aerola.


molekul sekresi dari pori-pori sudah banjiri tiap jengkal kulit ari, hingga sepoi hawa membuai, hingga tak lagi terkira waktu yang telah Isaiah lewati untuk kejar satu pelepasan saja.


sedikit terheran, Isaiah coba launkan hantaman seraya tekan dalam prostat Odie dan akibatkan satu raungan—tiap tusukan yang ia lakoni berjarak empat sekon dan ciptakan getaran di seluruh tubuh kenyal si kelinci. ia masih bisa rasakan kejantanannya yang membesar di dalam lubang anal—siap untuk menembak, tetapi tak ada satupun mani yang keluar.


‘wait what ... what the fuck is going on here?!’


“shit!”


satu umpatan mengudara ketika Isaiah posisikan tubuh Odie untuk berbaring dalam posisi menyamping. ia tarik satu kaki Odie untuk ia simpan di sisi pundak, lebarkan dua pipi pantat, kemudian kembali gagahi lubang itu hingga sang kelinci merintih ngilu. sekali lagi, prostat kembali ditubruk brutal, ciptakan jejak lengket dari lendir pelangi yang kini terhubung dengan sisi kelamin maupun anal, buat Isaiah maupun Cloudie kembali lantunkan erangan seirama.


“the fuck ...”


satu erangan lemah mengalun ketika Odie keluar lagi, ciptakan hujan mani untuk yang kedua kali, sementara Isaiah sibuk benarkan posisi. oke, mengapa lagi-lagi pemuda dominan itu tidak keluar sama sekali?! rasa ingin ejakulasi seolah bertumpuk dan buat ototnya menegang, tetapi ia tak bisa lakukan apapun selain tusuk anal Odie lebih dalam.


“M-aster—”


Isaiah terlalu sibuk kejar pelepasan sampai terlupa akan kondisi dari seekor hybrid kelinci yang tengah ia gagahi. Ketika alihkan mata, yang Isaiah temui sungguh luar biasa. Odie dengan tubuh penuh lelehan sperma, telinga berbulu yang menekuk malu, pipi kemerahan, manik sayu, napas berat, dan mulutnya yang terbuka hingga saliva terus menetes turun di sana—tampak lebih dari kata sempurna.


“is it hurt, hm?” Master itu raih bilah delima Odie untuk ia sesap hingga masing-masing lidah mencuat. “kalau rasanya lebih dari sakit, saya bakalan berhenti.”


kemudian satu gelengan lemah Isaiah terima dengan satu bisikan tercipta, “no—please ... make it fast.”


Isaiah terima permintaan itu tanpa mau berpikir dua kali. hingga ia tegakkan badan dan raih gumpalan pantat Odie untuk kemudian ia tabrakkan di batangnya yang terdiam tegang. tubuh Odie dibuat lakukan gerak bolak-balik hingga keseluhan otot di sekitar pori-pori berkontraksi, buat tangisan nikmat dari belah delima Odie menggaung penuhi indra, buat Isaiah gigit dan jilati jemari kaki Odie yang tersaji, buat satu kali lagi hujan air mani, dan kemudian—


“dokter!”


kelopak terbuka, kedipan laun tercipta, dan Isaiah tahu bahwa sinar lampu di atas kepala merupakan pelita yang biasa ada di ruangan pribadinya.


“oh fuck padahal bentar lagi gue keluar anjing,” umpatnya setengah sadar, kemudian coba fokuskan retina. ia lakoni beberapa kedip ragu ketika satu perwujudan cantik luar biasa tersaji di depan mata—tampak merunduk, tersenyum kikuk, dan peluk formulir anamnesa seraya berkata, “dokter?”


satu hal yang Isaiah tahu, bahwa satu semburan sperma meluncur keluar di bawah sana hanya karena satu panggilan saja.

Report Page